Kamis, 06 Juli 2017

Pelajar Purwakarta Diminta Pakai Tas Daur Ulang

Dedi Mulyadi, mengajak para pelajar dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas menggunakan tas daur ulang | spunbond bag


spunbond bag


Pelajar kelas VII SMPN 7 Purwakarta, Ananda, mengatakan senang menggunakan tas daur ulang hasil kreativitasnya sendiri. "Tasnya lebih enteng dan nyentrik," katanya sambil tertawa. Ia mengaku membuat tas daur ulang itu karena diwajibkan sekolah atas perintah Bupati Dedi.

Mendaur ulang bekas kantung terigu untuk dijadikan tas sekolah yang keren, kata Ananda, tidak memerlukan biaya besar. "Modalnya cukup Rp 25 ribu," tuturnya. Ia menyatakan tak malu memakainya karena semua temannya pun kini memakai tas berbahan sama.

Ajakan menggunakan tas daur ulang bagi anak-anak sekolah, Dedi mengatakan, secara otomatis akan meningkatkan daya kreativitas dan semangat mereka serta orang tua mereka, terutama ibunya. "Seorang ibu pasti akan membimbing anaknya dalam menyokong kreativitas pembuatan tas daur ulang ketimbang nonton sinetron di televisi," ujar Dedi.

Salah satu isi peraturan itu yakni larangan menggunakan tas sekolah dari berbagai produk dan jenis, termasuk buatan luar negeri, dengan harga beli tinggi yang saat ini banyak dipakai anak-anak sekolah. "Kebiasaan tersebut sangat tidak baik buat pendidikan karakter anak-anak. Sebab secara tidak langsung anak-anak sudah dididik menjadi penganut konsumerisme sejak dini," ucap Dedi. "Jadi, kebiasaan itu harus dihentikan."

Menurut bupati yang sehari-hari lekat dengan pakaian khas Sunda itu, ia telah mengeluarkan Peraturan Bupati Nomor 69 Tahun 2015 tentang Pendidikan Berkarakter. Beleid tersebut dikeluarkan buat membentengi anak-anak dari pengaruh konsumerisme dan modernitas. 

Dedi tak menyangka ajakannya tersebut akan direspons cepat oleh para pelajar. Ketika Dedi memantau pelaksanaan masa bimbingan di SMPN 7, kata dia, semua siswa memakai tas daur ulang.

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, mengajak para pelajar dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas menggunakan tas daur ulang hasil kreativitas sendiri. "Bahannya dari plastik bekas bungkus makanan dan karung terigu," kata Dedi kepada Tempo, Sabtu, 25 Juli 2015.

Saat Pelatihan Daur Ulang Sampah Dilakukan untuk Para Wisatawan | spunbond bag



Usai mengolah sampah, sebelum pulang semua wisatawan diajak memungut sampah plastik yang ada di sepanjang pantai Ndete dengan memasukannya ke dalam karung. Sore itu, terkumpul 3 karung sampah ukuran, dengan total sekitar 100 kilogram.

Menurut Susi, cita-citanya adalah mewujudkan Flores yang bersih dari sampah, yang dia rangkai dalam akronim Flores Love Organic, Recycle, Economic and Sustainable (FLORES).  Baginya dengan daur ulang, maka masyarakat pun dapat memperoleh manfaat ekonomi lewat kegiatan yang berkelanjutan.

“Ini menarik dan membuka pikiran kami bahwa ternyata sampah bisa diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat,” tutur Yenny kagum.

Tidak saja bagi kaum normal, ternyata kegiatan Bank Sampah yang digagas Susi ini juga melibatkan kaum difabel. Saverius misalnya, adalah salah seorang difabel  yang turut melakukan pekerjaan mendaur ulang dan memberikan pelatihan.

Yenny Rahmania, warga Ndete yang ikut pelatihan membuat tas handphone tampak asyik membuat tempat pensil. Dia mengaku tidak menyangka ternyata pakaian bekas yang tidak terpakai bisa bermanfaat.

“Ini pengalaman baru, dari tidak tahu akhirnya saya tahu. Saya sebagai penyuluh awalnya tidak terlalu paham mengolah pupuk cair organik dari limbah rumah tangga apalagi memakai tabung komposer. Saat pulang saya akan langsung praktek di kebun wortel saya,” ungkapnya.

Hendrik katakan, selama ini dirinya menganggap sepele sampah ternyata sangat bermanfaat untuk masyarakat terutama sampah organik. Pintanya, kalau bisa sering kunjungi masyarakat beri pelatihan supaya suatu saat Flores menjadi pulau organik dan bisa terbebas dari sampah.

Selain kegiatan kali ini, setiap minggu Susi dan kelompoknya selalu menyisihkan waktu satu jam untuk membersihkan pantai di wilayah kabupaten Sikka.

Hendrikus Kila seorang penyuluh swadaya asal Bajawa Ngada yang sedang bertamasya di pantai pun tertarik saat melihat adanya pelatihan pembuatan pupuk cair organik.

Dengan sabar, Susi dan rekan-rekannya pun menularkan ilmu daur ulang sampah kepada sekelompok wisatawan yang datang dalam rombongan. Kegiatan itu dilakukan di bawah rindangnya pohon yang ada.

Tampak wisatawan yang terdiri dari 10 perempuan dan 2 lelaki ditambah 3 anak sekolah menengah pertama mengikuti pelatihan bagaimana memanfaatkan kain bekas untuk dibuat menjadi tempat pensil dan tas handphone. Tak merasa malu wisatawan asal kabupaten Ngada dan Sikka serta Ende ini pun bertanya proses membuat kerajinan tangan.

“Tanggal 21 Februari diperingati sebagai hari peduli sampah nasional, maka kami buat kegiatan gratis cara mendaur ulang sampah khususnya sampah plastik, kain bekas atau pakaian bekas. Serta pembuatan pupuk cair organik dengan tabung komposter,” jelas Wenefrida Efodia Susilowati, dipanggil Susi, pendiri Bank Sampah Flores.

“Kalau konsep kami, dimana pun kami berada kami akan memperkenalkan tentang konsep pengelolaan sampah. Kami berpikir disini tempat yang baik untuk berbagi tentang bagaimana cara mengelola sampah dan mendaur ulang. Sembari kami akan mengajak wisatawan untuk membersihkan pantai,” sebutnya.

Ada yang berbeda pada hari Minggu lalu (27/02), saat beberapa orang dari Bank Sampah Flores memberi pelatihan proses daur ulang sampah dan aksi bersih pantai.

Apa yang mendasari pelatihan daur ulang sampah di tempat wisata ini?

Destinasi wisata  Ndete Desa Reroroja Kecamatan Magepanda Kabupaten Sikka terkenal  lewat wisata  menyusuri rimbunnya hutan bakau. Di lokasi ini wisatawan dapat berjalan di atas jembatan bambu setinggi sekitar 1,5 meter  sepanjang 400 meter dan bermuara di rimbunnya bakau di atas pasir putih pantai Ndete dengan total jarak tempuh sejauh 600 meter.

Pemkot Magelang Promosi Hasil Daur Ulang dan Produk UMKM | spunbond bag



Dia menambahkan, upaya pembenahan juga menyangkut pengembangan promosi atas berbagai potensi wisata Wakatobi dan upaya belajar dari keberhasilan daerah lain dalam mengelola kepariwisataan, termasuk di Kota Magelang.

Wakatobi merupakan singkatan dari empat pulau yang menjadi wilayah kabupaten tersebut. Yaitu Pulau Wangi Wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko.

Kabupaten itu terbagi delapan kecamatan dengan penduduk sekitar 112 ribu. Setiap tahun kunjungan wisatawan baik domestik maupun asing terus meningkat. Tahun 2015 dari target 15 ribu orang tercapai 17 ribu orang.

‘’Kami fokus sebagai kota jasa yang lengkap dengan fasilitas pendukungnya,’’ tuturnya.

Wabup Wakatobi menjelaskan, pihaknya terus melanjutkan pembenahan sarana dan prasarana umum di kabupaten yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Buton tahun 2003. Langkah itu untuk mendukung pengembangan kepariwisataan daerah setempat, terutama wisata bawah laut, sebagai salah satu dari 10 destinasi unggulan Indonesia. ‘’Kami masih banyak keterbatasan tetapi terus berbenah,’’ terang Ilmiati Daud.

Kunjungan jajaran Pemkot Magelang bersama wartawan media cetak dan elektronik yang bertugas di daerah itu dalam rangka melaksanakan program peningkatan kemitraan dengan media massa dan kinerja kehumasan. Rombongan dipimpin Sekda Kota Magelang Sugiharto.

Ketika berkunjung ke Pemkab Wakatobi, Sugiharto memaparkan dihadapan Wabup Wakatobi Ilmiati Daud dan pejabat lainnya, bahwa Kota Magelang tidak memiliki sumber daya alam. Luas kotanya hanya 18,12 km2 terdiri tiga kecamatan dan 17 kelurahan serta penduduknya 132.834 jiwa.

Selain belajar mengenai pengelolaan sampah secara optimal dan program persaudaraan madani untuk pengentasan kemiskinan, pada kunjungan ke Pemkot Kendari, Kendari Pos dan Pemkab Wakatobi 28 Maret-1 April 2017 Pemkot Magelang juga mempromosikan produk UMKM serta kerajinan daur ulang hasil karya warganya.

Kerajinan yang diserahkan sebagai cinderamata antara lain tas, stopmap dan sebagainya yang terbuat dari daur ulang sampah anorganik. Sedang hasil UMKM seperti keripik pare, keripik terong, keripik bayam, keripik tahu dan nata de whey buatan siswa SMA Negeri 4 Magelang.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar