Rabu, 12 Juli 2017

Limbah Nanas Jadi Plastik Ramah Lingkungan

Manfaat lain dari limbah nanas | tas souvenir


tas souvenir


Mega berharap dapat mengembangkan penelitian ini sehingga dapat membuat plastik biodegradable. Menurut Mega, perlu dukungan dari semua pihak terutama pemerintah selaku regulator, industri kimia dan proses, serta kesadaran dari seluruh masyarakat. Harus ada kerja sama di antara banyak pihak untuk mendukung penerapan plastik biodegradable menggantikan plastik konvensional.

Mega berpesan, menang tanpa perjuangan panjang bagaikan menang tanpa kebanggaan, jika tidak ada kesukaran maka tidak ada kesuksesan. 

Plastik biodegradable adalah plastik yang mudah terurai. Jerman, India, Australia, Jepang, dan Amerika adalah negara yang paling intensif mengembangkan riset plastik biodegradable dan mempromosikan penggunaannya menggantikan plastik konvensional. 

Produk industri berbahan dasar plastik mulai menggunakan bahan biodegradable ini. Tapi penggunaan plastik biodegredable di Indonesia masih jarang. Padahal jelas sekali, bahwa potensi bahan baku pembuatan plastik biodegradable sangat besar di Indonesia. 

Penelitian ini melalui metode fermentasi, pemurnian asam laktat lalu polimerisasi akan didapat bioplastic yang mudah terurai di tanah.

“Karya ilmiah remaja milik teman-teman sesama peserta lomba LKIR 2016 ini menarik dan sangat kreatif, jadi memacu saya untuk bisa menjadi lebih baik lagi,” ujar Mega kepada CNN Student.

Tapi kamu jangan buang limbah kulitnya ya. Soalnya, Ghina Eroz Rasman dan Mega Meulia, siswi dari SMA Negeri 63 Jakarta berhasil menemukan manfaat limbah itu, yaitu bisa diubah jadi bahan pembuat plastik yang ramah lingkungan. 

Karya Ghina dan Mega menjadi finalis dalam Lomba Karya Ilmiah Remaja ke-48 yang diadakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Mereka menemukan bahwa limbah nanas bisa menjadi medium alami fermentasi asam laktat oleh Lactococcis Lactis B187 yang kemudian menghasilkan L-LA sebagai bahan baku pembuat PLA atau bioplastic.

 Di Palembang, Sumatera Selatan, ada nanas yang terkenal manis meski ukurannya tak besar. Nanas bernama latin Ananas Comosus ini juga sering diolah jadi bahan pembuat kue. 

Produk Plastik Ramah Lingkungan dari Sawit | tas souvenir



Plastik biodegradable saat ini berkembang sangat pesat. Berbagai riset telah dilakukan di negara maju (Jerman, Prancis, Jepang, Korea, Amerika Serikat, Inggris dan Swiss) ditujukan untuk menggali berbagai potensi bahan baku biopolimer. Aktivitas penelitian lain yang dilakukan adalah bagaimana mendapatkan kemasan termoplastik degradable yang mempunyai masa pakai (lifetimes) yang relatif lebih lama dengan harga yang lebih murah.

Di Indonesia penelitian dan pengembangan teknologi kemasan plastik biodegradable masih sangat terbatas. Penyebabnya, selain kurangnya kemampuan sumber daya manusia dalam penguasaan ilmu dan teknologi bahan, juga dukungan dana penelitian yang terbatas.

Dia meyakini bahwa permintaan bioplastik murni ini akan meningkat saat harga minyak bumi melonjak lagi. Untuk memenuhi permintaan plastik yang semakin tinggi itu, produksi bioplastik akan meningkat dan ini akan mendorong harga produk semakin murah.

Dia menyebutkan, pemanfaatan bioplastik biobased yang karbonnya terbuat dari bahan terbarukan seperti gula, pati atau minyak nabati ini, sudah banyak digunakan di Eropa terutama untuk keperluan media seperti tempat obat.

Hanya memang, jika dikembangkan dalam skala industri, produk bioplastik ini harganya akan jauh lebih mahal dibandingkan plastik konvensional. Akan tetapi, kualitas bioplastik ini tidak kalah dibandingkan plastik konvensional. Sebab, bioplastik ini memiliki kemampuan terdegradasi secara alami.

Menurut Agus, kendala terbesar dari bioplastik ini adalah harganya yang bisa mencapai delapan kali lipat dari harga plastik konvensional. Dari segi ekonomis, bioplastik jauh lebih mahal dari plastik konvensional. “Tapi sangat mungkin untuk dikembangkan,” ujarnya.

LIPI masih akan terus melakukan pengembangan karena bioplastiknya saat ini berwarna cokelat tua. ”Kita lagi cari cara warna alami yang mampu menembus warna itu, meski sulit,” papar Agus.

Tak hanya kantong plastik, bahan dasar ini, dapat dibuat berbagai bentuk, seperti penggaris, bahan kursi dan alat keseharian. Semua tergantung komposisi, misal, tempat makan harus kualitas food grade.

Terkait bahan baku, ketersediaan limbah TKKS memang cukup melimpah. Meskipun begitu, hal yang menjadi kendala dalam pengembangan plastik berbasis PLA dari TKKS ini menyangkut alur proses yang harus dilakukan.

Selanjutnya mengenai proses pembuatannya, langkah awal yang dilakukan peneliti yaitu melakukan pengeringan TKKS dengan sinar matahari. TKKS yang sudah kering ini dicincang dalam ukuran yang sangat kecil dan kemudian dihancurkan. Lalu TKKS siap untuk difermentasi setelah melalui tahap hidrolisa. Fermentasi dilakukan dengan menjaga pH dalam tingkat tertentu, sebelum akhirnya dilakukan pemurnian asam laktat. "Hasilnya, poliester yang mudah terdegradasi secara biologis," ucapnya.

Penelitian ini masih proses. Bioplastik PLA masih kaku, tak lentur seperti plastik biasa. Kata Agus, masih bisa ditipiskan, bisa dikombinasikan dengan plasticizer alam agar lebih lembut.

Limbah tanaman perkebunan kelapa sawit ini, biasanya digunakan untuk bahan boiler, kompos, maupun pengeras jalan di perkebunan. Berdasarkan riset sebelumnya, paling tidak TKKS mengandung 45 persen selulosa. Untuk itu, kerjasama dengan perguruan tinggi dari Jepang pun dilakukan untuk mengembangkan proyek riset ini.

Dijelaskan, TKKS tinggi selulosa dan hemiselulosa, sehingga berpotensi besar sebagai sumber glukosa yang kemudian dikonversikan menjadi asam laktat melalui proses fermentasi oleh bakteri. Kemudian asam laktat ini dipolimerisasi menjadi PLA. PLA merupakan polimer yang serbaguna, biodegradable, alifatik poliester yang berasal dari 100 persen sumber daya terbarukan.
“Salah satu senyawa kimia yang dapat dihasilkan dari selulosa TKKS adalah asam laktat. Asam laktat merupakan bahan baku utama dalam pembuatan polimer biodegradable berupa poliasam Laktat (PLA),” tegas Agus.

Selama ini terdapat jenis bioplastik biobased dan additive based. Bioplastik dengan biobased merupakan jenis plastik dengan kandungan karbon yang terbuat dari bahan terbarukan seperti gula pati maupun minyak nabati. Sementara bioplastik additive based merupakan jenis plastik dengan kandungan karbon yang terbuat dari minyak bumi, tetapi mengandung bahan yang dapat memicu degradasi.

Penggunaan TKKS yang bersifat biobased ini akan menghasilkan poliasam laktat (PLA) yang merupakan sumber polimer untuk bioplastik. Dia menyebutkan bahwa pemanfaatan polimer yang diperoleh dari poliasam laktat (PLA) berasal dari tandan kosong kelapa sawit yang telah melewati proses fermentasi.

LIPI yang juga turut serta mendukung pemerintah dalam menciptakan produk yang ramah lingkungan akhirnya mengumumkan hasil temuan terbarunya berupa bioplastik dari limbah TKKS. "Bioplastik dengan biobased ini merupakan bioplastik murni yang 100 persen dibuat dari bagian tanaman atau biomassa. Yang kami kembangkan saat ini berasal dari tandan kosong kelapa sawit,” kata Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI Agus Haryono, baru-baru ini, di Jakarta.

Penggunaan limbah TKKS ini tidak hanya bersifat ramah lingkungan tetapi juga dinilai renewable resoursces (bahan terbarukan). Jadi, dengan renewable resources maka pemanfaatan limbah dinilai akan lebih baik nilai konversinya dari segi energi maupun ekonomi.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menemukan produk plastik ramah lingkungan yang terbuat dari limbah tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Bioplastik dengan biobased ini pun diakui lebih cepat terdegradasi. Penggunaan teknologi kemasan plastik berkonsep biodegradable ini merupakan salah satu upaya untuk keluar dari permasalahan penggunaan kemasan plastik yang non degradable (plastik konvensional). Pangkal soalnya, cadangan minyak bumi semakin berkurang, kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan serta risikonya terhadap kesehatan.

Sinar Joyoboyo Plastik Ajak UKM Kenalkan Plastik Aman | tas souvenir



Bermula dari tahun 1995 Lidah Buaya Group selaku holding company Sinar Joyo Boyo Plastik yang berpusat di Magelang, memulai produksi kantung plastik pertama untuk kebutuhan packaging internal. Seiring dengan hadirnya permintaan eksternal yang secara pesat terus meningkat, maka Sinar Joyo Boyo Plastik didirikan pada tahun berikutnya. Sejak tahun 1996, Sinar Joyo Boyo Plastik berkembang menjadi produsen kantung plastik yang memiliki peranan bagi perkembangan industri kantung plastik Indonesia.

Dalam kapasitas produksi maupun jenis produk yang dihasilkan, yang semula fokus pada produk kantung plastik berjenis PP kini telah berkembang dengan tipe produk kantung plastik yang lebih beragam seperti HDPE, LLDPE, mulsa dan raffia.

Salah satu zat berbahaya yang terdapat pada plastik tidak aman untuk makanan adalah zat dioktil ptalat (DOP). DOP menyimpan zat benzen suatu larutan kimia yang sulit dicerna dalam saluran pencernaan manusia. Benzen juga tidak bisa dikeluarkan melalui feses atau urin. Akibatnya zat ini semakin lama semakin menumpuk dan terbalut oleh lemak tubuh, bisa memicu munculnya penyakit kanker.

Selain untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, kegiatan roadshow Sebar Ta’jil Ramadhan Sinar Joyoboyo Plastik ditujukan pula untuk memberdayakan dan memberikan stimulasi bagi peningkatan keuntungan usaha para pelaku UKM. Hal ini sesuai dengan komitmen Sinar Joyoboyo Plastik sebagai perusahaan plastik yang turut peduli bagi kelangsungan bisnis usaha para pelaku UKM. “Ketika masyarakat mulai peduli terhadap pedagang yang menggunakan plastik aman, ujung-ujungnya mereka akan untung,” Gilang menegaskan.

Plastik tersebut tidak aman untuk pembungkus makanan terutama dalam kondisi panas seperti bakso kuah, bakmi kuah, bubur dan berbagai jenis gorengan panas. Suhu yang relative tinggi akan membantu migrasi bahan kimia plastik ke dalam makanan,” Gilang kembali menambahkan.

Migrasi merupakan perpindahan zat kimia berbahaya yang didapat dari kemasan ke dalam bahan makanan. Dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu luas permukaan yang kontak dengan makanan; kecepatan migrasi; jenis bahan plastik dan suhu serta lamanya kontak.

Hadirnya Sinar Joyoboyo Plastik sebagai produsen plastik yang aman untuk makanan (Food Contact), turut membantu masyarakat menghindari berbagai penyakit berbahaya sebagai dampak dari penggunaan plastik yang tidak memenuhi standar aman untuk makanan.

“Seringkali kita menemukan penjual makanan jajanan (street food) yang masih menggunakan kantung kresek yang berasal dari bahan daur ulang,”ujar Gilang.

EPI merupakan perusahaan pembuat aditif oxo biodegradable Totally Degradable Plastic Additives (TDPA) yang telah mendapatkan sertifikasi Ekolabel dari Kementerian Lingkungan Hidup. dan memiliki terobosan teknologi yang mampu membuat plastik produksi Sinar Joyoboyo Plastik dapat terdegradasi selama 24-36 bulan.

Biji plastik murni ditambah aditif EPI oxo biodegradable diolah menjadi plastik dengan presisi yang tinggi, sehingga menghasilkan kualitas produk yang kuat, ulet, aman untuk makanan serta ramah lingkungan.

Gilang Yogantoro, Marketing Departement Head Sinar Joyoboyo Plastik, memaparkan, selaku produsen plastik unggulan, Sinar Joyoboyo Plastik mengakomodasi tingginya kebutuhan plastik melalui produk plastik yang aman untuk makanan dan ramah lingkungan.

 “Inovasi tersebut berupa penerapan teknologi Oxo-Biodegradable yang mampu membuat plastik mudah terurai, sehingga plastik kami ramah untuk lingkungan,” kata Gilang.

Melalui sistem manajemen pengawasan mutu produksi berstandar ISO, produk Plastik Joyoboyo diolah dari bahan biji plastik murni yang halal dan aman untuk makanan (Food Contact) serta telah lulus uji degradasi dari Environmental Product Inc (EPI).

Dalam kehidupan manusia keberadaan plastik sudah menjadi bagian yang sulit terpisahkan. Selain untuk menunjang keperluan berbagai usaha, plastik masih menjadi komoditi andalan masyarakat terutama dalam menunjang aktifitas sehari-hari seperti membungkus makanan atau minuman menjelang berbuka puasa.

Handoko Sidharta, General Manager Sales & Marketing Sinar Joyoboyo Plastik, menjelaskan, peningkatan konsumsi plastik pada saat bulan Ramadhan menjadi fokus perhatiannya kali ini. 

“Menghadirkan plastik kemasan yang aman untuk makanan sebagai bukti nyata kami untuk turut menjaga keamanan jajanan kuliner di bulan suci Ramadhan.Kebutuhannya memang cenderung selalu meningkat. Seperti momen penting lainnya, bulan Ramadhan kali ini stoknya sudah kami siapkan,” ujar Handoko.

Selain itu, kegiatan yang sukses digelar di lima pusat jajanan ta’jil Ramadhan yakni 22-23 Juni di Yogyakarta, 24-25 Juni di Solo, 27-28 Juni di Malang, 1-2 Juli di Banjar dan 4-5 Juli di Purwokerto, akan diisi oleh berbagai kegiatan edukasi pengunjung serta ajakan berbagi melalui sebar ta’jil yang melibatkan para pelaku UKM disekitar lima kawasan tersebut dan mendapat antusiasme masyarakat sekitar.

Selain untuk menunaikan ibadah puasa, bulan Ramadhan seringkali dijadikan sebagai peluang bisnis para pelaku usaha kecil, terutama di bidang makanan dan minuman. Tentu saja hal itu turut meningkatkan konsumsi plastik di masyarakat. Untuk itu, Sinar Joyo Boyo Plastik hadir melalui produk plastik sebagai solusi di tengah menjamurnya para pelaku usaha musiman di bulan suci.

Menanggapi tingginya konsumsi plastik di bulan puasa,, Sinar Joyoboyo Plastik menggelar roadshow Sebar Ta’jil Ramadhan 1436 H ke berbagai daerah di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Tujuannya untuk memberikan edukasi sekaligus meningkatkan wawasan masyarakat terhadap plastik sesuai dengan tipe dan fungsinya melalui kampanye “Kenali Plastikmu.”












Tidak ada komentar:

Posting Komentar