Selasa, 11 Juli 2017

Kantong Plastik Dapat Sebabkan Kanker

Penerapan Kantong plastik berbayar | spunbond sablon

spunbond sablon


Jika plastik Kantongan harus bayar, bagaimana pula dengan minyak goreng yang berwadah plastik tebal, refil beibagai sabun, makanan yang menggunakan plastik yang justru lebih susah dihaneur-kan dan lainnya. “Itu bagaimana pula,” ujarnya bernada tanya. Dengan kondisi seperti ini, lanjutnya, sepertinya sudah sebaiknya bawa Kantongan sendiri saat belanja yang terbuat dari kain goni. Jadi tak perlu lagi pakai wadah plastik.

Ada j uga konsumen yang tidak mengeluarkan komentar apa pun ketika kasir bertanya apakah konsumen tidak keberatan menggunakan plastik dari mereka dengan syarat harus bayar Rp200.

Penerapan ini, lanjutnya, akan membuka mata para ibu, karena mereka yang belanja. “Karena sering belanja itu, merekalah yang sering buang sampah plastik,” pungkasnya.

Terkait diberlakukannya plastik berbayar itu, beberapa konsumen yangbelanja di salah satu toko waralaba ada yang kom-plain ke kasirsaat membayar. “Seharusnya, wadah untuk belanjaan itu ditanggung pe-ngusahalah. Kenapa harus dibebankan ke konsumen,” keluh salah seorang konsumen yang enggan menyebut nama.

“Secara umum, plastikjangan dibakar, sebaiknya dipisahkan. Kalau dibakar juga tidak akan haneur,” jelasnya mengaku mendukung diberlakukannya plastik berbayar dengan tujuan mengurangi sampah plastik. “JKN juga akan membuat gerakan bebas plastik tapi ramah lingkungan seperti pemakaian kertas tebal. Ini, mudah diurai alam, ramah lingkungan. (ierakan ini. reneananya kita lakukan Maret nanti sekaitan gerakan tuberkulosis (TB),” paparnya.

Pengamat lingkungan Jaya Arjuna mengatakan, penerapan Kantong plastik berbayar didukung penuh. Sebab, dampak Kantongplastiksangatsulitdimusnahkan. “Wajib disetujui penerapan Kantong plastik berbayar. Jika anda lihatdi Belawan banyak sekali sampah plastik mengakibatkan sering sangkut di baling-baling kapal nelayan,” katanya.

“Kalau plastik kualitas rendah jangan dibuat membungkus makanan.Begitu juga pembungkus seperti kotak plastik, harus tertentu dan tidak mudah bereaksi kimia, lebih aman. Kualitasnya baik dan yang tahu hal ini adalah industri.” urainya.
Efek Kantong plastik tersebut, masih Delyuzar, dapat menyebabkan rusaknya ginjal atau kanker karena adanya karsinogen yang digunakan dalam waktu yang lama. Begitu pula dengan plastik yang dibakar. Menyebabkan timbulnya reaksi kimia dan menghasilkan zat-zat yang tidak baik bagi kesehatan seperti mengganggu atau merusak pernafasan.

Kalau Kantong plastik tidak berkualitas tersebut tidak disiapkan untuk membungkus makanan, lanjutnya, ada zat wama dalam plastik yang bila digunakan untuk membungkus makanan seperti goreng gorengan bisa lebih berbahaya.

“Kantong plastik terlebih yang tidak memiliki kualitas baik, dapat menyebabkan penyakit kanker. Harusnya Kantong plastik mempunyai kriteria tertentu untuk membungkus makanan sehingga tidak membuat reaksi seeara kimia kalau kena panas makanan,” ujar Ketua Jaringan Kesehatan Masyarakat (JKM) Sumatera Utara dr Dclyuzar SpPA, baru-baru ini.

Plastik yang biasa disebut plastik asoy yang digunakan sebagai pembungkus makanan panas dapat mengganggu kesehatan. Hal ini dikarenakan terjadi reaksi kimia pada Kantong plastik yang terkena suhu panas tersebut.

Polemik Sampah Plastik, Degradable atau Biodegradable? | spunbond sablon



“Bahkan produk plastik biodegradable mereka juga sudah diekspor. Tapi tidak pernah disebut berapa nilai pendapatannya,” pungkas Henry.

Sebagi contoh, ujarnya lagi, pihak PT Tirta Marta selaku produsen plastik biodegradable dalam presentasinya pada forum yang diadakan oleh KLHK tahun 2015 lalu menyebutkan bahwa saat ini plastik biodegradable yang mereka produksi sudah meliputi sekitar 90% dari kantong plastik kresek yang digunakan oleh perusahaan retail di Indonesia.

Menurut Henry, meski plastik biodegredable masih memiliki kandungan polymer dalam kadar yang sedikit, namun KLHK cenderung lebih setuju untuk penggunaan plastik jenis ini meskipun harganya tergolong lebih mahal dibandingkan plastik biasa.

KLHK, terusnya, juga telah meminta data-data tentang berapa banyak plastik yang telah diproduksi dari industri dan beredar di pasar-pasar tradisional maupun retail modern. “Kami telah meminta data tentang berapa banyak plastik yang diproduksi dan beredar di pasar, baik retail modern maupun pasar tradisional dan yang diekspor itu sudah kita mintakan dari pihak Industri namun belum kita peroleh,” tambahnya.

Namun tenyata, antara plastik degredable dan biodegredable memiliki perbedaan. Menurut Kepala Badan Penelitian, Pengembangan, dan Inovasi KLHK Henry Bastaman, plastik degredablemasih belum bisa dikatakan ramah lingkungan karena masih menggunakan bahan baku polymer dengan kadar yang cukup tinggi. Sedangkan untuk plastik biodegredable yang menggunakan bahan alami seperti tumbuh-tumbuhan, katanya, harus yang benar-benar 100 persen diakui kadarnya.

“Kalau biodegredable itu pada umumnya dibuat dari bahan-bahan nabati sedangkan yangdegredable masih memiliki kandungan kimiawi yang hampir sama dengan plastik biasa. Hanya saja, memang degredable memiliki waktu terurai lebih cepat dari plastik biasa, kalaubiodegredable dia bisa langsung terurai,” jelasnya, Jakarta, Selasa (09/02).

Melihat semakin berbahayanya dampak sampah plastik ini, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tengah menyusun aturan penerapan kantong plastik berbayar untuk menekan jumlah plastik yang digunakan oleh masyarakat.

Beberapa industri plastik juga mulai mengubah beberapa jenis plastik yang mereka gunakan, seperti pengalihan dari kantong plastik biasa yang menggunakan bahan polymer yang terdiri dari berbagai macam karbon dan memiliki umur yang sangat panjang dan sulit untuk diuraikan, menjadi plastik degredable dan biodegredable yang disebut-sebut lebih ramah lingkungan dan mudah terurai.

 Sampah plastik selalu membawa kerugian yang begitu besar bagi alam. Di tanah, sampah plastik memiliki waktu yang sangat panjang untuk terurai. Sisanya, sampah plastik akan berakhir di lautan. Berdasarkan data dari Pusat Data dan Informasi Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) yang diterima oleh Greeners, saat ini sedikitnya 12,7 juta ton sampah dibuang ke sungai dan bermuara di lautan setiap tahun. Dari jumlah tersebut, terdapat 13.000 plastik mengapung di setiap kilometer persegi tiap tahunnya.

Indonesia sendiri berada di posisi kedua setelah Cina dari 20 negara yang paling banyak membuang sampah plastik ke laut setiap tahunnya. Dalam siklus 11 tahun, jumlah sampah plastik tersebut mengalami peningkatan dua kali lipat, dimana kemasan dan bungkus makanan atau minuman yang menjadi jenis sampah plastik terbesar.


Kantong Plastik Berbayar | spunbond sablon



Hal lain yang patut dipikirkan pemerintah adalah, bukan hanya sebatas pemberlakukan kantong plastik berbayar sebagai upaya mengurangi limbah berbahan plastik. Tapi harus ada regulasi dan pengawasan lebih ketat serta inovasi untuk menekan produksi sampah plastik.

Bahkan bagi pemakai kantong plastik diwajibkan untuk mempertanggungjawabkan pemakaiannya. Tidak boleh dibuang sembarangan. Karena Rp200 bukan angka yang terlalu mahal, dan tidak sebanding dengan limbah yang dihasilkan.

Artinya pemerintah harus memiliki kebijakan yang lebih tegas lagi terhadap penggunaan berbahan plastik. Sehingga bukan hanya sebatas mengurangi, tetapi menghentikan pemakaian kantong berbahan plastik yang tidak ramah lingkungan, diganti dengan kantong dari kertas.

Sebagai janji pemerintah akan melakukan evaluasi terhadap kebijakan kantong plastik berbayar ini secara berkala, hendaknya dilakukan secara benar.

Karena pelaksanaan aturan ini tidak melalui proses sosialisasi mengakibatkan sebagaian warga masih bingung. Bahkan akan berimbas kepada pasar modern yang bukan tidak mungkin mendapat protes dari konsumen karena dikenakan biaya tambahan untuk membayar kantong plastik. Karena selama ini pemberian kantong plastik gratis kepada konsumen merupakan bentuk pelayanan yang diberikan pengelola retail.

Sisi lain kalau tujuannya mengurangi sampah berbahan plastik, patut dicontoh Pemerintah DKI Jakarta. Melalui Pfera-turan Daerah (Perda) Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah, toko-toko diwajibkan menyediakan kantong plastik ramah lingkungan. Pemprov DKI memang tak bisa melarang pemakaian kantong plastik. Namun ada Perda yang mengatur pemakaian kantong plastik ramah lingkungan. Jadi secara tidak langsung memaksa untuk menggunakan plastik ramah lingkungan.

Bahkan sanksi bagi toko-toko modern yang tidak menyediakan kantong plastik ramah lingkungan, dikenakan denda Rp 5 sampai Rp 25 juta.

Disetiap daerah mempunyai “background”, kapasitas dan kemampuan yang berbeda-beda. Mesti dikomunikasikan dulu secara luas.

Masyarakat harus punya ‘awareness” bahwa ini untuk kebaikan, juga harus mendapat masukan sebelum ini ditetap-kan.Meskipun kabijakan ini bertujuan menciptakan lingkungan yang lebih baik, namun sebaiknya jika ingin tetap menggulirkan ini sebagai kebijakan tetap, sifatnya tidak memaksa, apalagi untuk mereka yang menengah ke bawah. Penetapan kantong plastik berbayar dinilai hendaknya bukan menjadi keharusan. Apalagi setiap daerah harga berbeda-beda bahkan Pemerintah DKI Jakarta mengusulkan Rp5.000 per kantong.

Karena uang dari pembelian kantong plastik itu akan dikembalikan ke rakyat melalui kegiatan pengendalian pencemaran lingkungan hidup. Sedang pasar retail hanya sebagai pengumpul saja.

Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Rosan P Roeslani berpendapat, penetapan kantong plastik berbayar harus dikaji kembali agar “awareness” masyarakat bisa tergali dengan kebijakan ini. Alasannya karena kemampuan masyarakat di setiap daerah berbeda.

Alasannya demi menjaga dan mengurangi tingkat kerusakan lingkungan yang lebih parah, mengingat konsumsi bungkus plastik di Indonesia tergolong tinggi yaitu 9,8 miliar bungkus plastik per tahunnya atau nomor dua di dunia setelah Tiongkok.

Namun nominal Rp200 per pemakaian setiap kantong plastik belum akan memberikan efek jera bagi konsumen untuk tidak menggunakan bungkus plastik. Pertanyaan lain, terkait pengelolaan dana dari kantong plastik itu. Siapa pelaksananya dan akan digunakan untuk apa.

Bukankah aturan ini malah membebani masyarakat. Apakah cara ini efektik untuk mengurangi sampah palstik. Mengapa pemerintah tidak langsung mengeluarkan kebijakan larangan menggunakan kantong plastik. Pertanyaan-pertanyaan ini muncul di tengah-tengah masyarakat.

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyatakan, kebijakan kantong plastik berbayar bagi konsumen yang berbelanja di retail modern merupakan hal yang rasional.

SEJAK 21 Februari 2016 pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencanangkan sistem kantong plastik berbayar dimulai retail-retail modem. Menyusul pasar tradisional. Langkah awal dilakukan uji coba serentak di 22 kota, termasuk Kota Medan. KLHK menetapkan harga minimal standar Rp200 untuk setiap kantong plastik.

Kebijakan ini bertujuan untuk mengurangi produksi sampah terutama dari bahan plastik.

Namun kebijakan ini mendapat respon pro dan kontra oleh masyarakat. Kalau tujuannya mengurangi produksi sampah plastik, mengapa dengan cara membebani masyarakat harus membayar ketika berbelanja di pasar modern.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar