Kamis, 06 Juli 2017

Vania Santoso, Mendulang Untung dari Sampah Sak Semen

Wirausaha Inovatif berbasis sosial dan lingkungan |spunbond bag jakarta

spunbond bag jakarta


Ia menggandeng masyaraat marjinal sebagai perajin di heyStartic. Jumlah pegawai tetap yang saat ini dimiliki ialah sebesar 11 orang. 

“Tapi kami juga punya masyarakat binaan dari 3 desa yang membantu membuat produk dengan sistem profit sharing,” ujarnya. Ke depan Vania masih punya banyak mimpi untuk heySTARTIC, ia berencana mempunyai show room sendiri untuk menampilkan hasil produknya. Ia juga ingin merealisasi targetnya menyelenggarakan one village one product guna menambah kapasitas produksi heySTARTIC.

Untuk satu buah tasnya, Vania memiliki beragam jenjang harga. Untuk tas berbahan dasar sak semen saja harga yang dibandeol berkisar antara Rp 50 ribu sampai Rp 180 ribu. Sementara itu bila sudah dipadu dengan bahan kombinasi harganya akan lebih mahal, seperti tas sak semen kombinasi kulit dan batik yang dibandreol Rp300 ribu.

Tak hanya di dalam negeri, produk heySTARTIC juga diminati pasar luar negeri seperti Australia dan Belanda. Toko-toko oleh-oleh Mirota dan beberapa galeri pemerintah saat ini aktif menjadi tempat heySTARTIC memasarkan produknya. “Kita rajin ikut pameran-pameran agar bisa punya channel keluar negeri,” ujarnya.

Ketertarikan masyarakat terhadap produk daur ulang sak semen ini bisa dikatakan positif. Vania menceritakan rata-rata tiap bulannya ia bisa mengantongi omset Rp 40 juta hingga 50 juta. 

Kantong semen dipilih menjadi bahan dasar lantaran jumlahnya yang banyak dan kuat. “Pembangunan kan akan terus ada, jadi sampah sak semen tidak akan pernah habis, selain itu sak semen punya karakteristik kuat, karena bisa menopang beban yang berat,” ujarnya menceritakan dipilihnya kantong sampah sebagai ide produk daur ulang.Tahun 2014 lalu misalnya ia telah menghasilkan omset Rp 350 juta, dan tahun ini omsetnya diprediksi akan meningkat 3 kali lipat. ”Per Juli saja kami telah melampaui omset tahun lalu,” ujarnya bangga.

Ketertarikannya atas produk ramah lingkungan tak terlepas dari latar belakangnya Vania yang aktif dalam dalam komunitas lingkungan bernama AVpeduli. Berbekal keprihatinannya terhadap penumpukan sampah, muncul lah ide mendaur ulang sampah menjadi barang-barang  berguna. 

Bisnis gadis asal Surabaya tersebut memang unik, ia mendaur ulang sampah sak semen menjadi barang-barang eco-fashion seperti tas dan dompet yang punya karakteristik menyerupai kulit dan tahan air. Tak kurang sudah 300 sampai 500 tas dan dompet yang ia produksi setiap tahunnya. 

Angka tersebut di luar pesanan grosir yang bisa mencapai 500 hingga 1.000 buah.”Awal bisnis ini saya jalankan bersama kakak saya Agnes Santoso. Untuk modal kami gunakan penghasilan dari MC dan nyanyi karena kebetulan kami memang sering tampil,” ujarnya kepada SWA Online.

Vania Santoso, 23 tahun, boleh berbangga hati. Usaha rintisannya heySTARTIC kini telah mendapatkan banyak apresiasi dari berbagai kalangan.

 Baru-baru ini ia memperoleh penghargaan Wirausaha Inovatif berbasis sosial dan lingkungan yang diadakan HM Sampoerna bekerja sama dengan Yayasan Inovasi Teknologi (Inotek). Sebelumnya ia juga pernah menyabet berbagai penghargaan seperti Singapore Internasional Foundation sebagai Young Social Enterpreuner dan Jawara Wirausaha Mandiri tahun 2014.


Mengenal Kampung Daur Ulang Sampah Makassar | spunbond bag jakarta



UKM Adhitya, tak hanya membuat produk daur ulang plastik dan kertas. Dua tahun terakhir, berupaya mengembangkan industri pupuk kompos, dan membantu sekolah-sekolah membuat lubang resapan biopori. “Peminat pupuk kompos ini cukup banyak dan kontinyu. Sekolah-sekolah juga pesan.”

Ternyata UKM Adhytya juga memiliki usaha dampingan tersebar di hampir seluruh kabupaten dan kota di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah. Sampai saat ini, sudah sekitar 32 UKM menjadi binaan.

UKM ini juga memberikan banyak pelatihan di berbagai daerah. Kebanyakan pelatihan datang dari pemerintah daerah. Biasa, dalam pelatihan UKM mengikutkan enam sampai tujuh pelatih dengan spesialisasi berbeda.

“Dalam waktu-waktu tertentu, seperti sekarang, stok bahan baku sangat sulit diperoleh, kala permintaan justru meningkat. Terpaksa kami keliling kemana-mana, bahkan datang rumah ke rumah ,” ujar dia.

Mengenai pemasaran produk, dia tak mengalami kesulitan, bahkan terkadang kewalahan memenuhi pesanan, yang mayoritas dari instansi pemerintah dan swasta.

“Kalau ada event-event tertentu, pesanan bisa melonjak dan kadang kami tidak bisa memenuhi. Bukan hanya terkendala bahan baku, tenaga kerja masih terbatas. Apalagi jika pemesanan ditarget harus cepat.”

Bagaimana mendapatkan sampah? “Sampah plastik dan kertas didapat dengan berbagai cara. Ada mengumpulkan dari lingkungan sekitar, juga bekerjasama dengan sejumlah pengelola tempat pembuangan akhir (TPA) di Makassar.” Sedang sampah  dari Unilever, sejak setahun ini terhenti. UKM ini juga menyediakan bank sampah.

Meskipun begitu, Ahmad masih sering mengalami kekurangan stok. Apalagi sampah dari TPA terkadang banyak tak bisa dipakai karena jelek atau sobek.

Dalam mengerjakan berbagai produk ini, UKM Adhytya membuat kelompok-kelompok kerja kecil, secara terspesialisasi. Untuk produk botol minuman dikerjakan kelompok sendiri, begitupun kresek atau kertas.

Saat ini, UKM ini memiliki 12 mesin jahit, yang diperoleh dari bantuan maupun menyisihkan keuntungan usaha. Mengenai pembagian gaji,  disesuaikan produksi masing-masing anggota, dan ada kewajiban menyisihkan 10 persen keuntungan buat keperluan kelompok.

Bahan dasar kerajinan ini plastik dan kertas. Untuk plastik misal, kantong kresek, botol minuman, bungkus mie instan, dan berbagai kemasan berbahan plastik lain. Sedangkan kertas bisa koran bekas dan karton.

Sampah plastik dibentuk menjadi tas ransel, topi, sandal jepit, hingga taplak meja. Ada juga mainan anak-anak, tas hp, tas laptop, bunga plastik, dan lain-lain. Sedang sampah kertas untuk bingkai foto, mainan anak-anak, kotak tissue, kotak pensil dan kotak perhiasan.

Harga pun bervariasi, tergantung bahan dan besaran produk. Harga tas laptop, misal, dijual Rp120 ribu, ransel Rp80 ribu hingga Rp150 ribu, tas hp Rp10.000, tas jinjing Rp50 ribu–Rp150 ribu, dan bingkai foto kertas plintir Rp50 ribu. Dalam sebulan rata-rata omzet penjualan berkisar Rp6 Juta hingga Rp10 juta.

“Kalau orang bicara tentang kampung daur ulang sampah di Makassar, pasti Kelurahan Karanganyar. Sudah dikenal dimana-mana,” kata Ahmad Sesse Selasa (20/8/13), kala ditemui Mongabay di rumah, sekaligus bengkel kerja UKM Adhitya.

Ahmad mengatakan, kerajinan daur ulang sampah dimulai tahun 2008. Inisiatif awal dari Kementerian Lingkungan Hidup Sulawesi, Maluku, Papua (Sumapapua). Kementerian ini juga yang memberikan bimbingan dan pelatihan awal. Namun, UKM ini tetap eksis dan mandiri meski tidak lagi mendapat dukungan KLH.

Dia menceritakan, usaha daur ulang yang sebagian besar beranggotakan ibu-ibu rumah tangga ini sudah berkembang. Mereka mendapat dukungan dari berbagai pihak, baik Pemkot Makassar, juga swasta, antara lain Unilever, yang menyediakan limbah plastik. Kementerian Pemberdayaan Perempuan juga membantu. “Waktu Bu Menteri datang ke sini, beliau membeli beberapa produk kami sebagai souvenir dari Makassar,” ucap Ahmad.

Sebagian besar instansi pemerintah di Makassar, sudah bekerja sama dengan UKM beranggotakan 40 orang ini. Ia bahkan mendapatkan penghargaan dari Pemkot Makassar karena dinilai berkontribusi atas penghargaan Adipura 2013 untuk kota ini beberapa bulan lalu. Kelurahan Karanganyar, lokasi UKM ini berada, dikenal sebagai kampung daur ulang di Makassar.

Jika sebagian orang kesulitan membuang sampah, Ahmad Sesse justru mencari sampah, terutama plastik dan kertas. Mengapa? Ternyata, dua jenis sampah ini bahan baku kerajinan daur ulang yang dia kelola melalui unit kegiatan masyarakat (UKM) Adhytya.

Daur Ulang Sampah, Salah Satu Misi SMA Jayapura | spunbond bag jakarta



Semisal koran, kata dia, siswa diajarkan untuk berkreasi koran itu bisa menjadi apa, setiap hari koran itu diproduksi setiap hari. Koran ini juga dibuat dari pulp atau bubuk kertas yang juga asalnya dari pohon.

"Yang pertama untuk menyadarkan siswa-siswi ini maka di dalam materi kewirausahaan itu mengajak anak untuk mendaur ulang sampah itu untuk menjadi sebuah produk," ujarnya.

Laban menuturkan, jikalau limbah sampah botol plastik berada dalam tanah kemudian kayu dan tanaman lainnya tidak akan bisa tumbuh maka akan tumbuh sebuah bencana, di antaranya tanah itu akan menjadi gersang.

"Itu yang pertama kami sadarkan kepada siswa maka di sekolah ini ada mata pelajaran kewirausahaan dimana di dalamnya mengarahkan siswa untuk bisa mendaur ulang sampah," ujarnya.

"Kami sering katakan bahwa seperti limbah sampah botol-botol plastik yang dibelanjakan di toko-toko itu tidak bisa terurai dalam tanah itu dalam tanah itu membutuhkan jangka waktu yang sangat lama," ujarnya.

Sekolah juga menjelaskan bahwa limbah sampah botol plastik itu sampai kapan pun tidak bisa terurai dalam tanah.

"Jika limbah plastik-plastik ini demikian semakin tinggi maka apa jadinya generasi-generasi ke depan kita wariskan apa," katanya.

"Daur ulang sampah ini memang bagian dari misi sekolah. Kami punya misi ada delapan, misi yang kedelapan itu adalah mendaur ulang sampah," kata Kepala SMAN 4 Jayapura, Laban Sembiring di Jayapura, Minggu (23/10/2016)..

Menurut dia, anak-anak ini harus didik dari sekarang dan jangan hanya memproduksi sampah tetapi harus sadar bahwa limbah sampah itu kalau tidak dikelola akan menjadi bencana ke depan.

Kalangan guru Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Kota Jayapura, Provinsi Papua, memotivasi siswanya untuk mendaur ulang sampah.















Tidak ada komentar:

Posting Komentar