Selasa, 28 November 2017

Mantan Pegawai Bank Ini Ubah Limbah Botol Plastik Jadi Furnitur

Roy mampu mengubah barang bekas seperti limbah botol plastik menjadi peralatan rumah tangga | jual spunbond bag



jual spunbond bag


Untuk satu unit rumah sedikitnya diperlukan 8.000 botol plastik air mineral, dengan perkiraan biaya dari awal sebesar Rp 50 juta. Saat ini anggota PLPBK tercatat sebanyak 50 Kepala Keluarga, untuk tahap awal mereka akan membangun di kawasan RT 2 Kelurahan Sumur Meleleh dengan merobohkan rumah berbahan kayu itu dan melakukan pembangunan dari awal.

"Hanya fondasi rumah saja yang disisakan, benar benar kami bangun dari awal, dasar botol plastik diisi pasir pantai ini, kami yakin memiliki daya Hydrophonik untuk mengantisipasi getaran gempa," pungkas Roy Nelwan.

Bahan baku botol plastik ini, kata dia, didapat dari limbah buangan hotel, rumah makan dan limbah salah satu Mall di Bengkulu. Semua didapat dengan gratis, tetapi mereka harus menyisihkan dan mengangkut sendiri limbah tersebut.

Impian para anggota PLPBK Rafflesia yang bermukim di pesisir pantai Kota Bengkulu itu adalah merenovasi bahkan membangun rumah para anggota dengan bahan botol bekas.

Produk lain yang juga diproduksi Roy bersama Kelompok Penataan Lingkungan Pemukiman Berbasis Komunitas (PLPBK) Rafflesia Kelurahan Sumur Meleleh Kecamatan Teluk Segara Kota Bengkulu ini adalah tas belanja ke pasar dan hiasan dinding.

"Kami di PLPBK Rafflesia ini mencoba mengubah sampah non organik yang menakutkan menjadi barang yang bernilai ekonomi tinggi," ujar Roy sambil mengisi botol plastik bekas air mineral dengan pasir pantai (28/6/2015).

Pensiun dari salah satu bank swasta tidak membuat Roy Nelwan berdiam diri. Dengan kemampuan membuat furnitur yang diturunkan sang ayah, Roy mampu mengubah barang bekas seperti limbah botol plastik menjadi peralatan rumah tangga.

Roy bernama tionghoa Ang Kian ini memulai usaha membuat furnitur dari botol plastik bekas sejak tiga tahun lalu. Salah satu furnitur yang dibuat seperti kursi tamu. Satu unit kursi tamu lengkap dengan meja dipasarkan dengan harga Rp 1,5 juta.


Belum semua swalayan di Bandung terapkan kantong plastik berbayar | jual spunbond bag




"Kita akan evaluasi sebulan pertama sampai dengan bulan ketiga. Ada tim terpadu yang sudah dibentuk untuk mengevaluasi. Nanti akan dilihat signifikan tidaknya kebijakan ini. Dari harganya sampai efektivitas pengurangan sampah plastik. Kalau tidak signifikan, kita coba tingkatkan lagi (harga kantong plastik)," ujar Teti.

Menurut Teti, penerapan kantong plastik berbayar masih dalam tahap uji coba. Program ini nantinya akan dievaluasi selama tiga bulan pertama.

Mengenai besaran harga setiap kantong plastik, menurut Teti merujuk pada surat edaran dari Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya, Kementerian Lingkungan Hidup. Disebutkan harga setiap kantong plastik sebesar Rp 200.

"Jadi nanti pembeli diberi pilihan oleh kasir, apakah mau pakai kantong plastik atau tidak," kata Teti.

Kota Bandung menjadi proyek percontohan penerapan kebijakan digagas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bandung, Teti Mulyawati mengatakan, uji coba kantong plastik berbayar sudah disosialisasikan.

"Ini papan sebagai informasi dulu. Tapi nanti akan diterapkan berbayarnya yang belum tahu kapan waktunya," ujar Rifti.

Di bagian atas papan tertulis Indonesia Bersih Sampah 2020. Adapun seruan ajakan tertera juga ajakan menggunakan tas ramah lingkungan.

Papan informasi dengan mengkampanyekan diet kantong plastik itu dipasang di dekat kasir. Ajakan itu diberi tagar #DietKantongPlastik. Guna menekan penggunaan kantong plastik, pengelola membebankan biaya tambahan Rp 200 per kantong plastik.

"Ini masih papan informasi saja. Belum ada tindak lanjut untuk kantong plastik berbayarnya," kata kasir Indomaret, Rifti (25), kepada merdeka.com, Senin (22/2).

Seperti terjadi di minimarket Indomaret, Jalan LL RE Martadinata, Kota Bandung. Kantong plastik berbayar belum dibebankan pada konsumen berbelanja.

Penerapan kebijakan kantong plastik berbayar mulai diberlakukan sejak Minggu (21/2), ternyata belum dilakukan seluruh gerai supermarket dan minimarket di Kota Bandung. Pihak pengelola hanya melakukan sosialisasi dengan papan informasi mengenai adanya program pengurangan kantong plastik.

Mahasiswa BSI Sukabumi Ciptakan Tote Bag Aksara Sunda | jual spunbond bag



Kepala Kampus AMIK BSI Sukabumi Denny Pribadi menyambut baik dan bangga adanya kegiatan tersebut. “Saya sangat mendukung kegiatan positif ini. Saya bangga dengan apa yang dilakukan anak-anak muda kota Sukabumi. Sebab, mereka  memiliki kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan, sekaligus berusaha melestarikan budaya Sunda dengan melukis aksara Sunda pada tas yang akan digunakan sebagai pengganti kantong pelastik,” ungkap Denny Pribadi.

Mahasiswi semester lima AMIK BSI Sukabumi yang juga penerima bepres (beasiswa prestasi) BSI ini berharap Indonesia suatu hari nanti menjadi negara pariwisata bebas sampah plastik yang menjunjung tinggi kebudayaan nasional, untuk Sukabumi khususnya budaya Sunda.

Pengenalan aksara Sunda melalui tas ramah lingkungan merupakan salah satu program kerja Post Moka Activity (PMA) yang diusung Kiswah untuk mendukung program Walikota Sukabumi, yaitu “Sukabumi Bebas Sampah Plastik” yang dicanangkan sejak bulan Maret 2016.

Selain itu, menurutnya, pembuatan tote bag hasil karya sendiri dengan dihias aksara sunda sekaligus memperkenalkan budaya nasional kepada masyarakat. “Selain peserta belajar menulis dengan aksara Sunda, hasil tote bag yang telah dihias tersebut diharapkan dapat menggantikan penggunaan plastik dengan tas ramah lingkungan,” ungkap Kiswah yang juga Duta HIV/AIDS Kota Sukabumi 2016.


Kenapa membuat tas belanja sendiri? Kenapa tidak beli tote bag saja? Hal itu dijawab oleh Siti Kiswah, anggota Paguyuban Moka Kota Sukabumi 2016 yang menggagas kegiatan ini. “Biasanya anak muda kalau tote bag beli dibandingkan  buatan sendiri itu beda kasih sayangnya. Mereka lebih greget pakai tote bag produk buatan sendiri. Karena kita yang hias sendiri dan tidak pasaran,” ujar Siti Kiswah.

Workshop yang diikuti oleh 200 mahasiswa AMIK BSI Sukabumi tersebut diawali dengan pemaparan materi mengenai bahaya sampah plastik bagi lingkungan. Dilanjutkan dengan pembuatan workshop tote bag dengan aksara sunda, sebagai salah satu solusi mengurangi penggunaan kantong plastik.

AMIK BSI Sukabumi  menggelar Carnaval BSI 2016, Ahad (25/09/2016). Salah satu rangkaian kegiatan tersebut  adalah workshop pembuatan ‘tote bag’ dengan aksara sunda. Kegiatan ini bekerja sama dengan Mojang Jajaka (Moka) Sukabumi 2016 dan Senat Mahasiswa AMIK BSI Sukabumi.





FHB dan Pemkot mendukung pengurangan penggunaan kantong plastik kresek

Pemkot Bandung Imbau Warga Kurangi Penggunaan Kantong Plastik | jual spunbond


jual spunbond



Untuk bentuk dan desainnya nanti, lanjut Dandan, itu akan diserahkan kepada perusahaan.”Pembuatannya, desainnya silahkan saja bebas, itu mekanisme pasar,” lanjutnya.  Imbauan agar tidak menggunakan kantong keresek ini, kata Dandan akan dilakukan lebih gencar lagi.

 “Setiap momen kita imbau agar penggunaan kantong plastik ini dihindarkan,” pungkasnya.

Namun, kata Dandan imbauan tersebut juga diiringi solusi agar warga tidak terus menggunakan kantong keresek.“Kita juga sedang membicarakan penggantinya dengan Forum Hijau Bandung, akan seperti apa nanti pengganti kantong plastiknya,” terang Dandan.

Saya imbau kepada warga supaya jangan menggunakankantong plastik. Tapi sejauh ini masih sosialisasi belum sampai Perwal,” ujar Dandan saat ditemui di Pendopo Kota Bandung, Selasa (4/5/2010).
Kepala BPLH Kota Bandung Dandan Riza Wadhana mengimbau kepada warga Bandung agar membawa kantong sendiri jika berbelanja ke pasar terutama ke supermarket.


Pengurangan limbah plastik untuk cintai bumi kita | jual spunbond


Tas belanja saat ini juga banyak sekali model nya sehingga tetap membuat anda terlihat modis di berbagai kesempatan. Saat ini juga banyak sekali masyarakat yang memanfaatkan plastik sebagai bahan baku untuk kerajinan tangan.

Semoga penggunaan plastik ini diikuti oleh toko-toko lain yang belum menggunakannya.
Tapi,, plastik-plastik ini tetap saja membutuhkan untuk mengurai, sekitar 2 tahunan.
Ada baiknya, kita menggunakan tas belanja untuk bepergian.

Sebut saja carefour, indomart, gramedia, dan banyak toko yang dalam pelayanannya membutuhkan banyak sekali plastik mulai beralih ke plastik ramah lingkungan ini.

Plastik yang normalnya baru dapat terurai selama 500-1000 tahun, bisa dapat terurai hanya dengan 2 tahun saja.

Tahukah kita? Dengan memakai plastik secara terus-menerus dapat menyumbangkan sampah yang dapat bertahan sangat lama di tanah karena sifat dari plastik itu sendiri yang sulit terurai.

Saat ini,, mini market ataupun swalayan-swalayan berlomba-lomba menggunakan plastik ramah lingkungan.

Tidak dapat dipungkiri kegunaan plastik menjadi salah satu alat untuk membawa barang-barang hasil belanjaan kita yang sifatnya dapat menampung banyak sekaligus ringan merupakan pilihan dari banyak kalangan baik dari pemilik Super market hingga penjual sayur di pasar.

Plastik ini bisa kita dapatkan dimana-mana, mulai dari Mini market,, super mall,, hingga pasar tradisional atau emperan sekalipun.


Carrefour Menjual Tas Belanja Pengganti Kantong Plastik | jual spunbond



Ada cerita kemarin saya sedang di sebuah departement store di Jakarta. Sewaktu antri di kasir, depan saya itu ada 2 orang bule yang baru beli beberapa kaos kaki. Si kasir pun setelah melakukan pembayaran memasukkan kaos kaki ke kantong plastik kecil dimana setelah itu akan dimasukkan lagi ke kantong plastik yang lebih besar, yang ada pegangan untuk dibawa. 

Lalu tiba-tiba salah satu dari mereka bilang (dalam bahasa inggris),”tidak usah pakai kantong lagi, biar saya masukkan ke kantong yang lain.” Wah ini benar-benar contoh yang baik. Mungkin mereka memang sudah terbiasa dengan hal itu. Inilah yang harus ditularkan kepada teman-teman kita.

Dengan hal ini maka Carrefour pun dapat turut mengurangi penggunaan kantong plastik belanja dan diharapkan kantong ini pun dapat dipakai untuk belanja di tempat lain. Kadang malah karena alasan berat atau kemauan dari pelanggan kantong di dobel.

Ternyata saya mendapat info dari teman bahwa Carrefour di Bandung menjual tas belanja pengganti kantong plastik seperti pada gambar. Carrefour sebagai hypermarket besar dengan jumlah penjualan yang tinggi di Jakarta dan Bandung juga kontributor sampah kantong plastik belanja.

Katanya sih harganya Rp. 10.000,– dan kalau rusak bisa dibawa kembali ke Carrefour untuk minta diganti. Saya belum confirm hal ini tetapi kedengarannya ok banget.

Sudah sejak Mei 2007 saya menulis mengenai “Solusi Sampah Plastik Kita” dimana sampah plastik kita yang sangat banyak dan juga menyumbat saluran air, tanggul dan malah yang ekstrim merusak turbin PLTA di waduk adalah kantong plastik belanja atau kita sebut kantong kresek karena bunyinya srek kesrek kesrek.










Senin, 27 November 2017

Tetap Sayang Bumi Dengan Tas Belanja Ramah Lingkungan "Vertesac"

Pencemaran tanah dan lingkungan dari aktivitas penggunaan plastik | jual kain spunbond eceran

jual kain spunbond eceran


Melalui Vertesac, Atika pun meraih prestasi Best Project dan menjadi Duta Lingkungan Muda Bayer dalam ajang BYEE 2013 di Jakarta bersama dengan Syaiful Sadir dari Universitas Hassanudin. Keduanya pun akan kembali diikutsertakan pada BYEE tingkat internasional di Jerman pada 11 – 15 November mendatang.

Ide pengintegrasian teknologi RFID merupakan ide awal Atika pada 2011 lalu. Dalam penerapannya, Atika pun menggaet beberapa tim dari ITB. Bukan hanya itu, ia pun memberdayakan komunitas ibu-ibu perajin tas dari desa Cimareme, Kabupaten Bandung sebagai mitra produksi tas. Produk ini pun kini tengah didaftarkan ke UPT HAKI Unpad.

Vertesac mengintegrasikan sistem Radio Frequency Identification (RFID). Sistem ini dapat melacak aktivitas belanja seseorang yang langsung dikoneksikan ke mobile apps melalui QR code di dalamnya. Bukan hanya itu, sistem RFID tersebut juga digunakan sebagai kartu anggota/diskon.

Smart shopping bag ini adalah tas belanja ramah lingkungan yang mengintegrasikan teknologi dan bahan ramah lingkungan untuk digunakan dalam aktivitas belanja,” ujar Atika. 

Memikirkan bahaya pencemaran tanah dan lingkungan dari aktivitas penggunaan plastik dalam keseharian, membuat dara satu ini dapat ide merancang smart shopping bag, sebuah tas lipat yang memungkinkan penggunanya mengontrol aktivitas belanja.


Hypermart Ajak Masyarakat Beli Tas Belanja Ramah Lingkungan | jual kain spunbond eceran



Jika stamp sudah terkumpul sesuai yang ditentukan, konsumen bisa menukarkannya dengan produk rumah tangga persembahan Vivo. Di antaranya, panci sayur 16 Cm, wajan penggorengan 24 Cm, panci sup 20 Cm, wajan bertutup 30 Cm, wajan penggorengan 28 Cm, dan panci sup 24 Cm.

“Semakin banyak belanja, semakin banyak dapat stamp, semakin cepat miliki produk Vivo,” jelasnya.

Sementara itu, bukan hanya promo tas belanja, Hypermart juga telah menyiapkan program stamp untuk setiap customer yang berbelanja menggunakan kartu Hicard. Stamp dikumpulkan untuk mendapatkan koleksi produk Vivo. Periode pengumpulan stamp mulai tanggal 4 Februari hingga 29 Juni 2016 mendatang. Sementara periode penukaran stamp mulai tanggal 4 Februari hingga 13 Juli 2016. “Setiap belanja Rp50 ribu berlaku kelipatannya,” ujarnya.

Program ini berlangsung mulai periode 19 Februari hingga 19 Maret 2016 mendatang. Menurutnya, selama periode berlangsung, respons masyarakat cukup bagus.

“Bagus, banyak masyarakat yang sudah beli,” ujarnya.

Dikatakan Yus, ada banyak pilihan warna dan model yang telah disiapkan Hypermart. Mulai dari gambar tempat bersejarah di Indonesia seperti Candi Borobudur, hingga kata-kata bijak yang berisi soal go green.

“Kami sadar bahwa ini adalah bagian dari gaya hidup yang harus mulai diterapkan dan dibiasakan agar kita semua bisa membuat lingkungan lebih bersih,” katanya.

Seperti diketahui, berdasarkan peraturan pemerintah tentang pembatasan penggunaan kantong plastik, pemakaian kantong belanja berbayar telah berlaku mulai tanggal 21 Februari 2016 lalu. Dengan adanya program promo ini, pihaknya berharap masyarakat mau beralih untuk membeli tas belanja yang ramah lingkungan.

“Bayar di muka agak mahal tapi bisa dipakai seumur hidup dan aman untuk lingkungan. Tidak seperti plastik,” ujarnya.

“Kami ingin mengajak masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih,” katanya kepada Radar, kemarin.

Tas belanja ini merupakan tas yang terbuat dari bahan alami sehingga ramah lingkungan. Gerakan membeli tas belanja yang ramah lingkungan ini juga merupakan dukungan nyata Hypermart untuk mendukung pembatasan penggunaan kantong plastik. “Bahannya natural, organic, go green,” ujarnya.

Menindaklanjuti program pemerintah pembatasan penggunaan kantong plastik, Hypermart Cirebon menggelar promo untuk mendorong masyarakat membeli tas belanja. Disampaikan oleh Opening Manager Hypermart Cirebon, Yus Nandi setiap konsumen yang melakukan transaksi minimal Rp200 ribu, dapat membeli tas belanja seharga mulai dari Rp5 ribu.


Usaha Kreatif dari Tanaman Penggangu dengan Hasil yang Membuat Tersenyum | jual kain spunbond eceran



Selain menggunakan media online, jangan lupa pula untuk memasarkan melalui pameran atau bazar. Ikuti terus informasi terkini mengenai pameran atau bazar industri. Dengan memamerkan produk Anda tersebut, maka masyarakat akan semakin mengenal produk-produk Anda.

Jangan lupa pula untuk menyiapkan pengiriman yang tepat. Anda harus mengetahui cara pengemasan yang tepat agar produk kerajinan Anda tidak rusak saat dikirimkan. Kini Anda tahu bahwa usaha kreatif ini juga memiliki prospek yang besar. Semoga setelah membaca artikel ini, Anda semakin yakin untuk segera memulai usaha kreatif kerajinan tangan ini.

Untuk membuat produk yang diterima masyarakat, tentu Anda harus memerhatikan kualitas produk yang Anda buat. Teruslah bereksprerimen agar produk kerajinan Anda menjadi produk yang berkualitas. Berkualitas artinya menarik, kuat dan tidak mudah rusak.
Untuk promosi Anda tidak terlalu pusing karena saat ini media promosi sudah beragam. Jika Anda memasarkannya di rumah, maka buatlah akun media sosial, blog, website atau media online lainnya. Promosikan produk-produk kerajinan Anda tersebut dengan membuat foto yang menarik.

Bayangkan saja, Anda memiliki kesempatan untuk mendapatkan omzet mencapai Rp. 30.000.000 per bulannya. Hasilnya sangat menggiurkan, bukan? Selain mendapatkan keuntungan dari usaha ini, Anda juga ikut melakukan daur ulang bahan.
Misalnya saja eceng gondok yang sering dianggap tanaman pengganggu atau gulma.

Dengan penanganan yang tepat, tanaman yang dinilai sebagai gulma ini justru memberikan keuntungan bagi Anda.

Untuk kerajinan eceng gondok sendiri, Anda bisa menjualnya mulai dari kisaran harga Rp. 3.000 saja. Namun jangan salah, ada pula produk kerajinan eceng gondok yang dibandrol dengan harga jutaan. Bagaimana jika eceng gondok sulit untuk didapatkan?

Sekali lagi, lihat terlebih dahulu bahan yang melimpah di sekitar Anda. Contoh bahan lain yang bisa Anda gunakan untuk usaha kreatif ini adalah pelepah pisang, daun pandan, ataupun bahan plastik. Peluang omzetnya juga tidak main-main.

Pasalnya, bahan ini juga cukup berlimpah dan mudah didapatkan. Dari bahan ini, Anda sudah bisa memulai usaha kreatif seperti membuat partisi, membuat hiasan lampu, hiasan dinding, dekorasi untuk pengantin, dan lain sebagainya.

Karena bahannya mudah didapatkan, maka harga produk kerajinan tersebut tidak terlalu mahal namun tetap memberikan keuntungan. Untuk harga Anda bisa menyesuaikan dengan tingkat kerumitan dan bahan yang digunakan.

Anda suka membuat kerajinan tangan? Jika saat ini hal itu masih menjadi sebuah hobi, maka tidak ada salahnya jika Anda mengembangkan hobi tersebut. Dalam hal ini, Anda bisa mulai memikirkan untuk mengembangkan hobi tersebut menjadi sebuah usaha kreatif.

Tidak perlu terlalu memikirkan kerajinan apa yang akan Anda pasarkan. Cobalah lihat sekitar dan temukan bahan yang berlimpah di sekitar Anda. Salah satu bahan yang mungkin bisa Anda gunakan untuk memulai usaha ini adalah eceng gondok.













Minggu, 26 November 2017

Manfaatkan Limbah Sawit, Pertamina Dorong Ekonomi Kreatif di Aceh

Produk kerajinan tangan | jual goodie bag

https://www.goodybag.id/


Efika Jana, Ketua Kelompok Karya Muda mengatakan sejak 2013, bantuan dari Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertamina EP kini ibu rumah tangga di wilayah Kampung Paya Bedi Kecamatan Rantau dapat mengisi waktu kosongnya dan mendapatkan penghasilan.

Menurutnya, hampir semua bagian dari kelapa sawit yang selama ini dibuang menjadi bermanfaat dan memiliki nilai ekonomi.

"Produk-produk kami juga di pajang di galery Ajang Ambe. Show room yang menampung lebih dari 40 mitra UMKM di wilayah Aceh Tamiang," pungkas Jana.

"Selama sebulan mereka bisa mengantongi pendapatan hingga Rp 3 juta," tambahnya.

Sementara itu, produk anyaman mitra binaan PEP Field Rantau ini beragam bentuk dan ukuran, seperti tas jinjing, tas laptop, kotak tisu, hingga sapu lidi. Sedangkan harga produk berkisar Rp 20.000 sampai Rp. 200.000.

Selain limbah kelapa sawit, lanjut Ricard, kelompok ibu rumah tangga berjumlah 24 orang ini juga mencari bahan baku lain seperti lalang, eceng gondok, serat gedebong pisang, daun serai untuk mengembangkan produk anyamannya.

Sebagian dari mereka jadi pengumpul dan kemudian dibeli koperasi. Sebagian yang lainnya menjadi penenun, pembuat pola dan menganyam. Upah kerja mereka setelah dikurangi bahan baku rata-rata Rp 30.000 per produk.

Selama empat tahun dalam pembinaan, Karya Muda sudah mendapat bantuan sebesar Rp 700 juta.

"Pertamina mendanai penyediaan mesin tenun, bahan baku seperti kain, benang, serta memberi pendampingan bekerjasama dengan mitra agar usahanya kokoh dan berkelanjutan," jelasnya.

Selain membentuk kelompok kerajinan, anggota juga didorong untuk memiliki sumber ekonomi baru dan berkelanjutan dengan badan usaha berbentuk koperasi.

Field Manager PEP Rantau, Richard Muthalib menjelaskan, untuk meningkatkan kemampuan mitra binaan, Pertamina telah menunjuk LP2K untuk mendampingi kelompok pengrajin dengan memberikan pelatihan dan pendampingan dalam rangka penguatan kelompok, pemasaran, permodalan.

Per­tamina EP Field Rantau membentuk Kelompok Pengrajin Anyaman Karya Muda di Kampung Paya Bedi Kecamatan Rantau Kabupaten Aceh Tamiang sejak tahun 2013.

Pembentukan kelompok kerajinan tersebut dilakukan untuk mendorong peningkatan ekonomi masyarakat melalui produk-produk kerajinan tangan yang dibuat menggunakan limbah kelapa sawit seperti pelepah pohon kelapa sawit.

Kelapa sawit selain dikenal sebagai salah satu bahan baku utama minyak goreng, akan tetapi juga menyimpan potensi ekonomi lain yakni produk kerajinan tangan.


Inilah cara produk UKM naik kelas | jual goodie bag



Menurutnya, kemasan dan inovasi produk sama pentingnya dalam menarik minat konsumen. Sama halnya dengan Diah, Wiwit juga gencar melakukan inovasi produk. Agar konsumen tidak jenuh, ia selalu mengeluarkan tema berbeda setiap tahun. “Dengan cara itu, pelanggan juga akan menunggu keluaran terbaru, produk kami bisa menjadi koleksi,” kata Wiwit yang mulai memasarkan produknya ke luar negeri. 

Inovasinya tidak terbatas pada desain produk saja. Ia juga terus mencari cara agar kualitas produknya lebih awet dan tahan lama. Selain menjemur bahan baku eceng gondok, Wiwit juga menggunakan belerang agar produknya lebih tahan lama. 

Seperti Diah yang juga membuat jenis kemasan lain agar bisa mengirim produk ke luar kota lewat jalur udara dan darat. Selain menyediakan toples berbalut boks, ia juga membuat kemasan kue kering berbungkus satuan. Masing-masing kue kering ini dimasukkan ke dalam kemasan boks. “Tidak pakai toples, jadi aman kalau dikirim ke luar kota,” kata Diah.

Bukan hanya kemasan, Diah juga gencar menjajaki varian resep kue terbaru. Selain menjual aneka kue kering, kini dia juga sedang uji coba mengaplikasikan resep kue kering menjadi bentuk cake.

Total modal yang harus Wiwit setor untuk menambah kemasan mencapai Rp 15 juta. Modal itu dipakai untuk mencetak desain name tag dan boks masing-masing sebanyak 7.000 buah. 

Dengan mengubah desain kemasan, harga produknya pun terkerek. Biasanya satu tas anyaman Wiwit hanya dihargai Rp 200.000. Sekarang, untuk model dan kualitas yang sama, harganya bisa mencapai Rp 500.000 per buah. 

Sementara produk perabot rumah tangga seperti kursi kotak untuk satu orang dihargai Rp 1 jutaan. 
Mengubah desain kemasan produk saja tidak cukup. Namanya berbisnis, pengusaha juga harus tetap berinovasi. 

Untuk mengubah kemasan menjadi lebih mewah, Wiwit memberikan name tag atau gantungan nama di tiap-tiap produk. “Jadi kalau konsumen menjadikan produk kami  untuk bingkisan atau kado, tidak malu-maluin,” ujar Wiwit. 

Wiwit pun mengubah namanya menjadi Witrove. Trove yang artinya wadah yang berisi benda-benda bernilai dan bagus pun dipilih untuk mengganti kata collection. Sebab, selain memproduksi tas, sepatu dan sandal, Wiwit juga membuat aneka perabot rumah tangga seperti kursi dan meja berbahan dasar eceng gondok. 

Untuk menaikkan kelas produknya, Wiwit menambah kemasan boks pada produk tas berbahan dasar eceng gondoknya. Selain itu, ia juga memberi label di tiap produk buatannya. 

Dengan cara ini, orang lebih mudah mengenal nama produk besutannya. “Saya rebranding produk, awalnya asal saja namanya Wiwit Collection, tapi saran desainer namanya harus diubah supaya punya nilai jual ke segmen atas,” katanya. 

Seperti halnya yang dilakukan oleh Wiwit Manfaati yang memproduksi aneka kerajinan berbahan dasar eceng gondok di Surabaya. Meski berbahan dasar limbah tanaman liar seperti eceng gondok, tidak mustahil kemasan dapat mengubah persepsi orang soal produk. 

“Pandangan pertama itu penting agar orang tertarik dengan produk kita, makanya kemasan yang baik jadi penting,” ujar Wiwit yang merintis usaha sejak tahun 2008 silam. 

Bukan hanya makanan yang perlu tampilan kemasan menarik agar kelasnya naik. Produk kerajinan tangan juga perlu dikemas menarik agar diterima oleh pasar. 

Selain harga, penjualan juga turut meningkat. “Saya pikir pembeli lama pergi, tapi justru dengan mengubah kemasan, pembeli lama maklum dan dapat pembeli baru,” kata Diah. 

Paling terasa saat momentum Lebaran, Penjualannya naik menjadi 20.000 boks selama Ramadan sampai Lebaran. Omzetnya? Tentu naik berkali-kali lipat. Saat Lebaran, Diah mengaku meraup omzet sekitar Rp 1 miliar. Begitu juga margin atau keuntungan ikut terdongkrak. Biasanya Diah hanya mengantongi margin sekitar 30% sampai 35% per kemasan, di musim ramai itu naik menjadi 40% - 45%. 

Selain itu, Diah juga membeli mesin vakum untuk membungkus camilan buatannya senilai Rp 300.000. Ini belum termasuk biaya membeli desain produk. Beruntung Diah mendapat bantuan dari Pemerintah Kota Surabaya. Melalui program Tata Rupa, ia tidak mengeluarkan dana untuk membayar desainer kemasan produk. 

Dian mengaku, seluruh biaya yang dikeluarkan berbanding lurus dengan keuntungannya. Sebelumnya menjual kue kering di harga Rp 65.000 per toples ukuran 500 gram, kini dengan kemasan baru dia menjualnya di harga Rp 85.000 per toples.

Dari situ ia pun mulai mengubah kemasan produk dengan menambahkan boks karton untuk masing-masing toples kuenya. Tentu boks karton yang digunakan sudah didesain dengan gambar dan brand Diah Cookies agar lebih berkelas.

Diah bilang, untuk pengadaan kemasan boks ini dirinya harus merogoh modal Rp 10 juta sampai Rp 20 juta. Soalnya, dia harus memesan boks hingga 20.000 pieces agar harganya lebih murah. “Ongkos produksi jadi naik Rp 3.000-Rp 4.000 per toples untuk tambah kemasan boks itu,” ujar Diah.

Di tahun 2010, saat sang suami kena pemutusan hubungan kerja (PHK), mau tak mau Diah harus menjadikan usaha kuenya sebagai tulang punggung ekonomi keluarga. Tak ayal, Diah harus memperbaiki resep agar kuenya mampu bersaing dengan kue kering produsen lainnya. Walau rasanya sudah siap beradu, kelasnya tetap berada di kelas C dan D karena Diah hanya menggunakan kemasan toples dan stiker. 

“Saya mulai mengubah kemasan tahun 2012 saat ikut program pemerintah kota, diberi tahu kalau kemasan produk bisa menaikkan segmen pasar, sehingga omzet juga naik,” kata Diah kepada KONTAN. 

Tidak semua pelaku bisnis menyadari bahwa kemasan produk memberikan pengaruh besar terhadap penjualan. Selama ini, banyak pelaku usaha hanya fokus menciptakan suatu produk, namun tidak memperhatikan kemasan. Kemasan yang sering digunakan hanyalah kemasan plastik biasa yang tidak berbeda dengan kebanyakan pelaku bisnis lain.

Diah Arfianti, pemilik Diah Cookies di Surabaya, adalah salah satu pelaku usaha yang sudah membuktikan pentingnya kemasan dalam mengembangkan bisnis. Usaha kue kering yang dia rintis sejak tahun 2001, awalnya hanya menerima pesanan secara musiman saja, yakni pada momen Lebaran, Natal, dan Imlek. 

Persoalannya, banyak pelaku usaha yang sering mengabaikan  hal-hal kecil tersebut. Padahal,  jika diberi perhatian serius, justru sangat membantu dalam perkembangan usaha. Contohnya persoalan yang menyangkut tampilan kemasan produk.


Setiap pengusaha pasti mendambakan bisnis yang ia rintis bisa berkembang menjadi besar. Tak terkecuali mereka yang bergerak di sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Namun, merintis usaha hingga tumbuh dan berkembang besar tentu bukan perkara mudah.

Agar usaha kecil bisa berkembang sesuai keinginan, tentu membutuhkan strategi jitu dan kiat-kiat khusus. Dalam mengembangkan usaha, banyak juga aspek penting yang perlu diperhatikan agar usaha bisa terus berkembang. Termasuk hal-hal yang kesannya kecil dan sepele, tapi krusial.


BI Kalsel dukung pengembangan kerajinan lokal | jual goodie bag




Supian berharap lebih banyak warga yang tertarik menggeluti kerajinan anyaman eceng gondok, mengingat potensi pemasaran yang semakin terbuka lebar dan bahan baku melimpah, karena hampir 90 persen wilayah Kabupaten HSU diliputi lahan rawa atau lebak.

"Kelompok kami siap membantu jika ada permintaan kelompok perajin lain yang ingin meningkatkan keterampilan membuat anyaman ilung atau eceng gondok," katanya. 

Tanpa meninggalkan anyaman purun yang merupakan keahlian turun temurun, yang diwariskan oleh orang tua mereka, kini kerajinan yang bahan bakunya cukup melimpah tersebut, berkembang cukup pesat.

Pemasaran produk kerajinan anyaman eceng gondok sudah mencapai hingga Pulau Jawa meski tidak setiap bulan pesanan mengalir kepada kelompok perajin ini.

Supian mengatakan, semula ia hanya menggeluti produk kerajinan purun, namun seiring pelatihan yang dilaksanakan Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, Perindustrian dan Perdagangan (Diskuperindag) warga Desa Banyu Hirang mulai menggeluti anyaman eceng gondok.

Dia lantas membentuk kelompok perajin Kembang Ilung yang kini beranggotakan 20 orang, yang mempelopori pengembangan usaha kerajinan berbahan Ilung.

Pemilik Usaha kerajinan Eceng Gondok Kembang Ilung Supiaannor tersebut, Rabu (6/9) mengatakan, keuntungan usaha kerajinan eceng gondok miliknya tidak datang begitu saja.

"Saya memulai sejak 2005 melalui berbagai pelatihan, pameran dagang akhirnya terbuka pemasaran yang lebih intens," ujar Supian Noor.

Menurut dia, usaha kerajinan ilung atau Eceng Gondok di Kabupaten Hulu Sungai Utara, kini semakin menggiurkan dan perajin Desa Banyu Hirang Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan sudah membuktikannya.

Dalam satu bulan, kelompok pengrajin tersebut, bahkan bisa mendapatkan keuntungan hingga Rp30 juta. 

Berkat keuletan dan inovasi yang terus menerus, kini Supian Noor bersama sang isteri Misnawartati, dipercaya Bank Indonesia untuk memberikan pelatihan bagi kelompok perajin di desa lain melalui Program Kluster Anyaman Purun dan Ilung milik Bank Indonesia.

"Bank Indonesia mendorong kami untuk mengembangkan sektor kerajinan lokal ini dengan memberikan bantuan melalui program kluster industri kecil dan menengah eceng gondok," katanya.

Bank Indonesia Wilayah Kalimantan Selatan mendukung pengembangan kerajinan lokal antara lain kerajinan eceng gondok di Kabupaten Hulu Sungai Utara yang kini berkembang cukup baik.

Salah seorang pengrajin eceng gondok, Supian Noor di Amuntai, Kamis, mengatakan kini kerajinan eceng gondok yang dia rintis telah dikenal oleh konsumen dari berbagai daerah di Indonesia.








Kamis, 23 November 2017

Ridho Sulap Enceng Gondok Jadi Barang Kerajinan yang Hasilkan Ratusan Juta Rupiah Tiap Bulan

Tanaman gulma tersebut disulap menjadi berbagai macam produk kerajinan | harga spunbond bag

harga spunbond bag



Kerajinan enceng gondok tersebut saat ini sudah masuk di pasaran luar, seperti di Eropa dan juga Australia.

"Selain dalam negeri, produk kami juga diminati oleh masyarakat luar, dan kini sudah dipasarkan ke beberapa negara di Australia dan Eropa," tutur Rasidha.

Bahkan, kini omzet penghasilan yang didapat dari penjualan produk kerajinan eceng gondok mencapai Rp120 juta setiap bulannya.

Gayung bersambut, minat masyarakat terhadap produk kerajinan yang dibuatnya cukup besar.

Dari usaha kecil-kecilan yang dirintisnya pada tahun 2002, kini dirinya mampu memberdayakan sebanyak 170 warga sekitar.

Sepinya peminat, tak membuat Rasidha patah arang. Dirinya tetap konsisten membuat produk kerajinan dari bahan alam tersebut.
"Pertamanya kami menggunakan rotan untuk membuat produk kerajinan, namun minatnya sedikit. Akhirnya kami banting setir, dengan menggunakan eceng gondok yang lebih murah dan banyak didapatkan," keluh Rasidha.

"Banyak eceng gondok tumbuh liar di sini, tak terpakai, lantas muncuk ide, kenapa tidak kita manfaatkan saja seratnya untuk membuat kerajinan yang bisa dijual," ujar Rasidha, Kamis (23/2/2017).
Awal mulanya, produk kerajinan yang dibuat masih sedikit dan pendapatan yang didapat pun dapat dihitung dengan jari.

Mulanya Rasidha mengeluh banyaknya enceng gondok yang tumbuh liar tak terpakai di lingkungan sekitar rumahnya.
Dia pun berpikir menggunakan tanaman gulma itu untuk diambil seratnya sebagai bahan baku pembuatan produk kerajinan beraneka rupa.

Sebagian masyarakat masih memandang remeh tanaman enceng gondok.
Namun di tangan Rasidha atau biasa dipanggil Ridho (45), warga Desa ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul, tanaman gulma tersebut disulap menjadi berbagai macam produk kerajinan yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi.


Tingkatkan Pengunjung, Sentra UKM Merr Berencana Tambah Koleksi | harga spunbond bag




Wisatawan asing kerap datang mengunjungi sentra UKM Merr. Tetapi mereka tidak membeli di tempat tersebut, melainkan langsung memesan pada produsen sesuai kebutuhan mereka. 

Tidak hanya wisatawan asing, pemilik perusahaan terkadang langsung mendatangi sentra UKM tersebut, untuk menawarkan produk maupun mencari perantara untuk memesan.
Beberapa masyarakat Surabaya dan luar pulau mengaku pernah berkunjung ataupun sekedar lewat.

“Aku pernah dengar itu soal Sentra UKM Merr dari temanku di Humas Pemkot. Tapi waktu aku ke sana tempatnya sepi, tidak banyak juga karyawannya,” ujar Hendrik Sitorus, pengunjung Sentra UKM Merr asli Manado. 

“Saya pernah ke sana juga waktu main ke rumah saudara di Surabaya, tapi herannya kenapa tempat bagus seperti itu cuma segelintir manusianya,” ujar Filipus, pengunjung asal Ambon.

Banyak koleksi produk UKM yang ditata dalam gedung tersebut, mulai dari batik, furnitur eceng gondok, perabotan dan souvenir dari daun kering. Gedung tiga lantai itu mendapatkan koleksi baru setiap tiga bulan sekali, namun terkadang bisa lebih lambat ataupun cepat. Hal tersebut lantaran, pemerintah yang juga sedang menggandeng para pelaku usaha kecil menengah, baik dari Surabaya maupun dari daerah lain.

Samsiyah mengungkapkan, Pemkot Surabaya memang selalu berupaya menggencarkan sosialisasi tersebut, lantaran koleksi di Sentra UKM tersebut bukan barang kerajinan biasa, melainkan karya hasil tangan yang bernilai tinggi. Selain menjadi obyek belanja, ia mengungkapkan sentra ini akan membantu ekonomi kota Surabaya dan menjadi salah satu pemasok dana besar bagi Indonesia.

“Sentra UKM ini tidak memungut biaya sepeser pun dari pengusahanya, Disperindag sudah memberikan wadah gratis bagi pengusaha kecil menengah,” ujar Samsiyah.

Penambahan tersebut lantaran kurangnya perhatian masyarakat Surabaya akan produk kerajinan tangan. Padahal, sejak berdiri pada 2016, Dinas Perdagangan telah menggencarkan sosialisasi lewat dunia maya, brosur, dan beberapa majalah. 

Meskipun jarang didatangi masyarakat Surabaya, pemkot Surabaya banyak mengadakan kunjungan dari banyak kampus, seperti Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Airlangga (UNAIR),Universitas Negeri Surabaya (UNESA) dan pengunjung luar negeri.

Selain menambah, koleksi produk sentra ukm tersebut juga disegarkan setiap tahunnya. Tahun 2016 lalu, refresh dilakukan beberapa kali di waktu yang tidak tentu. Hal tersebut terbukti jumlah pengunjung naik belasan orang.

Sentra UKM Merr akan menambahkan koleksi produk UKM. Dengan bantuan Dinas Perdagangan dan Pemerintah Kota Surabaya, gerai yang berlokasi di Jl. Ir Soekarno ini akan menjadi obyek wisata belanja lokal di kota pahlawan.

“Tidak bisa diprediksi kedatangan pengunjung, selain karena lokasinya di pinggir jalan cepat, kita juga harus lebih sosialisasi ke masyarakat. Karena sentra ini kan juga di bawah Dinas Perdagangan” ungkap Nur Samsiyah mewakili koordinator pengelola Sentra UKM, Jumat (13/11/17).


Unik Banget! Tas dan Sandal Ini Dibuat Dari Limbah Eceng Gondok | harga spunbond bag




Lalu, batang eceng gondok dijemur terlebih dulu sekira satu bulan.

Tetapi pada musim hujan, proses penjemuran ini harus dilakukan sekira dua bulan.

Limbah eceng gondok yang telah diangkat, terlebih dulu dipotong daunnya kemudian dibuang.

"Ini kerajinan dr bahan eceng gondok. Modelnya banyak, ada, sandal, tas. Memanfaatkan limbah dari waduk saguling. 

Limbahnya kan banyak, kalau nggak diangkut bisa jadi polusi, bau," ujar Abdus Salam kepada Tribun Jabar di acara Little West Java di Gedung Sate, Bandung, Jumat (29/9/2017).
Cara membuatnya sederhana, tapi diperlukan ketelatenan dan ketelitian.

Pertanyaan tersebut dijawab Abdus Salam yang memiliki usaha E-Go Collection.

Abdus Salam menjual beragam kerajinan semisal tas, tempat tisu, dan sandal berbahan dasar limbah eceng gondok.











Bergelut dengan Limbah, Puluhan Ibu di Aceh Tamiang Lebih Produktif

Memanfaatkan limbah kelapa sawit menjadi sebuah kerjainan | goody bag seminar



goody bag seminar


Pelaku ekonomi kreatif juga telah mengakses permodalan dari bank dengan cukup baik. Pada 2016, permodalan yang diakses dari perbankan yaitu Rp 7,668 triliun dan melampaui target yang hanya sebesar Rp 4,9 triliun.

Sementara, pada 2017 tercatat pelaku ekonomi kreatif mengakses modal dari perbankan sebesar Rp 192, 9 miliar dari target Rp 280 miliar. Total capaiaannya yakni Rp 7,86 triliun.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo mengungkapkan, mendukung UMKM dan ekonomi kreatif dapat mendorong penciptaan sumber-sumber ekonomi baru. Selain itu, dapat juga mendorong pengembangan ekonomi daerah, penciptaan lapangan kerja khususnya bagi perempuan dan mengangkat citra bangsa.

Bila ditinjau dari status gender, 62,84 persen tenaga kerja Indonesia pada 2015 adalah laki-laki. Sisanya atau 37,16 persen adalah perempuan. Namun, ekonomi kreatif justru membalik fakta itu. Berdasarkan data Bekraf, perempuan mendominasi ekonomi kreatif yaitu sebesar 53,68 persen dan sisanya sebesar 46,52 persen laki-laki.

Sementara, tiga negara tujuan ekspor komoditi ekonomi kreatif terbesar pada 2015 yaitu Amerika Serikat 31,72 persen kemudian Jepang 6,74 persen, dan Taiwan 4,99 persen.

Memang, dalam pengembangan ekonomi kreatif masih ada sejumlah kendala. Salah satunya adalah kendala dari ekosistem bisnis dan investasi. Selain itu, infrastruktur penunjang kegiatan para pelaku usaha ekonomi kreatif juga perlu ditingkatkan.

Sub-sektor kuliner tercatat berkontribusi sebesar 41,69 persen, kemudian fashion sebesar 18,15 persen, dan kriya sebesar 15,70 persen. Selain itu, ada empat sub-sektor yang juga sangat potensial menjadi kekuatan ekonomi baru seperti film, musik, seni, dan game.

Empat sub-sektor ini terlihat mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Industri film bertumbuh sekitar 10,28 persen, musik tumbuh 7,26 persen, seni/arsitektur 6,62 persen, dan game tumbuh sekitar 6,68 persen.

Bekraf mencatat, kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB Indonesia pada 2014 adalah Rp 784,82 triliun dan meningkat 8,6 persen pada 2015 menjadi Rp 852 triliun. “Dari total kontribusi tersebut, sub-sektor kuliner, kriya, dan fashion memberikan kontribusi terbesar pada ekonomi kreatif,” katanya.

Bekraf juga terus berupaya meningkatkan kesadaran para pemangku kepentingan untuk menyadari betapa pentingnya upaya bersama mendorong sektor ekonomi kreatif lain. Termasuk, sub-sektor film, animasi dan video, desain produk, desain komunikasi visual, televisi, radio, musik, periklanan, dan penerbitan. 

Triawan menegaskan ekonomi kreatif terbukti mampu menjadi sumber dan kekuatan ekonomi baru. “Di masa depan, ekonomi tidak semata-mata bergantung pada sumber daya alam mentah,” katanya dalam diskusi Forum Merdeka Barat 9 di Kantor Staf Presiden, Selasa (17/10/2017).

Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf berencana mengembangkan sejumlah sektor lainnya seperti games, aplikasi, musik, dan film.

“Fashion, kuliner, dan crafts (kerajinan tangan) itu sudah besar dan kami mau akselerasi. Ada lagi yang menjadi prioritas mau dikembangkan adalah games, aplikasi, musik, dan film,” katanya.

Sambil mengisi waktu luang, ternyata para perempuan di Aceh Tamiang bisa menghasilkan produk berkualitas yang layak dipamerkan di Galery Ajang Ambe, show room yang menampung lebih dari 40 mitra UMKM di wilayah Aceh Tamiang.

Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo mengatakan, sektor industri kreatif memiliki potensi pasar yang besar di Indonesia. Oleh sebab itu, industri kreatif harus digarap dengan baik.

Para pengrajin juga mencari bahan alam lainnya yang bisa diolah menjadi sumber penghasilan, misalnya eceng gondok, daun serai, ilalang, dan serat gedebong pisang untuk mengembangkan produk anyaman.

Segenap kreativitas para perempuan itu terwujud dalam bentuk tas jinjing, tas laptop, kotak tisu, hingga sapu lidi. Adapun, produk tersebut dibandrol mulai dari Rp 20.000 hingga Rp 200.000.

Usaha kecil tersebut dibentuk sebuah BUMN minyak dan gas sejak 2013 lalu. Pendampingan dari BUMN tersebut berupa pemberian materi pelatihan produksi, pemasaran, dan permodalan cukup membantu masyarakat untuk menghasilkan produk berkualitas.

Selain itu, kelompok pengrajin juga mendapat bantuan modal untuk mengembangkan usahanya.

 Sekelompok masyarakat pengrajin anyaman di Kampung Paya Bedi, Kecamatan Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang memanfaatkan limbah kelapa sawit yang ada di lingkungan tempat tinggalnya.

Kelompok pengrajin yang terdiri atas 24 ibu rumah tangga itu setiap hari menghasilkan produk kerajinan tangan yang dibuat dari limbah kelapa sawit, seperti pelepah pohon.


Pria Ini Sulap Limbah Jadi Miniatur Berharga Jutaan Rupiah | goody bag seminar



Sang perajin mengaku senang dengan usahanya ini, karena ikut mengurangi dampak kerusakan lingkungan akibat limbah barang elektronik maupun otomotif. 

Ia berharap produk miniatur barang bekas karyanya mampu menginspirasi warga yang lain, untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan memanfaatkan barang bekas menjadi produk yang lebih berharga. 

Hasil kreativitas Agung, kini laku di pasaran. Satu produk miniatur vespa dan Harley Davidson biasanya dijual mulai dari Rp 150 ribu hingga lebih dari Rp 1 juta. Tinggi rendahnya harga karya seni ini tergantung dari tingkat kerumitan.

"Untuk pembelinya justru banyak dari luar kota, sepekan yang lalu saya kirim tujuh unit ke Jakarta. Selain pasar lokal, ada juga teman yang ikut menjualkan untuk pasar luar negeri melalui media online," kata Agung

Agar lebih terlihat sempurnya, produk kerajinan barang daur ulang tersebut diwarnai menggunakan cat semprot. Selain itu, setiap miniatur juga dilengkapi dengan wadah khusus.

Memproduksi karya seni dari barang bekas pakai memiliki tingkat kesulitan tersendiri, karena ia harus berburu bahan yang diinginkan ke sejumlah pengepul barang bekas maupun bengkel otomotif.

"Awalnya itu produknya tidak sebagus ini, bahkan beberapa teman ada juga yang mencibir. Namun kemudian terus saya sempurnakan sehingga banyak kolektor miniatur yang suka," imbuh pria yang akrab disapa Kurmen ini.


Peralatan yang digunakan untuk memproduksi miniatur juga cukup sederhana. Mulai dari tang, gunting, solder, lem hingga gerinda. Untuk membuat satu unit miniatur vespa, biasanya membutuhkan waktu kurang lebih selama tiga jam, mulai dari dari awal pemilihan bahan hingga akhir.

"Pembuatan harus dilakukan dengan penuh ketelitian dan kehati-hatian, karena bahan yang tersedia tidak standar dan harus dipadu-padankan agar menyerupai bentuk asli dari vespa maupun motor Harley Davidson yang diinginkan," ujarnya.

Agung Adi Wiyono, perajin miniatur vespa asal Kelurahan Kelutan, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten Trenggalek, mengaku aneka miniatur vespa dan moge tersebut seluruhnya dibuat dari barang bekas elektronik, onderdil mesin foto kopi, limbah bengkel otomotif hingga sandal bekas.

"Idenya berawal saat saya melihat banyak barang-barang bekas di bengkel motor, seperti bearing atau laher, kawat dan pecahan kecil lainnya. Dari situlah kemudian saya coba utak-atik dan jadilah miniatur," katanya saat berada di tempat usahanya, Selasa (3/1/2017).

Barang bekas atau limbah aneka produk elektronik maupun otomotif biasanya hanya dibuang dan tidak memiliki nilai ekonomis tinggi. Namun di tangan seorang pemuda kreatif asal Trenggalek, barang bekas mampu disulap menjadi aneka miniatur motor skuter dan moge alias motor gede seperti Harley Davidson yang unik.

Setiap miniatur dibuat dengan detail dan penuh ketelitian. Seluruh ornamen yang ada pada miniatur dibuat lengkap, mulai dari mesin hingga perlengkapan yang lainnya. sehingga sekilas menyerupai bentuk asli dari kendaraan yang ditiru.


Hj. Sumirah Ajarkan Anak Didiknya Membuat Kerajinan Barang Bekas | goody bag seminar



Dengan memiliki tambahan pengetahuan seorang guru harus  dapat memberikan panutan,  atau teladan kepada muridnya dengan bersikap arif dan bijaksana.  Juga mampu membimbing dan menuntun untuk anak-anak didknya memiliki kemampua lebih.

Bu Sumirah memang sangat memahami menuntun anak-anak untuk berkeratifitas melalu kemampuan berkerajinan tangan,”Tuturnya.

“ Guru itu dituntut mampu mengasah kemampuan dan kreatifitas siswanya supaya menunjang kualitas di kelas. Peranan guru juga harus didasari atas komitmen mendidik dengan tujuan mulia yaitu melahirkan generasi-generasi masa depan yang unggul dan cerah,”Ujarnya.

Ecin menyampaikan apresiasinya terhadap prestasi anak-anak didik yang diajarka oleh Guru Sumirah sehingga mulai terlihat kreatifitas anak-anak didiknya lebih menonjol dibandingkan anak-anak seusia lainnya.

“Saya dorong anak-anak juga untuk terus rajin membaca dan mengenali berbagai sumber bacaan yang sesuai dengan jenjang usia mereka,”Kata Sumirah saat ditemui, Kamis (11/5/2017).

Langkah-langkah yang dilakukan Hj, Sumirah sebagai guru juga mendapat support dan acungan jempol dari Kepala Sekolah SD Negeri Salamnunggal 02  Hj Ecin Kuraesin. Saat ditemui dikantornya Hj. Ecin menuturkan seorang guru memang dituntut tidak hanya menjalankan rutinitas dengan mengajar saja.

Murid-muridpun mulai paham bahwa kerajinan tangan dapat dibuat dari apa saja yang murah dan mudah dijumpai sebagai bahan bakunya.

Menggunakan barang-barang bekas adalah salah satu pilihan mudah, seperti menggunakan  kaleng bekas susu ,kertas dus , dadaunan, pasir dan bahan bekas lainnya  tidak luput menjadi pilihan bahan baku kerajinan.

Menurut Sumirah dengan mengenalkan belajar kerajinan tangan seperti itu, selain membuat para siswa kreatif dalam bidang keterapilan tangan juga dengan sendirinya dapat digiring untuk lebih mencintai dunia bacaan sebagai rujukan atau bahan teori dalam berkerajinan.

Mengajarkan murid untuk memahami karya karya kreatif memang membutuhkan peoses dan kesabaran, terlebih bagi anak-anak usia sekolah dasar yang belum sepenuhnya memahami arti dari sebuah kreatifitas serta manfaatnya.

Namun bagi  Hj Sumirah  salah seorang  Guru yang bertugas mengajar dikelas 1 SD Negeri Salamnuggal 02, Desa Salamnunggal, Kecamatan Leles Garut tidak membuatnya menyerah. Sumirah terus mengiring dan mengajarkan anak-anak didiknya yang masih ingusan untuk mulai memperdulikan barang-barang bekas yang banyak dijumpai disekelilingnya.

Anak-anak didik Sumirah mulai diperkenalkan dengan sebuah karya buah kreatifitas atau hasil keterampilan tangan yang mereka menyebutnya hasil kerajinan.








Rabu, 22 November 2017

Anyaman Lontar Takalar Rambah Pasar Mancanegara

Anyaman serat lontar karya tangan para perajin | goody bag murah


goody bag murah


Untuk ke Spanyol, kelompok perajin itu memasarkan hiasan tutup lampu, sedangkan peci ke Brunei, dan aneka cinderamata ke Jepang.

Anyaman serat lontar karya para perajin Takalar ini pernah mendapatkan penghargaan dari Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, dan terakhir dari Pertamina Awards untuk kategori mitra unggulan pemberdayaan masyarakat dijadwalkan diserahkan pada 14 Desember ini.

Andi dan kelompoknya biasanya menjual sebuah peci dengan harga sekitar Rp75.000, sedangkan untuk produk anyaman lainnya antara Rp100.000 hingga Rp300.000. Dalam sebulan omset “Hidayah Art & Craft” mencapai kisaran Rp35 juta hingga Rp50 juta.

Potensi pasar anyaman serat lontas di dalam negeri sebenarnya sangat besar, terutama ketika menjelang Ramadhan, sedangkan untuk pasar luar negeri “Hidayah Art & Craft” mengirimkannya setiap tiga bulan sekali.

Perajin yang terhimpun dalam wadah pembinaan kelompok hubungan kemitraan—bukan antara majikan dan bawahan—ini beranggotakan 124 orang dari 8 kelompok perajin di 5 desa di Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar.

Menurut Andi, anyaman serat lontar merupakan produk asli buatan tangan yang diproses secara tradisional dan tanpa menggunakan mesin, maka tak heran apabila sebuah peci berkualitas tinggi memerlukan pengerjaan sekitar tiga hari.

Namun, seiring berjalannya waktu, kerajinan itu kemudian dikembangkan menjadi berbagai produk seperti tas, kipas, topi, tutup saji, dan aneka cinderamata, kata Andi dalam satu pameran di Jakarta, Kamis (8/12).

Usaha ini, kata Andi, berawal dari pengembangan ekonomi pedesaan yang dibentuk pada 2007, sebagai wadah menghimpun para perajin yang bertujuan pada peningkatan kualitas dan kuantitas produk, pendapatan, serta kemajuan usaha.

Anyaman serat lontar karya tangan para perajin dari lima desa di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, ternyata sudah menembus pasar mancanegara.

Serat lontar yang dibentuk menjadi berbagai produk fesyen dan cinderamata dengan brand “Hidayah Art & Craft” itu telah dipasarkan hingga Spanyol, Brunei, dan Jepang.

Menurut pemimpin “Hidayah Art & Craft” Andi Rahman Sulaiman (54), anyaman serat lontar awalnya hanya dibuat songkok guru/songkok to bone yang biasanya dikenakan khusus pada acara adat Bugis Makassar.

Bisnis Dompet dan Tas Berbahan Kulit Ikan Pari Menjanjikan | goody bag murah



Ia mengaku sudah mencoba mencari tambahan tenaga kerja untuk proses produksi, seperti penyamakan kulit hingga pembuatan desain dan menjahit. "Sudah mencari ke mana-mana, tetapi masih sulit mendapatkannya," ujarnya. Saat ini, katanya, usaha kerajinan itu mempekerjakan tiga orang dengan kemampuan produksi sekitar 200 buah per bulan. "Saya kini sedang melayani pesanan dalam negeri saja, sedangkan sebelumnya sempat ekspor ke Swiss dan Belgia," katanya.

Namun, ia mengalami kesulitan untuk mencari tambahan tenaga kerja guna meningkatkan produksi kerajinan tersebut. "Saya kesulitan mencari tenaga kerja karena harus melatih terlebih dahulu dari nol sehingga membutuhkan waktu lama," kata Wawan.

Hingga saat ini, Wawan mengaku tidak mengalami kesulitan untuk mendapatkan pasokan bahan baku berupa kulit ikan pari yang diperoleh dari Jepara, Jateng. Harga bahan baku sekitar Rp 90 ribu per lembar dengan ukuran tujuh inci.

Ia juga mengaku membuat produk lainnya, seperti ikat pinggang dan tas yang bahkan pemasarannya sempat sampai luar negeri.

Produk kerajinan berupa ikat pinggang dijual dengan harga sekitar Rp 700 ribu per buah dan tas antara Rp 700 ribu hingga Rp 4 juta, tergantung ukuran dan kualitasnya.

"Saya melayani permintaan pasar rata-rata 200 hingga 300 buah dompet per bulan. Jumlah sesuai dengan kemampuan produksi," kata Wawan yang menggeluti bisnis itu sejak 2008 di Boyolali, Kamis (26/11).

Seorang perajin yang juga warga RT08/RW02 Desa Sambon, Wawan Purnomo (46 tahun) mengaku saat ini sedang melayani permintaan dari beberapa kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, dan beberapa kota besar di luar Pulau Jawa.

 Produk kerajinan berupa dompet berbahan baku kulit ikan pari dari Desa Sambon, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah mampu menarik minat pembeli dari berbagai kota.

Volume Sampah di Sleman Meningkat | goody bag murah



“Baru terolah 1/8 dari total 2300 meter kubik. Cara paling sederhana gunakan tas ramah lingkungan, bawa tas sendiri saat belanja. Setidaknya ini bisa mengurangi penggunaan tas kresek. Target nasional kita Indonesia bersih sampah pada 2020,” katanya.

Tentang pengelohan sampah yang baru 319,5 meter kubik perlu penanganan lanjut. Hal paling utama adalah mengurangi angka produksi sampah. Seperti mengurangi penggunaan plastik, hingga daur ulang.

Untuk pengelolaan sampah Muslimatun berpegang pada Perda Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Adapula Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengolahan Sampah. 

Juga Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012. “Pengolahan sampah itu harus terintegrasi dari gunung, sungai, pantai sampai laut. Satu kesatuan yang sangat penting. Jika dihulu menumpuk sampah, pasti akan berimbas pada hilirnya,” ujarnya.

Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun berharap gerakan sadar lingkungan terus bergulir. Baik itu membuang sampah pada tempatnya hingga pemanfaatan daur ulang. Dirinya meyakini kedua strategi ini akan berjalan dengan optimal.

Dia mencontohkan pengolahan sampah plastik. Dalam peringatan ini dihadirkan beragam karya daur ulang. Mulai dari tas, pernak-pernik, minatur kendaraan hingga bahan bakar minyak. 

Semuanya diolah memanfaatkan bahan baku sampah plastic. “Berdasarkan data kami, PSM berkembang efektif di wilayah pinggiran. Kalau untuk perkotaan Sleman pengolahan sampah sudah optimal. Sinergi ini yang membantu kami (DLH) untuk mengatasi sampah selama ini,” ujarnya.

Purwanto menuturkan kelompok swadaya ini jauh lebih efektif. Ini karena dampak pengolahan terasa secara langsung. Tergantung keaktifan dan kepedulian warga akan lingkungannya. Bahkan dengan pemberdayaan optimal dapat menjadi nilai ekonomi tinggi.

“Jika mengandalkan pengangkutan memang belum optimal. Maka dari itu kami mengajak masyarakat mengolah sampah melalui Pengolahan Sampah Mandiri (PSM). Wujudnya bisa menjadi barang nilai ekonomi atau seperti bank sampah,” jelasnya dalam perayaan Hari Sampah Nasional kemarin (24/2).

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sleman Purwanto menuturkan peningkatan sampah diakibatkan angka konsumi yang melonjak. Hal ini tentu berimbas pada residu sampah harian. Terutama pada sampah rumah tangga di setiap lingkungan masyarakat.

Sampah masih menjadi masalah besar yang harus dipecahkan di Sleman. Dari total 2300 meter kubik sampah per hari, baru 319,5 meter kubik yang disalurkan ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS). Rata-rata sampah yang tidak terangkut berada di daerah pinggiran.









Selasa, 21 November 2017

Tenun Lawe Modern Penggerak Ekonomi

Kekayaan tenun Indonesia masih bisa dikembangkan | goody bag kreatif


goody bag kreatif


Ia menerangkan, konsep awal dari Lawe sendiri merupakan community social enterprise di mana keuntungan yang didapat digunakan untuk kepentingan bersama dan juga untuk program pemberdayaan manusia. "Kita sistemnya tim, tim inti di workshop ada 17 orang, kemudian kalau untuk teman bermitra seperti penenun kita kerja sama dengan juga para penjahit," ungkapnya, beberapa waktu lalu. Rata-rata penjahit di Lawe, ia katakan, ibu-ibu yang mengerjakan pesanan di rumah masing-masing. Dengan begitu, para ibu penjahit dapat memiliki waktu lebih banyak bersama keluarganya.

Harapan besar juga ia gantungkan kepada pemerintah. Ia meminta pemerintah membantu usaha berbasis kerajinan tangan seperti ini bisa dengan pengurangan pajak dan juga sarana promosinya. Dengan begitu, ia meyakini keberadaan industri lokal seperti ini akan mampu berkembang lebih pesat yang pada akhirnya mendukung tumbuhnya perekonomian nasional. 

Personel yang ada di Lawe saat ini berjumlah 17 orang dengan terbagi di sejumlah divisi. Antara lain, divisi produksi, pemasaran, administrasi, serta dua orang penjahit in house. "Kalau penjahit di rumah masing-masing ada 25 orang," ujar dia. 

Saat ini, Lawe sudah memiliki 20 outlet yang tersebar di Jakarta, Yogya, dan Bali di mana sebagian besar merupakan kerja sama dengan menitipkan produk Lawe. Omzetnya sendiri per tahun mencapai Rp 2 miliar untuk penjualan lokal dan internasional. Hasil keuntungan, ia katakan, dialokasikan untuk gaji dan juga membeli bahan untuk operasional sebagai stok bahan baku.

Ada cerita menarik saat mengikuti pameran di Vietnam. Ia mengaku mendapat tawaran yang sangat menggiurkan dari sebuah perusahaan ritel asal Jepang. Perusahaan yang memiliki 11 ribu gerai tersebut meminta Lawe memasok produknya di setiap gerai yang ada. Keterbatasan SDM membuat Lawe belum bisa menerima tawaran tersebut.

Mengenai keberhasilan menembus pasar dunia, ia mengaku mendapat dukungan dari jaringan antarteman sehingga sangat terbantu. Meski begitu, Lawe sangat selektif dalam memasarkan produknya ke luar dan memperhitungan dengan masak.

Ia beralasan, Lawe tidak hanya menjual produk, tetapi juga membangun kedekatan personal dengan para pembelinya. Pembeli bahkan tertarik dan mengajak kerja sama untuk mengadakan program, seperti penyuluhan pembuatan kerajinan tangan di daerah asal pembeli. 

Pasar nasional, Lawe memfokuskan diri di Jakarta, Yogyakarta, dan beberapa titik di Bali. Sedangkan, untuk pasar internasional, produk Lawe sudah melanglang buana hingga ke Jepang, Belgia, Australia, hingga Amerika Serikat.

Bicara strategi pemasaran, Lawe sangat sederhana dengan menguatkan family base dan juga kerabat terdekat. Meski mengenalkan produknya lewat dunia media sosial, Lawe tetap menekankan pada penjualan secara langsung. 

Sempat merasakan jatuh bangun sejak awal berdiri, baru pada 2010 Lawe sudah bergerak lebih stabil di mana produk yang dihasilkan sudah berhasil diterima konsumen tak hanya di Indonesia, tetapi juga pasar internasional.

"Ternyata, setelah kita presentasikan sendiri, bagus hasil dan responsnya, story behind the product bantu sekali," kata dia. Ia menyebut, justru para ekspatriat yang mengapresiasi hasil tenunnya. Oleh karena itu, Lawe sangat terbantu dengan promosi cuma-cuma yang dilakukan para ekspatriat.

Pada 2005, Lawe mulai memberanikan diri membawa produknya masuk ke pasar nasional. Namun, tidak sesuai yang dibayangkan lantaran sempat tersendat. Meski sempat pesimistis, ia mengaku tidak patah arang dan kembali memasarkan pada 2007 dengan mempresentasikan sendiri produknya.

Ketika mereka mulai mengembangkan produk tak hanya kain, konsumen pun banyak yang tertarik. Apalagi, ketika itu Lawe membuat produk berbeda yang lebih modern dan simpel. Namun, ketika mengetahui harganya, kebanyakan orang mulai menimbang ulang untuk membeli.

"Karena, untuk beli tenun saja sudah tinggi, apalagi setelah diolah jadi produk," ujar dia. Hal itu ia katakan menjadi tantangan tersendiri bagi Lawe.

Kualitas tenun di Lawe ia dorong untuk lebih berani bermain warna, dinamis, dan juga mengangkat potensi lokal suatu daerah. Produk pun dikembangkan tak hanya menjadi secarik kain, tapi juga beragam bentuk, seperti tas, bantal, kantong, hingga home decor. Meski berasal dari Yogyakarta, Adinindyah berusaha mengembangkan kain tenun dari Sumba Timur, Lampung, dan Pontianak.

Dengan modal awal sekitar Rp 3 juta, dana patungan bersama teman-temannya, pada 2004, ia mendirikan Lawe. Mayoritas modal awal dialokasikan untuk membeli kain. "Dari situ, kita mulai eksperimen untuk produknya, eksplorasi pewarnaan motif, kalau pengembangan produknya, kita bekerja sama dengan kelompok perajin penjahit," katanya.

Namun, usaha dan perjuangannya dalam pengembangan kain tenun sebenarnya tak bermula dari 1,5 tahun lalu. Jauh sebelum itu, ketika masih hobi mengunjungi setiap pelosok, ia melihat sendiri beragamnya kain Indonesia. Hal ini membuat matanya terbelalak akan potensi tenun nasional yang belum tergarap dengan maksimal. 

Lawe membentuk kain dari sederhana hingga berwarna dan bertransformasi dalam bentuk sepatu, tas, bahkan pakaian yang unik dan etnik. Stagen tidak lagi melulu untuk dipasang di perut perempuan sehabis melahirkan. Hal ini dikembangkan oleh Dreamdellion dan Lawe guna memastikan hasil tenun stagen berwarna (rainbow stagen) menjadi alternatif ekonomi yang baik bagi warga setempat daripada mereka melakukan penambangan pasir Kali Progo. 

Menurutnya, kekayaan tenun Indonesia masih bisa dikembangkan lebih lagi demi menarik minat konsumen. Atas dasar itulah, ia berinisiatif mendirikan Perhimpunan Lawe sejak akhir 2014 dengan harapan adanya inovasi anyar dari kualitas tenun Tanah Air.

Antara cinta dan gemas, itulah yang ada dalam pikiran Adinindyah. Ia begitu cinta dengan beragam kain dari seluruh penjuru Tanah Air. Namun, ia gemas dengan kualitas produksi tenun Tanah Air yang itu-itu saja. 

Hal itulah yang menjadi keteguhan dari Adinindyah dan keempat kawannya dalam pengembangan usaha Lawe. Kepada wartawan Republika, Muhammad Nursyamsyi, Ketua Perhimpunan Lawe dan Pelestari Tenun asal Yogyakarta Adinindyah membeberkan perjuangannya dalam mewujudkan tenun untuk kehidupan atau weafing for life.

Indonesia adalah negara yang kaya seni dan budaya, salah satunya adalah kain tradisional. Kain tradisional di negeri tak hanya tercetak dalam secarik batik. Ada pula kain tenun ikat, songket, hingga lurik. Sayang, memang jikalau potensi kain tenun ini tak benar-benar dimaksimalkan. 

SDN Sukorejo I Bojonegoro, Pamerkan Kerajinan Berbahan Sampah Plastik | goody bag kreatif




“Ini untuk mengasah kreatifitas siswa dalam hal kerajinan. Selain itu juga untuk memanfaatkan sampah plastik, dari pada dibuang, akhirnya kita manfaatkan dengan sebaik mungkin sehingga memiliki nilai jual yang tinggi,” ungkapnya.

Dalam pameran LBM tersebut, kerajinan dari daur ulang sampah yang paling diminati adalah tempat pencil dan tempat tisu. Harga dari kerajinan tersebut bervariatif berkisar antara Rp 5 ribu hingga Rp 45 ribu.

Daur ulang sampah plastik yang digunakan sebagai bahan kerajinan itu adalah bungkus makanan dan miniman ringan. Untuk proses pembuatan kerajinan itu sendiri juga memakan waktu sedikit lama. Sebab, harus menyiapkan bahan-bahan dengan mengumpulkan sampah plastik dan koran bekas.

Pembuatan kerajinan daur ulang tersebut untuk memanfaatkan dan mengurangi sampah plastik. Selain itu, juga untuk melatih kreatifitas anak-anak dalam hal kerajinan. Tidak hanya itu, kerajinan berbahan sampah plastik dan koran bekas itu memiliki nilai jual yang cukup tinggi.

Kepala Sekolah SDN Sukorejo I Bojonegoro, Siti Maisaroh, S.Pd menjelaskan, kerajinan daur ulang dari sampah plastik dan koran bekas ini meliputi tas, tempat tisu, tempat pensil, pot bunga serta penutup makanan. Semua Kerajinan tersebut murni hasil dari karya murid-murid SDN Sukorejo I Bojonegoro.

“Semua kerajinan tangan ini berbahan dari daur ulang sampah plastik dan korban bekas. Semua murni hasil karya sendiri dari murid-murid kelas 4 sampai kelas 6,” katanya, Kamis (17/11/2016).

Sebagai pemenang juara II (dua) Lomba Budaya Mutu (LBM) terkait Kebersihan dan Kerindangan, SDN Sukorejo I yang berada di wilayah UPT Dinas Pendidikan Kota Bojonegoro itu, mengikuti pameran pemenang Lomba Budaya Mutu (LBM) yang digelar di halaman Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bojonegoro, Kamis (17/11/2016). Dalam pameran tersebut, berbagai kerajinan yang ditampilkan oleh SDN Sukorejo I itu berbahan dari daur ulang sampah plastik dan koran bekas.

IBU-IBU OLAH SAMPAH JADI PRODUK EKONOMIS | goody bag kreatif




”Harapannya, ibu-ibu ini punya kesibukan lain. Syukur-syukur bisa menambah penghasilan keluarga,” ucapnya. Karena jika ditangani dengan serius, sampah yang mulanya tidak memiliki nilai, bisa menjadi barang berharga.

Selain mendapat support penuh dari PT SAT, pelatihan didukung Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Malang. ”Acara ini selaras dengan program BMH, terutama dalam hal pemberdayaan,” kata Ruwiyanto, bagian program pendayagunaan BMH Malang.

Dua instruktur dari Bank Sampah Malang (BSM) akan memandu peserta sampai bisa membuat karya,” terangnya.

Regional Corcom Manajer PT SAT M. Faruq Asrori menambahkan, acara program tersebut merupakan bagian dari program corporate social responsibility (CSR) perusahaannya. Tujuannya, selain ikut mengatasi persoalan lingkungan, juga untuk memberdayakan masyarakat, terutama para ibu rumah tangga.

Dia menambahkan, ada dua macam training yang akan diberikan. Yaitu, mengolah koran bekas menjadi aneka kerajinan, serta mengubah duar ulang sampah plastik (tas kresek) menjadi tas belanja yang memiliki nilai ekonomis.

Sentuhan kreativitas bisa membuat sampah atau barang tak berguna memiliki nilai lebih. Karena itu, edukasi dan pelatihan mengolah sampah tak terpakai menjadi beragam kerajinan perlu digencarkan lagi. Hal itulah yang mendasari Jawa Pos Radar Kanjuruhan menggandeng PT Sumber Alfaria Trijaya (SAT) Tbk dengan menggelar pelatihan daur ulang sampah.

Pelatihan digelar hari ini, Sabtu (21/10), mulai pukul 09.00 di aula lantai 2 kantor Jawa Pos Radar Kanjuruhan, Jalan Raya Pepen 99, Pakisaji, Kabupaten Malang.

”Kami mengundang 30 anggota tim penggerak PKK Desa Mojosari untuk mengikuti pelatihan ini,” ujar Manajer Jawa Pos Radar Kanjuruhan Happy Roikhan.