Senin, 03 Juli 2017

Koja Tas Ramah Lingkungan Dari Suku Baduy

Suku Baduy dikenal sebagai masyarakat tradisional yang mempertahankan tradisi nenek moyang | jual spunbond motif


jual spunbond motif


Tas koja digunakan masyarakat Baduy untuk membawa alat-alat pertanian, atau ketika melakukan perjalanan. Dengan pakaian adat, ikat kepala, ditambah tas koja, membuat masyarakat Baduy sangat bersahaja.

Tas koja menjadi salah satu tanda identitas dari masyarakat Baduy. Lebih luas lagi, bukan hanya masyarakat Baduy, masyarakat Banten pada umumnya juga memakai tas dari Baduy ini sebagai ciri khas masyarakat Banten. Tidak hanya dipakai pada aktivitas seni-budaya, tas tersebut juga dipakai para pelajar asal Banten yang bersekolah di luar daerah, sebagai wadah buku dan pena.

Saat ini, tas koja khas Baduy dapat dipakai masyarakat luar. Koja menjadi salah satu dari sekian banyak produk lokal Baduy yang dijadikan oleh-oleh. Seperti halnya kain sarung, peralatan dapur, ikat kepala, baju tradisional, dan kerajinan tangan lain dikirim ke luar Baduy untuk dapat dipakai masyarakat luar.

Saat Anda ke Baduy, buah tangah Suku Baduy mudah didapat. Toko-toko kecil maupun pedagang asongan banyak terdapat di Terminal Ciboleger yang menjadi gerbang masuk menuju kawasan masyarakat tradisional Baduy.

Di daerah lain di Banten, kulit pohon teureup ini dijadikan bahan tali untuk mengikat tumpukan kayu bakar agar mudah dibawa. Kayu ini terkenal sangat kuat, maka tidak salah jika masyarakat Baduy menjadikan kulit kayu ini sebagai wadah untuk membawa perkakas pertanian yang cukup berat.

Tas Koja terbuat dari kulit pohon pohon teureup. Pohon ini banyak terdapat di wilayah Baduy. Pohon teureup merupakan kerabat nangka. Pohon teureup banyak terdapat di wilayah Baduy. Kulit teureup harus dijemur lebih dahulu agar lebih kuat. Setelah kering, kulit teureup kering dibelah kecil-kecil. Belahan kayu ini yang kemudian dibentuk benang yang menjadi bahan pembuatan tas. Meski kuat, tentu tas dari kulit kayu ini mudah terurai dalam tanah.

Tas koja berbentuk tidak terlalu besar dengan warna alami cokelat. Koja dibuat dengan anyaman berlubang sehingga isi koja bisa dilihat dari luar. Tas ini bertali selendang cukup panjang sehingga bisa dipakai menyilang di pundak atau selendangkan.

Ketradisionalan masyarakat Baduy bisa dilihat dari pakaian yang dikenakan. Selain pakaian, penunjang aktivitas sehari-hari bisa menjadi ciri lain, salah satunya tas berbahan alami bernama koja. Koja merupakan wadah untuk menunjang kegiatan sehari-hari masyarakat Baduy.

Suku Baduy, Kabupaten Lebak, Banten, memiliki seribu kearifan lokal untuk menjadi pembelajaran bagi masyarakat lain. Suku Baduy dikenal sebagai masyarakat tradisional yang mempertahankan tradisi nenek moyang dan senantiasa menjaga alam lingkungan tempat tinggalnya.


Rotary Solo Kampanyekan Belanja Cantik Tanpa Plastik | jual spunbond motif 



Sementara itu, Public Relation (PR) RC Solo Kartini, Febri Dipokusumo, menyampaikan RC Solo Kartini yang dibantu Rotaract Solo Pakarti total membagikan 111 tas belanja kepada pengunjung Pasar Gede. Jumlah tas belanja tersebut, menurut dia, menyesuikan dengan perayaan HUT ke-111 Rotary International yang jatuh pada 23 Februari lalu.

Sementara itu, warga Kelurahan Manahan, Kecamatan Laweyan, Solo, Ny. Imam, 71, mengaku senang mendapatkan tas kain gratis dari sukarelawan RC Solo Kartini. Ny. Imam menginginkan pemerintah untuk mengadakan sosialiasi diet kantong plastik kepada masyarakat sekaligus membagikan tas kain.

“Semoga kami bisa mengajak masyarakat untuk bisa berbelanja tanpa menggunakan kantong platik. Kami mengusung tema ‘belanja cantik tanpa plastik’ untuk membuktikan kepada masyarakat bahwa belanja sambil membawa tas kain bisa terlihat lebih cantik ketimbang menenteng kresek atau kantong plastik,” jelas Maria Dhody.

Dia berharap tas kain yang dibagikan sukarelawan RC Solo Kartini terus digunakan masyarakat setiap kali belanja.

Maria mengatakan kampanye Stop Plastik di Pasar Gede sebagai wujud kepedulian RC Solo Kartini terhadap lingkungan hidup serta mendukung program diet kantong plastik dari pemerintah pusat.

“Kami sampai kehabisan stok tas belanja karena diminati para pengunjung Pasar Gede. Kami sebenarnya berniat menyisihkan satu tas untuk digunakan belanja sendiri. Kami ingin mencontohkan secara langsung ‘belanja cantik tanpa plastik’,” kata President RC Solo Kartini, Maria Dhody, di sela-sela kegiatan, Kamis.

Kehadiran belasan ibu-ibu itu spontan mendapat sambutan meriah. Mereka langsung dikerubungi puluhan pengunjung Pasar Gede. Tas belanja yang terbuat dari kain tersebut bahkan langsung ludes tidak lama setelah belasan sukarelawan RC Solo Kartini memasuki Pasar Gede.

Anggota dan pengurus Rotary Club (RC) Solo Kartini membagi-bagikan tas belanja gratis di depan Pasar Gede Solo, Kamis (25/2/2016).


STARTIC Melejit Berkat Sak Semen | jual spunbond motif 



AV Peduli juga siap merilis produk premium, yaitu kombinasi kain etnik songket dan kulit yang didukung material kualitas premium juga. Produk akhirnya juga kini tidak hanya tas tetapi juga sudah mulai merambah ke aksesoris laptop, sepatu, dan produk lain yang diminati pasar, termasuk Ecofashion for Men.

STARTIC Ecofashion yang baru saja Young Social Entrepreneur 2015 dari Singapore International Foundation ini juga berupaya meningkatkan kapasitas produksi, baik kuantitas maupun kualitas, dengan memberdayakan lebih banyak kalangan masyarakat untuk memenuhi tawaran pemasaran di butik potensial yang sudah masuk. “Kami terus mengembangkan strategi agar dapat lebih menjangkau pangsa pasar di luar negeri yang sangat menghargai produk handmade dan berkonsep ramah lingkungan,” kata dia.

Saat ini, AV Peduli memiliki jaringan showroom di toko oleh-oleh Mirota, Galeri Bandara Juanda Terminal 1, galeri milik pemerintah lainnya, serta butik-butik ternama. Ada juga penjualan langsung ke Manado, Balikpapan, dan kota-kota besar lainnya di seluruh Indonesia. “Untuk online, saat ini sedang dalam tahap dikembangkan, ada di startic.avpeduli.com dan instagram @heystartic,” kata dia.

“Dari sinilah, kita bisa follow up sehingga sudah bisa ekspor meskipun masih skala kecil ke beberapa negara, yang sampai saat ini repeat order dari Belanda, Singapura, dan Australia,” katanya.

Vani mengakui minat paling besar datang dari luar negeri, yang memang lebih menghargai produk-produk daur ulang. Itu kenapa AV Peduli mengikuti seleksi pemerintah daerah hingga terpilih menjadi produk unggulan Jawa Timur dan mendapat stand gratis di pameran bergengsi seperti Trade Expo Indonesia, INACraft, dan lainnya.

Dengan dibantu 11 perajin utama serta dukungan bahan baku dari bank sampah binaan, warga sekitar yang sedang membangun, serta beberapa kontraktor proyek, AV Peduli sudah mampu membuat ratusan tas produk ritel dan ribuan unit pesanan khusus. Harganya berkisar Rp 50-180 ribu per unit untuk yang full daur ulang. “Untuk produk daur ulang yang dikombinasikan dengan kain etnik seperti songket dan kulit, saat ini harganya bisa mencapai Rp 600 ribu,” katanya.

Inilah latar belakang pembuatan tas daur ulang yang tetap fashionable dan membuat orang bangga memakainya dengan brand STARTIC, Artistic Ecofashion. Sak semen yang bisa mengangkut puluhan kilo itu adalah alasan utama digunakan sebagai bahan baku tas. “Kami juga sudah mengadakan penelitian didukung Universitas Airlangga untuk formula pelapis alami sehingga hasil akhirnya bisa menyerupai kulit dan sudah tahan air,” ujar dia.

“Masalah sampah sudah bukan sekadar di proses pengolahan, tetapi juga setelahnya, yaitu penjualannya. Mayoritas produk daur ulang masih kelihatan dari sampah sehingga orang enggan memakainya,” kata Vani.

Dunia fesyen tak melulu diramaikan produk baju dan celana trendi. Belakangan, model tas baru yang unik banyak bermunculan. Tapi, hanya sedikit yang menawarkan tas dengan bahan daur ulang, seperti AV Peduli yang mengolah sak semen sebagai bahan baku tas. Duet kakak-adik, Agnes dan Vania Santoso mendirikan AV Peduli sejak 2005 silam beranggotakan anak-anak muda kreatif. Klub yang dirancang sebagai Duta Lingkungan Hidup di kawasan Asia-Pasifik ini tertantang untuk membantu menyelesaikan masalah sampah di Indonesia.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar