Senin, 10 Juli 2017

Pemda Lamban Respon Keberhasilan Bank Sampah

Pengelolaan sampah dengan cara dipilah atau melalui bank sampah sangat efektif untuk mengatasi persolan sampah | spunbond printing



Dia berharap Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar untuk mendorong agar bupati dan wali kota memberikan dukungan untuk pengelolaan sampah yang ramah lingkungan seperti bank sampah.

“Meyakinkan aparat pemerintah bahwa pengelolaan sampah melalui bank sampah dan pemilahan bukan berarti menurunkan anggaran untuk pengelolaan sampah,” ujarnya.

Salah satu penyebab kurangnya respon pemerintah terhadap bank sampah yakni kebeperhikan pemda kepada pengusaha transportasi pengangkut sampah. Ada kekhawatiran jika pengelolaan dengan bank sampah maka anggaran sampah termasuk untuk transportasi pengangkut sampah akan dipangkas. Padahal pengelolaan sampah dengan melibatkan partisipasi masyarakat, sangat efektif mengatasi persoalan sampah.

Pengelolaan sampah selama ini belum efektif, yaitu sampah langsung diangkut kemudian ditumpuk di tempat pembuangan akhir sampah. Padahal menurut ketentuan Undang-Undang, sebelum sampah di buang, samoah-sampah dipilah antara sampah organik dengan non organik. Kemudian dari rumah, sampah organik diangkut untuk dibuang di TPS. Pada proses pembuangan akhir, sampah juga harus dipilah kemudian dapat didaur ulang. Selain itu, dari sampah juga dapat menghasilkan energi terbarukan.

“Bank sampah membantu namun pemerintah lamban. Bank sampah yang berhasil ditingkat RT dan RW segera lah direplikasi dalam konteks kota atau kabupaten."

"Pemkab/pemkot  lambat mengantispasi itu sehingga bank sampah yang berkembang posisinya kerdil, hanya berkembang disitu saja. Memang efektif tetapi hanya di daerah itu saja ,” kata Ahmad Syarifudin, dalam perbincangan bersama Radio Republik Indonesia, Minggu (19/2/2017).

Pakar Perkotaan Lingkungan, Ahmad Syarifudin mengatakan pemerintah daerah lamban dalam merespon kesuksesan bank sampah di tingkat RT/RW sehingga keberhasilan yang dirasakan cakupannya sempit. Padahal pengelolaan sampah dengan cara dipilah atau melalui bank sampah sangat efektif untuk mengatasi persolan sampah.


Menabung Sampah Agar Tidak Menggunung di Cikapundung | spunbond printing



Pipit Pitriana (42), warga setempat menyambut baik tentang penyuluhan bank sampah dan mengaku lebih mengerti tentang pemanfatan sampah. Dia berujar ternyata sampah bekas rumah tangga yang tadinya dibuang begitu saja, namun bila dikumpulkan dengan sabar dan teliti bisa menghasilkan  uang sebagai penambah penghasilan.

“Saya pikir sampah itu tidak ada manfaatnya. Tapi pas saya ngabandungan(memperhatikan) soal bank sampah ternyata lumyan oge (juga) kalo bisa dikumpulkan. Rencana saya dan kelompok kedepannya akan mencoba mempraktekkan pemilahan sampah rumah tangga untuk di tabung di bank sampah, nanti uangnya mau diambil ahpas lebaran saja,” pungkas dia.

John menuturkan, cara sederhana untuk menurunkan volume sampah yang terus meningkat mesti menyentuh dari hulu yakni sampah rumah tangga. Sebab, langkah tersebut dapat mempermudah proses distribusi sampah hingga ke TPA.

Dia berharap dengan banyaknya masyarakat yang mulai melirik konsep bank sampah diharapkan lebih menyadari bahwa sampah bisa bernilai ekonomi. Apalagi masyarakat perkotaan rata – rata membuang sampah Rp. 10.000/hari.

Dia menjelaskan, menurut data PD Kebersihan Kota Bandung hampir 80% sampah domestik kebanyakan berasal dari bahan organik. Namun, setelah dilakukan pengamatan mendalam ternyata sampah organiknya lebih sedikit. Hanya saja bercampur dengan sampah anorganik sehingga seolah – olah banyak.

“Selama ini paradigm masyarakat melihat sampah itu musuh. Tetapi melalui manajemen bank sampah dibalikkan bahwa sampah itu ternyata membawa berkah dan dapat mendatangkan uang,” kata dia.

“Permasalahan sampah di kita masih pada proses pemilahan. Jika pola pemilahan sampah sudah terbangun. Diharapkan mampu meminimalisir persoalan lingkungan yang ditimbulkan oleh sampah. Selain itu juga para orang tua mampu menanamkan kebiasaan memilah sampah ke anaknya agar mereka juga sadar tentang lingkungan dan tidak membung sampah sembarangan,” ujar Ratna yang juga berprofesi sebagai dosen ekonomi di Telkom University.

Ditempat yang sama,  John Sumual, Direktur Bank Sampah Bersinar, mangatakan untuk mengatasi permasalahan sampah di masyarakat salah satunya harus melibatkan masyarakat itu sendiri. Dia menyebutkan pola kebijakan persampahan di Kota Bandung masih menggunakan sistem konvensional. Padahal menurut hematnya kelebihan konsep bank sampah efektif memilah sampah antara organik dan anorganik berskala rumahan.

Untuk mengakali hal tersebut tidak terjadi lagi, pihaknya akan membentuk kelompok bank sampah yang beranggotakan 20 orang. Nantinya setiap kelompok ditugaskan memilah sampah hasil rumah tangga selama 30 hari. Setelah itu terkumpul dan disetorkan kepada pihak bank sampah, setiap kelompok akan menuai hasil dari memilah sampah tersebut berupa uang dalam bentuk rekening.

Dikatakan Ratna, mulanya masyarakat akan terus diberikan pemahaman agar memiliki wawasan bahwa sampah memiliki nilai ekonomi. Hal itu penting, mengingat masyarakat perkotaan masih apatis terhadap persoalan yang menyangkut lingkungan. Jika sudah demikian, langkah selanjutnya masyarakat akan diajarkan tata cara memilah sampah yang bisa dijual sesuai dengan kriteria bank sampah.

Dia menerangkan, di Kelurahan Cipaganti, tepatnya di RW 05 terdapat 720 Kepala Keluarga (kk) yang setiap harinya ibu – ibu dari masing – masing rumah berkutat dengan sampah. Tentu dapat diprediksi berapa banyak sampah yang dibuang percuma setiap hari tanpa dimanfaatkan terlebih dahulu. Alhasil sampah akan menumpuk di tempat pembuangan sementara (TPS) dan menimbulkan bau tidak sedap.

Ratna Lubis Nugroho, Ketua Pelaksana Gemercik, menuturkan bahwa bank sampah bukan merupakan metode baru yang digunakan untuk memanimalisir barang yang sudah tak terpakai. Dia beranggapan bahwa konsep seperti ini dinilai cocok diterapkan di masyarakat karena memiliki dua kelebihan yakni lingkungan menjadi bersih dan bisa mendapatkan keuntungan dari segi ekonomi.

“Kami disini ingin membantu masyarakat untuk menyediakan bank sampah sendiri. Nanti khususnya masyarakat di perkotaan akan berperan dalam memilah sampah yang berasal dari rumah tangga. Diharapkan penyelenggaraan bank sampah ini bisa terus menyadarkan masyarakat tentang manfaat dari sampah sekaligus menumbuhkan rasa menjaga lingkungan,” kata dia saat ditemui di Mesjid Mungsolkanas.

Forum Gerakan Masyararakat Peduli Cikapundung (Gemercik), berkeinginan mengubah pola pikir dari perilaku masyarakat yang membuang sampah tanpa memilah, menjadi memilah sampah untuk mendapat berkah. Upaya tersebut ditempuh melalui sosialisasi konsep bank sampah kepada masyarakat di bantaran Sungai Cikapung, di Kelurahan Cipaganti, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Selasa (17/01/2017).

Permasalahan sampah di perkotaan memang masih menjadi problematika berkelanjutan. Lingkungan masyarakat yang heterogen kadang kala berganggapan bahwa sampah adalah sesuatu yang tidak berguna dan harus segera dibuang. Anggapan seperti itu diwajarkan, dengan alasan sebagian masyarakat belum mengetahui manfaat lain yang bisa dihasilkan dari sebuah sampah.


Carrefour Kurangi Penggunaan Kantong Plastik | spunbond printing



Sejak tahun 2006, Carrefour secara global telah melaksanakan Program Pengurangan Penggunaan Kantong Belanja Plastik di beberapa negara dan menyarankan konsumen untuk menggunakan kantung belanja yang bisa dipakai kembali. Hingga tahun 2010, Carrefour Grup telah mengurangi penggunaan kantong belanja plastik sebesar 10 milyar kantung. Saat ini gerai-gerai Carrefour di Eropa (Perancis, Spanyol, Belgia, Polandia, Italy, Rumania), di Asia (Cina, Taiwan) dan di Amerika Latin (Brazil, Argentina), sudah mengimplementasikan program ini.

"Kami berharap kegiatan yang kami lakukan ini dapat memberikan kontribusi positif terhadap pelestarian lingkungan karena kami sadar bahwa sampah plastik menjadi salah satu penyumbang sampah terbesar di bumi. Dengan membeli Green Bag, pelanggan ikut berpartisipasi dalam menjaga dan melestarikan lingkungan," demikian tegas Adji Srihandoyo, Corporate Affairs Director, PT. Carrefour Indonesia.

"Pelanggan Carrefour dapat membeli Green Bag (kantong belanja ramah lingkungan yang dapat dipakai kembali) seharga Rp 9.900/kantong. Sedangkan bagi pelanggan yang tetap menginginkan menggunakan kantong belanja plastik Carrefour yang degradable (dapat terurai paling lama 2 tahun), pelanggan masih dapat membelinya di kasir dengan harga Rp 200/kantong untuk kantong plastik kecil dan Rp 400/kantong untuk kantong plastik besar," ujar Head of External Communication & CSR, Carrefour, Hendrik Adrianto, di Jakarta, Senin (15/10).

Program ini merupakan rangkaian dari Pelaksanaan Program Pengurangan Penggunaan Kantong Belanja Plastik yang diawali pelaksanaan pilot projectnya di Carrefour Sunset Denpasar dan Carrefour Imam Bonjol di Bali dalam rangka mendukung Hari Tanpa Kantong Plastik Sedunia yang jatuh pada setiap tanggal 3 Juli. Adanya tanggapan positif dari pelanggan yang perduli terhadap lingkungan menambah keyakinan Carrefour melanjutkan di gerai lainnya secara bertahap. 

Carrefour Indonesia berinisiatif untuk mengurangi pemakaian kantong belanja plastik, serentak di 7 (tujuh) gerai Carrefour. Gerai tersebut antara lain di Lebak Bulus, Ambarukmo Yogyakarta, Maguwo Yogya, Srondol Semarang, DP Mall Semarang, Citra Garden Medan dan Medan Fair. 

Nantinya gerai Carrefour tersebut tidak lagi memberikan kantong belanja plastik secara gratis kepada para pelanggan. Sebagai gantinya, Carrefour menyarankan pelanggan untuk membawa kantung/keranjang belanjaanya sendiri atau membeli Green Bag. Aturan ini berlaku mulai tanggal 15 Oktober 2012.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar