Kamis, 21 Desember 2017

Tas Anyaman, Jadul Tapi Ramah Lingkungan

Pemakaian tas belanja yang biasa dipakai ibu-ibu ke pasar tradisional jangan dianggap remeh | goodie bag


goodie bag



Jika tidak cocok dengan model yang telah tersedia di pasaran, pembeli dapat menganyamnya sendiri. Itung-itung sebagai peningkat daya kreatifitas kita, pengisi waktu luang, dan juga usaha sampingan untuk mengisi kantong. Jadi jangan angggap remeh hal-hal kecil seperti tas anyaman, justrus merekalah yang mampu menyelamatkan bumi kita ini. 

Sekarang ini industri rumah tangga mulai kembali mengembangkan tas anyaman untuk menekan pemakaian kantong plastik. Tas anyaman ini sudah dipakai sejak dulu namun seiring waktu sudah mulai terlupakan. Tas-tas anyaman ini tersedia dalam beragam warna dengan berbagai ukuran. 

Pemakaian tas belanja yang biasa dipakai ibu-ibu ke pasar tradisional jangan dianggap remeh. Penggunaan tas seperti ini sangat membantu mengurangi pemakaian kantong plastik di dalam rumah tangga. Sebagai langkah bijak dan dapat menjadi contoh bagi anak-anak mereka. 


Kampanye Belanja Tanpa Kantung Plastik Untungkan Henna Bag, Produk Tas Ramah Lingkungan Ini | goodie bag



Dia pikir, daripada tas kanvas itu polos tanpa hiasan, mending dia poles dengan lukisan motif Henna. Cat tekstil jadi bahan utama dia membuat tas kanvas jadi semarak hiasan.

Dan tak disangka, banyak orang suka.
"Awalnya dari keisengan saya, suka melukis-lukis motif Henna khas India di tangan saya sendiri. Terus, teman-teman banyak yang minta tangannya saya lukis. Mereka senang dengan estetikanya," tutur Lia Nurusshabah kepada Tribunnews.com.

Berawal dari lukisan tangan, ia kemudian iseng melukisnya di tas kanvas.

Motif lukisan tasnya adalah model tatto ala wanita-wanita India yang terkenal dengan sebutan Henna yang akhirnya jadi brand tas belanja Henna tersebut.

Yang membuat tas ini laris-manis karena tidak hanya kuat dan bisa dipakai berulang-ulang untuk berbelanja, tapi juga karena desain lukisan di badan tas yang unik dan estetik.

Mengorbit lewat brand  Henna Bag (Tas Henna), Lia Nurusshabah memroduksi tas-tas belanja bikinan manual tangan (handmade) berbahan kain kanvas.

Kampanye yang dilancarkan pemerintah agar masyarakat berbelanja tanpa kantung plastik jadi momentum emas suksesnya usaha kerajinan tas belanja berbahan ramah lingkungan yang dijalani ibu dua anak tersebut.

Inilah yang kini sedang direguk seorang ibu rumah tangga bernama Lia Nurusshabah.

Seringkali sebuah cerita sukses bisnis berawal dari momentum dan hobi.

Cantiknya Kerajinan Tangan Anggota PKK Kelurahan Timungan Lompoa Makassar | goodie bag



Semua hasil karya tersebut kemudian disimpan di galeri kreasi kelurahan yang ditempatkan di ruang tamu Kantor Kelurahan Kelurahan Timungan Lompoa di Jl Kalumpang lorong 9 No.6 Makassar

Bahkan saat ini banyak pesanan yang karya kreatif tersebut. Harganya juga sangat terjangkau mulai dari Rp 5 ribu hingga Rp 200 ribuan. 

Hj Nunu dan Nirwana anggota PKK merupakan penggerak pemanfaatan limbah tersebut.

"Awalnya iseng tapi ternyata hasilnya bagus. Perlahan tapi pasti banyak kreasi yang kemudian dihasilkan," ujar Hj Nunu, Rabu (20/1/2016).

Anggota PKK Kelurahan Timungan Lompoa, Bontoala, Makassar memanfaatkan limbah rumah tangga menjadi barang yang bernilai ekonomis.

Misalnya, kemasan minuman air gelas "disulap" menjadi tempat tisu, dll.





Rabu, 20 Desember 2017

Sulap Enceng Gondok Jadi Barang Kerajinan , Warga Gunungkidul Ini Raup Omzet Ratusan Juta Rupiah

Tanaman gulma tersebut disulap menjadi berbagai macam produk kerajinan yang memiliki nilai ekonomi | goody bag



goody bag


Kerajinan enceng gondok tersebut saat ini sudah masuk di pasaran luar, seperti di Eropa dan juga Australia.

"Selain dalam negeri, produk kami juga diminati oleh masyarakat lua, dan kini sudah dipasarkan ke beberapa negara di Australia dan Eropa," tutur Rasidha. 

Gayung bersambut, minat masyarakat terhadap produk kerajinan yang dibuatnya cukup besar. Dari usaha kecil-kecilan yang dirintisnya pada tahun 2002, kini dirinya mampu memberdayakan sebanyak 170 warga sekitar.

Bahkan, kini omzet penghasilan yang didapat dari penjualan produk kerajinan eceng gondok mencapai Rp120 juta setiap bulannya.

Sepinya peminat, tak membuat Rasidha patah arang. Dirinya tetap konsisten membuat produk kerajinan dari bahan alam tersebut.

"Pertamanya kami menggunakan rotan untuk membuat produk kerajinan, namun minatnya sedikit. Akhirnya kami banting setir, dengan menggunakan eceng gondok yang lebih murah dan banyak didapatkan," keluh Rasidha.

"Banyak eceng gondok tumbuh liar di sini, tak terpakai, lantas muncuk ide, kenapa tidak kita manfaatkan saja seratnya untuk membuat kerajinan yang bisa dijual," ujar Rasidha, Kamis (23/2/2017).

Awal mulanya, produk kerajinan yang dibuat masih sedikit dan pendapatan yang didapat pun dapat dihitung dengan jari.

Mulanya Rasidha mengeluh banyaknya enceng gondok yang tumbuh liar tak terpakai di lingkungan sekitar rumahnya.

Dia pun berpikir menggunakan tanaman gulma itu untuk diambil seratnya sebagai bahan baku pembuatan produk kerajinan beraneka rupa.

Namun di tangan Rasidha atau biasa dipanggil Ridho (45), warga Desa ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul, tanaman gulma tersebut disulap menjadi berbagai macam produk kerajinan yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

Sebagian masyarakat masih memandang remeh tanaman enceng gondok.

Mahasiswa Universitas Semarang Ini Ajari Warga Menganyam Enceng Gondok | goody bag




"Menurut saya ini sangat bermanfaat dan tradisional semoga anak muda lebih mengenak kreasi ini tidak hanya bermain gadget saja" ujar Santi seusai mengayam.

Santi (62) mengatakan acara ini sangat bermanfaat karena sangat tradisional agar anak muda dapat mengenal kreasi Indonesia tidak hanya bermain gadget.

Enceng gondok yang telah dikeringkan akan digiling hingga pipih. kemudian dianyam membentuk kerajinan yang diinginkan. Setelah dibentuk dilakukan proses membatik dengan pola Resi Pandhawa pada sekeliling anyaman.

" Enceng gondok yang dikeringkan nanti akan dianyam sesuai bentuk yang diinginkan kemudian dibatik pola Resi Pandhawa di tambahkan disekeliling anyaman" ungkapnya.

" Kami mengadakan acara ini supaya produk lokal Semarang bisa lebih dikenal masyarakat luas" ujar Ravhi Agung saat diwawancara.

Ravfi Agung juga mengungkapkan cara mengkombinasikan enceng gondok dengan batik.

Ravhi Agung Dewantoro (21), merupakan ketua panitia acara Kertangkes mengatakan acara ini diadakan untuk mengangkat dan mempromosikan produk lokal Semarang.

Mahasiswa Jurusan Ilkom USM bekerjasama dengan Usaha Dagang Abdi Citra Kusuma memadukan batik Resi Pandhawa dengan anyaman dari enceng gondok. Kertangkes dimulai pada pukul 16.00 wib.

Acara tersebut merupakan acara menganyam massal menggunakan enceng gondok dan dikombinasikan dengan batik, Minggu(18/6/17)

Enceng gondok yang biasanya tumbuh liar di kolam atau rawa, kini bisa dimanfaatkan untuk membuat alas minum, tas atau yang lainnya.

Sejumlah Mahasiswa dan mahasiswi Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Semarang menggelar acara Kertangkes di Taman Menteri Supeno berlokasi di jl Menteri supeno, Semarang,Jawa Tengah.

Eceng Gondok Jadi Pupun Organik | goody bag



Lalu mulai membuat pupuk organik eceng gondok.

Namun pada saat itu pupuk saya belum diuji.

Saya ingin pupuk organik eceng gondok saya teruji. Karena banyak yang memalsukan merek pupuk.

Semua berawal dari keprihatinan saya soal eceng gondok.

Bagaimana agar hama ini bisa bermanfaat.

Lalu pada tahun 2014, lewat perusahaan saya PT GHM Farm Tech, saya memulainya dengan mencacah eceng gondok di Danau Tondano.

Hak paten pupuk organik dari eceng gondok bermerek Meidy dan mulai berlaku 9 Oktober 2017 ini.

Masa berlakunya hingga lima tahun mendatang. Perjalanan panjang bagi saya hingga ke tahap ini.

Eceng gondok di Danau Tondano memang menjadi hama, tapi jika dikelola dengan benar, eceng gondok bisa membawa manfaat.

Setelah berjuang sejak awal tahun 2014, saya akhirnya mendapat hak paten dari Kementerian Pertanian.






Pengrajin Payung Kalibagor Manfaatkan Limbah Kertas

Memanfaatkan bahan baku kertas dapat bersaing dengan produk-produk modern | tas spunbond murah meriah



tas spunbond murah meriah



Bahkan, para pengrajin payung Kalibagor juga memberikan petunjuk kepada sejumlah pengunjung, tentang cara membuat dan memberikan cat pewarna yang menambah kemegahan payung dari limbah kertas itu.

Para pengunjung selain meminta keterangan tentang sejarah payung Kalibagor tersebut dan mereka juga menjadikan ajang foto selvie.

Payung Kalibagor dalam Festifal Payung Indonesia cukup memberikan suasana yang menarik bagi pengunjung. Pada kedua kegiatan Festival Payung Indonesia sudah banyak pengunjung yang mendatangi stand Payung Kalibagor.

Namun, mereka hanya terkendala cara pemasaran produksinya.

"Kami memasarkan barang kerajinan ini, salah satunya melalui kegiatan pameran-pemeran yang diselenggarakan oleh Pemkab Banyumas dan Festival Payung Indonesia di Solo ini," katanya.

Dia menjelaskan, payung kertas tersebut menggunakan bahan baku limbah kertas sak semen, bambu, benang, lem dan cat pewarna untuk dekorasinya. Harga yang ditawarkan sekitar Rp25 ribu hingga Rp30 ribu per buahnya.

"Ongkos produksi sebuah payung kertas bisa sekitar Rp17 ribu dan kami mempu memproduksi rata-rata 20 buah per harinya," kata pengrajin yang mengaku menekuni bisnis ini, meneruskan orang tuanya sejak 10 tahun lalu.

Menurut dia, setiap anggota keluarga pengrajin payung kertas di Kalibagor dapat membuat payung tradisional itu. Payung ini, biasa digunakan masyarakat untuk orang yang meninggal dunia atau untuk dekorasi atau hiasan taman.

"Kerajinan payung kertas di Kalibagor memang industri rumah tangga turun-menurun dari para leluhurnya. Jumlah pengrajin payung dahulu khususnya di Dukuh IV Kalibagor ada puluhan orang," kata Sumanto.

Menurut Sumanto, Desa Kalibagor sejak 1940 sudah dikenal oleh masyarakat, yakni daerah centra industri payung kertas di Banyumas, dan hingga sekarang masih bertahan meski produksinya terus berkurang.

"Payung buatan pengrajin asal Desa Kalibagor Banyumas ini, bahan bakunya memanfaatkan limbah kertas sak bekas bungkus semen," kata Sumanto (38) salah pengrajin asal Kalibagor Banyumas saat mengikuti workshop di Festival Payung Indonesia (FPI) 2015 di Taman Balekambang Solo, Sabtu (12/9/2015).

Pengrajin payung tradisional produksi daerah setra Desa dan Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, dengan memanfaatkan bahan baku kertas dapat bersaing dengan produk-produk modern.

Menyulap Sak Semen Jadi Tas Berkualitas Dunia | tas spunbond murah meriah



Saat ini, Vania sebenarnya tidak hanya fokus pada bisnis secara individu. Dia bersama kakaknya juga telah melakukan pemberdayaan masyarakat dengan menekankan pada daur ulang. Dengan demikian, dia dapat terlibat membantu masyarakat sehingga menambah pemasukan mereka.

Di samping itu, Vania juga mengaku tak pernah melewatkan pameran-pameran yang diadakan swasta maupun pemerintah. Sebab, dengan cara ini dia bisa memperkenalkan produknya ke masyarakat di dalam mapun luar negeri. Hal ini terbukti dengan berhasilnya Vania mewakili Indonesia dalam pameran mode tas di Bangkok dan Hongkong beberapa tahun lalu. “Bahkan  kita bisa mempromosikan ke media melalui pameran-pameran itu,” kata dia. 


Pada masa awal, Alumnus Universitas Airlangga (Unair) ini tentu pernah mengalami kegagalan. Namun kegagalan itu tidak membuatnya menyerah begitu saja. Dia  terus berpikir bagaimana bisa menciptakan sebuah produk daun ulang dengan tetap terlihat unik dan bermode. Hingga akhirnya, Aktivis Lingkungan ini berhasil memproduksi tas dan sepatu berbahan sak semen yang tidak hanya terjual di seluruh Indonesia tapi ke luar negeri juga.

Untuk yang berminat pada produk ini, Niniek mengatakan, pembeli di luar Surabaya bisa memesan via media sosial heySTARTIC, pada akun Facebook, Twitter, maupun Instagram. Atau, dia melanjutkan, para pembeli bisa mengunjungi lokasi STARTIC di Jalan Jemur Sari 4 Nomor 5, Surabaya, Jawa Timur.

Pendiri STARTIC, Vania Santoso mengungkapkan bagaimana dirinya bisa sukses meski masih berusia 23 tahun. Menurut dia, hal ini tidak terlepas dari percaya akan kemampuan diri sendiri dengan menenkankan pada kretivitas masing-masing. 

Meski sudah termasuk berkualitas dan sukses, Niniek mengungkapkan, pihaknya masih menemukan kendala. Kendala ini terutama dialami saat pihaknya ingin mengeskspor produknya ke luar negeri, seperti Australia dan Belanda saat ini. Pembeli dari luar negeri biasanya menginginkan produk yang tanpa cacat sedikitpun. Untuk itu, pihaknya terkadang akan bekerja sangat keras agar bisa menghasilkan tas dan dompet yang benar-benar berkelas. Ke depan, pihaknya juga berencana untuk berkolaborasi dengan desainer luar negeri.

Menyulap Sak Semen Menjadi Tas Elegan | tas spunbond murah meriah



Sampai saat ini omzet yang diterima Startic mencapai Rp 30 juta hingga 40 juta per bulan. Dengan harga yang ditawarkan relatif murah, kisaran antara Rp 50 ribu hingga Rp 700 ribu. Produk termahal Startic sendiri ada pada tas semen yang dipadukan dengan kulit sapi bermotif kulit buaya.

“Waktu mencoba membuat 12 pcs sebagai tes market untuk produk Startic. Modal awal yang dikeluarkan sekitar 20 juta untuk membeli mesin jahit, membuat brosur untuk promosinya, dan bahan baku seperti bahan kulit elastis serta kulit sapi” kata Niniek.

Niniek menuturkan modal awal yang digunakan untuk memulai bisnis fashion dari limbah kerta semen saat itu sebesar Rp 20 juta yang digunakan untuk membeli bahan baku, alat jahit dan promosi.

Hasil lab mengungkapkan, ternyata kulit sapi sebelum dipakai harus di jemur terlebih dahulu sebelum kulit tersebut dikombinasikan dengan menggunakan kertas semen.

“Dari kesalahan tersebut, akhirnya kami coba menjemur kulit sapi selama satu hari agar dapat mengeluarkan kandungan minyak dari kulit tersebut”, ujarnya.

Niniek selaku Manager Startic menceritakan awalnya memulai bisnis ini sejak akhir 2014. Saat itu, melihat banyak limbah sampah kertas semen berserakan dan tidak dipakai, akhirnya Agnes dan Vania mencoba memanfaatkan kertas menjadi sebuah tas wanita. Namun ternyata tak semudah yang dibayangkan. Ia mengaku sempat beberapa kali mengalami kegagalan dalam mengkombinasikan antara bahan kertas semen dengan kulit sapi.

“Ketika dipakai sendiri selama kurang lebih setengah tahun, tas tersebut mengeluarkan minyak di luar dan bagian dalam. Begitu didiamkan malah keluar minyak dan flek di bagian dalam tas, akhirnya diputuskan untuk melakukan uji lab”, kata Niniek saat ditemui di Pameran Trade Expo Indonesia (TEI), Jiexpo, Jakarta Pusat, Senin, (17/10/16).

Agnes dan Vania melihat peluang bisnis fashion sangat menjanjikan. Mereka berinovasi menyulap limbah kertas sak semen menjadi produk fashion yang elegan dan memiliki nilai jual tinggi dengan menggunakan brand Startic. Tercetusnya ide pengolahan limbah kertas sak semen bermula dari keinginan kakak beradik ini mengembangkan proyek sosial dalam rangka kampanye manajemen sampah kepada masyarakat melalui klub AV Peduli.

Produk fashion bisa dikatakan tidak ada matinya, bahkan fashion Indonesia diyakini akan terus berkembang. Melalui Kementerian Perindustrian, fashion didorong menjadi industri nasional yang berkelanjutan dan mengkategorikan fashion sebagai industri kreatif dari konsep produk hingga inovasi bahannya. Salah satu yang bisa melihat peruntungan dari bisnis fashion yaitu Agnes dan Vania Santoso.






FHB dan Pemkot mendukung pengurangan penggunaan kantong plastik kresek

Pemkot Bandung Imbau Warga Kurangi Penggunaan Kantong Plastik | tas spunbond lusinan



tas spunbond lusinan


Untuk bentuk dan desainnya nanti, lanjut Dandan, itu akan diserahkan kepada perusahaan.”Pembuatannya, desainnya silahkan saja bebas, itu mekanisme pasar,” lanjutnya.  Imbauan agar tidak menggunakan kantong keresek ini, kata Dandan akan dilakukan lebih gencar lagi. “Setiap momen kita imbau agar penggunaan kantong plastik ini dihindarkan,” pungkasnya.

Namun, kata Dandan imbauan tersebut juga diiringi solusi agar warga tidak terus menggunakan kantong keresek.“Kita juga sedang membicarakan penggantinya dengan Forum Hijau Bandung, akan seperti apa nanti pengganti kantong plastiknya,” terang Dandan.

Saya imbau kepada warga supaya jangan menggunakankantong plastik. Tapi sejauh ini masih sosialisasi belum sampai Perwal,” ujar Dandan saat ditemui di Pendopo Kota Bandung, Selasa (4/5/2010).

Kepala BPLH Kota Bandung Dandan Riza Wadhana mengimbau kepada warga Bandung agar membawa kantong sendiri jika berbelanja ke pasar terutama ke supermarket.

Carrefour Menjual Tas Belanja Pengganti Kantong Plastik | tas spunbond lusinan



 Lalu tiba-tiba salah satu dari mereka bilang (dalam bahasa inggris),”tidak usah pakai kantong lagi, biar saya masukkan ke kantong yang lain.” Wah ini benar-benar contoh yang baik. Mungkin mereka memang sudah terbiasa dengan hal itu. Inilah yang harus ditularkan kepada teman-teman kita.

Ada cerita kemarin saya sedang di sebuah departement store di Jakarta. Sewaktu antri di kasir, depan saya itu ada 2 orang bule yang baru beli beberapa kaos kaki. Si kasir pun setelah melakukan pembayaran memasukkan kaos kaki ke kantong plastik kecil dimana setelah itu akan dimasukkan lagi ke kantong plastik yang lebih besar, yang ada pegangan untuk dibawa.

Dengan hal ini maka Carrefour pun dapat turut mengurangi penggunaan kantong plastik belanja dan diharapkan kantong ini pun dapat dipakai untuk belanja di tempat lain. Kadang malah karena alasan berat atau kemauan dari pelanggan kantong di dobel.

Ternyata saya mendapat info dari teman bahwa Carrefour di Bandung menjual tas belanja pengganti kantong plastik seperti pada gambar. Carrefour sebagai hypermarket besar dengan jumlah penjualan yang tinggi di Jakarta dan Bandung juga kontributor sampah kantong plastik belanja.  Katanya sih harganya Rp. 10.000,– dan kalau rusak bisa dibawa kembali ke Carrefour untuk minta diganti. Saya belum confirm hal ini tetapi kedengarannya ok banget.

Sudah sejak Mei 2007 saya menulis mengenai “Solusi Sampah Plastik Kita” dimana sampah plastik kita yang sangat banyak dan juga menyumbat saluran air, tanggul dan malah yang ekstrim merusak turbin PLTA di waduk adalah kantong plastik belanja atau kita sebut kantong kresek karena bunyinya srek kesrek kesrek. 


Garda Bangsa PKB Kampanyekan 'Diet' Kantong Plastik | tas spunbond lusinan



Selain itu, Cucun juga mengajak seluruh generasi muda Indonesia untuk lebih kreatif, inovatif, dan produktif agar mampu bersaing dengan tenaga-tenaga asing yang masuk ke Indonesia. Untuk itu, Garda Bangsa akan memfasilitasinya dengan membuat beberapa sayap lain yakni Garda Hijau, Garda Cantik, Garda Gaul, Garda Agan, Garda Media, Garda Cerdas, Garda Bumi, dan Garda Pecinta Alam.

"Bagi mereka pecinta alam kita fasilitasi melalui Garda Hijau dan Garda Alam, begitu juga bagi mereka yang suka menulis kita fasilitasi melalui Garda Media. Pokoknya, Garda Bangsa sekarang miliknya anak muda," ucap dia.

Cucun menambahkan, data terbaru yang didapatnya soal kantong plastik menyebutkan 80 persen sampah di laut berasal dari daratan. Di mana 90 persen sampah laut itu di antaranya adalah sampah plastik.
"Bahkan, aktivis lingkungan mengatakan, fakta bahwa setiap tahun jutaan biota laut mati, seperti penyu, ikan, burung dan lain sebagainya karena terjerat atau menelan plastik. Kondisi seperti ini jangan kita biarkan," ucap Cucun.

Menurut Cucun, Garda Bangsa ingin kembali mengajak seluruh insan di Indonesia untuk diet penggunaan kantong plastik, dan beralih menggunakan kantong dari kain yang bisa digunakan berulang-ulang kali.

"Apalagi kita berada di ranking ke dua pengguna kantong plastik di dunia," ucap dia. 

Menurut Ketua Umum (Ketum) Dewan Koordinasi Nasional (DKN) Garda Bangsa, H Cucun A Syamsurijal, kampanye dilakukan karena pihaknya miris melihat ranking Indonesia dalam penggunaan kantong plastik. Padahal, semua orang di negeri ini sudah paham kalau plastik sulit didaur ulang.

"Yang artinya berbahaya untuk kehidupan generasi Indonesia di masa mendatang," ucap Cucun, Jakarta, Minggu (13/3/2016).

Puncak peringatan hari lahir (harlah) Garda Bangsa ke-17 di Gelora Bung Karno (GBK) mengampanyekan 'diet' kantong kresek atau kantong plastik. 'Diet' yang dikampanyekan ini dengan membagikan tas-tas kain kepada para peserta yang hadir pada puncak harlah itu.

Dalam kampanye 'diet' itu Garda Bangsa mengerahkan Garda Cantik untuk membagi-bagikan tas kain berwarna hijau itu.




Selasa, 19 Desember 2017

Limbah Kulit Udang dan Biji Alpukat Bisa Dijadikan Bioplastik

Limbah biji alpukat dan kulit udang berhasil diinovasi menjadi bioplastik | tas spunbond jakarta


tas spunbond jakarta


Sedangkan pada limbah kulit udang mengandung kitin yang bisa ditransformasi menjadi chitosan sebagai penguat karakter polimer plastik. Untuk menambah karakteristik plastik,
maka ditambahkan zat pemlastis atau plastisizer sorbitol.

"Dengan hadirnya bioplastik 'Mbah Kilat' ini kami berharap dapat menjadi alternatif plastik pengganti plastik komersial yang aman digunakan, mudah terurai, dan dapat digunakan sebagai solusi mengoptimalisasi pemanfataan limbah," tandas Nurlailiatul. 

Ditambahkan oleh Nurlailiatul, penelitian ini menekankan pada penggunaan limbah yang pemanfaatannya kurang maksimal. Antara lain limbah biji alpukat dan limbah kulit udang untuk dibuat sebagai bioplastik ramah lingkungan dan aman untuk digunakan.

"Jadi, bioplastik 'Mbah Kilat' ini dibuat dari bahan dasar chitosan kulit udang dan pati (tepung) limbah biji alpukat. Pada biji alpukat itu terdapat banyak kandungan pati yang bisa dijadikan komponen plastik, sehingga plastik mudah didegradasi oleh mikroorganisme," lanjut Nurlailiatul.

Dewasa ini telah ditemukan beberapa macam plastik biodegradable antara lain, polihidroksi alkanoat (PHA), poli e-kaprolakton (PCL), poli butilen suksinat (PBS) dan poli asam laktat (PLA). Namun kebanyakan bahan baku plastik biodegradable itu masih
menggunakan sumber daya alam yang tidak diperbaharui (non-renewable resources) dan tidak hemat energi.

Hasil penelitian yang menarik ini kemudian dituangkan dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian Eksakta (PKM-PE). Setelah melalui seleksi Dikti, proposal 'Bioplastik
Mbah Kilat (Limbah Kulit Udang Dan Biji Alpukat)' ini lolos untuk mendapatkan dana penelitian dalam program PKM Kemenristekdikti tahun 2016-2017.

"Inilah ancaman terhadap lingkungan hidup, sebab plastik merupakan material yang sulit dihancurkan oleh organisme. Untuk bisa lebur dan terurai dalam tanah, sampah plastik butuh waktu antara 200 sampai 1.000 tahun," kata Nurlailiatul dalam siaran pers yang diterima detikcom melalui Humas Unair, Rabu (26/7/2017)..

Hingga Environment Protection Body, sebuah lembaga lingkungan hidup di Amerika Serikat mencatat bahwa setiap tahun sekitar 500 miliar sampai 1 triliun tas plastik digunakan di seluruh dunia.

Lima mahasiswa jurusan kimia Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Unair itu adalah Nurlailiatul Machmudah, Fitria Pebriani, Adi Rachmadji, Tri Susanti, dan Dimas Noor Asyari. Nurlailiatul sebagai ketua tim peneliti menjelaskan bahwa dipilihnya 
inovasi ini karena melihat penggunaan perkakas yang terbuat dari plastik, terutama tas, sudah semakin menggila.

Limbah biji alpukat dan kulit udang berhasil diinovasi menjadi bioplastik. Adalah lima mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) yang melakukannya. Bioplastik merupakan pengganti plastik yang ramah terhadap lingkungan.

 
Minimalisir Sampah Plastik, Kreasikan Jadi Bantal | tas spunbond jakarta



Salah satu yang membuat bantal sampah plastik ini adalah PAUD Permata Bunda Gending. Terlihat beberap anak kecil bermain perosotan dengan aman karena memiliki alas bantal sampah plastik ini di bawahnya. Kepala PAUD Permata Bunda Gending Iin hidayati menuturkan, bantal ini memberikenyaman tersendiri bagi anak-anka saat bermain. “Selain itu bisa membantu menyelesaikan misi untuk meminimalisir sampah, ibu-ibu yang jaga anak juga lebih produktif,” imbuh dia. 

Selanjutnya, sarung bantal bisa digunakan dari kain perca agar lebih cantik. Tak hanya mengurangi sampah plastik yang tidak bisa di daur ulang, namun banyak yang memilih karena hargany ajauh lebih murah dari bantal pada umumnya. “Kalau bantal ini masih dari Gresik saja konsumennya, dan juga sering ikut dalam pameran luar kota,” papar dia.

Limbah plastik ini sebelumnya dicucui bersih dan dimasukkan dalam plastik yang sudah dijahit. Potongan kecil dan motif yang tidak beraturan dalam bungkus bantal bening, membuat bantal ini semakin menarik.

Dari kreatifitasnya ini, satu bantal berukuran 30 x 50 centimeterpun bisa menghabiskan sampah plastik sebanyak 2 kilogram. Sebab, bila hanya digunakan untuk daur ulang tas atau kerajinan lainya dibutuhkan yang sesuai dengan pola saja. “Lah sisa-sisanya itu bisa dipotong-potong kecil, kalau potongnya kecil maka bantal semakin empuk karena teksturnya lebih halus,” lanjut dia.

“Biasanya ibu-ibu buatnya kalau menunggu anak-anak di sekolah, sambil mengumpulkan sampahplastik dari bank sampah atau warung, kemudian dipotong sangat kecil sambil menunggu anak sekolah,” terang dia.

Bila dilihat sekilas, bantal rumah dan bantal kursi yang berada di rumah Indah ini layaknya bantal pada umumnya. Rasanyapun tetap empuk, meski tak seperti dakron. Namun, bila dibuka dari sarung bantal yang menutupi, maka terlihat jelas potongan kecil kemasan plastik yang berada di bantal tersebut.

“Untuk pembungkusnya pun kita manfaatkan plastik bekas dari tempat tidur,” jelas anggota PKK Gending Indah Wahyuni.

Siapa sangka limbah plastik dari berbagai kemasan ternyata bisa disulap menjadi bahan berguna. Selain barang daur ulang, plastik yang tidak terpakai bisa menjadi pengganti busa atau dakron pada bantal. Hal ini dibuktikan bu-ibu di PKK Kelurahan Gending. Mereka bisa memproduksi bantal dengan isi yang diganti potongan kecil dari kemasan plastik.

> Denda Rp 500 Juta atau Penjara untuk Pengguna Plastik di Kenya | tas spunbond jakarta

Menteri Lingkungan Kenya, Judy Wakhungu, berkata bahwa kantong plastik membutuhkan waktu antara 20 hingga 1.000 tahun untuk melakukan terdegradasi.

"Kantong plastik sekarang merupakan tantangan terbesar bagi pengelolaan limbah padat di Kenya. Ini menjadi mimpi buruk lingkungan kita yang harus kita hindarkan dengan segala cara," kata Wakhungu seperti dikutip dari BBC 29 Agustus 2017.

Untungnya, pengadilan berkata lain. Keberatan yang diajukan ditolak, termasuk keberatan yang diajukan oleh dua importir kantong plastik. Pengadilan Tinggi memutuskan bahwa lingkungan lebih penting dan menghentikan kasusnya.

Kebijakan itu tak diterima dengan mulus. Penolakan datang dari produsen kantong plastik. Mereka menyebutkan, kebijakan itu akan membuat 80.000 orang kehilangan pekerjaannya.

Sebelum Kenya, negara lain, seperti Rwanda, Mauritania, dan Eritrea, telah lebih dulu memberlakukan larangan tersebut.

Menanggapi hal ini, pemerintah Kenya pun mengambil langkah tegas. Siapapun yang menjual, membuat, atau membawa kantong plastik bisa dikenakan denda hingga 38.000 dolar AS (sekitar Rp 507 juta) atau hukuman penjara hingga empat tahun. Pengecualian bagi bebijakan itu diberikan kepada pabrik yang menggunakan polietilena untuk membungkus produk.

Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan, sekitar 20 kantong plastik polietilena berhasil ditarik keluar dari setiap ekor sapi dari tempat pemotongan di Nairobi. Selain itu, warga Kenya diperkirakan menggunakan 24 juta kantong plastik per bulan.

Pemerintah Kenya membawa kabar baik bagi pelestarian lingkungan. Mereka telah sepakat memberlakukan larangan penggunaan kantong plastik. Larangan ini didasari oleh banyaknya tumpukan sampah kantong plastik di Kenya. Tak hanya Kenya, negara Afrika lainnya juga mengalami hal serupa.


Denda Rp 500 Juta atau Penjara untuk Pengguna Plastik di Kenya | tas spunbond jakarta


Menteri Lingkungan Kenya, Judy Wakhungu, berkata bahwa kantong plastik membutuhkan waktu antara 20 hingga 1.000 tahun untuk melakukan terdegradasi.

"Kantong plastik sekarang merupakan tantangan terbesar bagi pengelolaan limbah padat di Kenya. Ini menjadi mimpi buruk lingkungan kita yang harus kita hindarkan dengan segala cara," kata Wakhungu seperti dikutip dari BBC 29 Agustus 2017.

Untungnya, pengadilan berkata lain. Keberatan yang diajukan ditolak, termasuk keberatan yang diajukan oleh dua importir kantong plastik. Pengadilan Tinggi memutuskan bahwa lingkungan lebih penting dan menghentikan kasusnya.

Kebijakan itu tak diterima dengan mulus. Penolakan datang dari produsen kantong plastik. Mereka menyebutkan, kebijakan itu akan membuat 80.000 orang kehilangan pekerjaannya.

Sebelum Kenya, negara lain, seperti Rwanda, Mauritania, dan Eritrea, telah lebih dulu memberlakukan larangan tersebut.

Menanggapi hal ini, pemerintah Kenya pun mengambil langkah tegas. Siapapun yang menjual, membuat, atau membawa kantong plastik bisa dikenakan denda hingga 38.000 dolar AS (sekitar Rp 507 juta) atau hukuman penjara hingga empat tahun. Pengecualian bagi bebijakan itu diberikan kepada pabrik yang menggunakan polietilena untuk membungkus produk.

Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan, sekitar 20 kantong plastik polietilena berhasil ditarik keluar dari setiap ekor sapi dari tempat pemotongan di Nairobi. Selain itu, warga Kenya diperkirakan menggunakan 24 juta kantong plastik per bulan.

Pemerintah Kenya membawa kabar baik bagi pelestarian lingkungan. Mereka telah sepakat memberlakukan larangan penggunaan kantong plastik. Larangan ini didasari oleh banyaknya tumpukan sampah kantong plastik di Kenya. Tak hanya Kenya, negara Afrika lainnya juga mengalami hal serupa.





Tularkan Semangat Kelola Lingkungan

Sistem pengelolaan sampah terbuka | tas spunbond grosir jakarta


tas spunbond grosir jakarta



Lebih jauh Sri mengungkapkan, bahwa pelatihan pengelolaan bank sampah dan mengolah sampah menjadi kerajinan yang diberikan oleh Pertamina tak hanya menyokong perekonomian warga, tapi juga membangkitkan dan menigkatkan kesadaran msayaakat dalam mengelola lingkungan yang lebih bersih.

Meski pesanan belum rutin, tapi bagi mereka mengolah sampah menjadi barang ekonomis, telah memberikan tantangan dan kepuasan tersendiri. “Bandingkan saja hasilnya, kalau saya jual sampah kertas koran ke bank sampah hanya bisa dapat Rp 900 per kilogram, kalau saya olah menjadi vas atau guci pajangan, harganya bisa lebih mahal lagi,”kata Sri.

Dari kegiatan ini, para ibu rumah tangga bisa mendapatkan penghasilan sekitar Rp 300 ribu per bulan melalui kelompok Bank Sampah “Kurnia”. Menurut Sekretaris Bank Sampah "Kurnia" Sri Purwaningsih, hasil tersebut bisa didapat karena karya kelompok mereka seringkali mendapatkan pesanan kerajinan tangan baik itu dalam bentuk vas bunga, tas laundry, pigura, taplak dan lain-lain. “Siapa sangka sampah bisa jadi pajangan seperti ini,”ujar Sri sembari menunjukkan vas hasil karyanya.

Dari kegiatan ini, para ibu rumah tangga bisa mendapatkan penghasilan sekitar Rp 300 ribu per bulan melalui kelompok Bank Sampah “Kurnia”. Menurut Sekretaris Bank Sampah "Kurnia" Sri Purwaningsih, hasil tersebut bisa didapat karena karya kelompok mereka seringkali mendapatkan pesanan kerajinan tangan baik itu dalam bentuk vas bunga, tas laundry, pigura, taplak dan lain-lain. “Siapa sangka sampah bisa jadi pajangan seperti ini,”ujar Sri sembari menunjukkan vas hasil karyanya.

Manfaat lain program bank sampah ini, warga juga diberikan pelatihan untuk memanfaatkan barang bekas yang masih bisa dimanfaatkan untuk mendapatkan penghasilan tambahan. “Dengan mengubah sampah menjadi material yang ekonomis warga yang tergabung dalam anggota bank sampah dapat memiliki pendapatan tambahan, untuk meningkatkan taraf hidup”, tutur Budi.

Operation Head Terminal BBM Lomanis Budi Prasojo menjelaskan, tujuan kegiatan bank sampah “Wuwuh Berkah” ini semata-mata adalah untuk  meningkatkan budaya pelestarian lingkungan melalui upaya reduksi sampah anorganik dan meningkatkan kepedulian masyarakat akan pentingnya hidup bersih dengan pengelolaan sampah yang baik. 

Program Bank Sampah tersebut diberi nama ‘Wuwuh Berkah’ yang memiliki arti berkah dari sampah, Program ini perlahan berhasil menarik minat warga untuk turut serta di dalamnya. Semangat warga untuk mengelola sampah rumah tangga pun semakin menggeliat, seiring adanya tambahan penghasilan dari pengelolaan bank sampah.

Permasalahan yang muncul tersebut membuat Pertamina berinisiatif  menularkan pengelolaan lingkungan kepada masyarakat sekitar terminal Lomanis dengan cara merancang sistem pengelolaan sampah terintegritas dan memenuhi syarat kesehatan. Inisiatif tersebut dilakukan dalam bentuk fasilitas pelatihan dan pendampingan untuk program Bank Sampah.

Permasalahan yang muncul tersebut membuat Pertamina berinisiatif  menularkan pengelolaan lingkungan kepada masyarakat sekitar terminal Lomanis dengan cara merancang sistem pengelolaan sampah terintegritas dan memenuhi syarat kesehatan. Inisiatif tersebut dilakukan dalam bentuk fasilitas pelatihan dan pendampingan untuk program Bank Sampah.

Tak hanya di kota besar, sistem pengelolaan sampah terbuka juga dapat dengan mudah kita temukan di kota-kota kecil. Contoh paling mudah bisa kita lihat di ekosistem pasar, dimana pengelolaan sampah pasar masih dibiarkan menggunakan sistem pembuangan terbuka. Alhasil cara demikian mengakibatkan sampah oraganik dan non organik tercampur hingga ke Tempat Pembuangan Akhir.

Selama ini masalah pengelolaan sampah rumah tangga sering dianggap hal sepele, padahal volume sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) kian hari terus menggunung karena memakai sistem pembuangan terbuka. Kondisi ini tak berbanding lurus dengan pengelolaan sampah yang masih minim, hal ini tentu saja akan berdampak negatif terhadap pengelolaan  lingkungan.


Sampah Jadi Berkah, Belajar Dari Bank Sampah dan HL Ecomart | tas spunbond grosir jakarta




Biodigester juga tersedia di lokasi HL Ecomart. Biodigester adalah alat pengolah sampah organik melalui proses anaerob dengan output gas, listrik, pupuk cair dan kompos. Dengan demikian, selain mampu mengurangi sampah organik dan sampah rumah tangga, alat ini berfungsi juga sebagai alat penghasil energi.

Di lokasi HL Ecomart itu memang terbagi dalam beberapa sisi yang menarik. Ada gudang pemilahan sampah, saung kreativitas, tempat koordinasi, minimarket, dan beberapa sudut hidroponik dengan berbagai jenis sayuran. Memasuki gudangnya, di sana terdapat alat press sampah untuk mengemas dengan sempurna. Alat ini ada yang manual dan ada juga yang sudah memakai mesin.

Bank sampah adalah suatu tempat yang digunakan untuk mengumpulkan sampah yang sudah dipilah-pilah. Hasil dari pengumpulan sampah yang sudah dipilah akan disetorkan ke tempat pembuatan kerajinan dari sampah atau ke tempat pengepul sampah. HL Ecomart menjadi gerakan kreatif dalam mengubah persepsi masyarakat dari sampah sebagai masalah kemudian berubah sampah menjadi berkah.


Mengubah Sampah Menjadi Berkah | tas spunbond grosir jakarta


Tak kurang dari 50 kilogram sampah tiap dua pekan berhasil diolah. Setelah dibersihkan, sampah-sampah plastik tersebut dibentuk menjadi aneka produk berharga, seperti bantal, tas plastik, dompet, dan berbagai macam produk lainnya. Produk tas dijual dari mulai Rp 15 ribu hingga Rp 30 ribu. Sementara dompet dihargai Rp 5 ribu. 

Kegiatan tersebut bermula dari keprihatinan Maria tentang ratusan ton sampah plastik yang tiap hari menumpuk tanpa dapat diurai. Ia kemudian mengajak ibu-ibu di lingkungannya untuk mengumpulkan berbagai macam produk sampah plastik. Seperti bungkus minyak goreng, pewangi pakaian, sampo, dan kemasan sachet minuman.

Tak selamanya sampah harus dibuang begitu saja. Dengan sentuhan kreatif, sampah plastik dapat dijadikan aneka produk bernilai ekonomis. Seperti yang dihasilkan Maria Septriana, ibu rumah tangga dari Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, baru-baru ini.








Senin, 18 Desember 2017

Mendulang Rupiah dari Koran Bekas

Kertas-kertas bekas sering dinilai sebagai sampah | tas spunbond grosir


tas spunbond grosir

“Sebenarnya, banyak karya-karya perajin di Jogja yang tidak kalah bagus dan apik. Tetapi, mereka tidak melek teknologi. Padahal, produk eco friendly saat ini banyak dicari,” kata Novi.

Menurutnya, banyak kelemahan dimiliki para pengrajin di Jogja. Selain dari sisi teknologi informasi, para perajin juga kurang mempersiapkan perkembangan global.

“Ya, selain masalah global warming, pemanfaatan barang bekas juga tidak membutuhkan modal banyak. Ya, memang harus kreatif dengan ide-ide tertentu,” katanya.

Menurut peraih Young Entrepreneur Start-up (YES) Award yang diselenggarakan Indonesia Business Links (IBL) 2009 itu, pemanfaatan barang bekas penting untuk menyelamatkan dunia.

“Kalau sepi order, yang kerja 3-5 orang. Itu mereka petani dan ibu rumah tangga. Kalau order banyak, ya tambah tenaga dari. Saya ingin membuka lapangan kerja bagi banyak orang,” katanya.

Finalis Kelompok Wirausaha Muda Bank Mandiri itu pun kini terus mengembangkan usahanya. Lewat kecerdikannya, Novi mempekerjakan perajin dari Seyegan, Sleman dan puluhan warga di wilayah itu untuk membuat lintingan kertas koran dan majalah bekas. Rata-rata setiap hari, dibutuhkan 40 kg koran bekas.

“Ide awalnya sebenarnya dari Yunas. Saat kami terima reorder dari Hawaii, kami sempat kewalahan karena kami buat ini secara manual. Susahnya lagi, biasanya kerajinan ini hanya bisa tembus Eropa saat musim panas,” cerita adik Gupta Rahariyanto itu.

Pemasaran menjadi persoalan yang ia hadapi. Berkat kegigihannya, karya-karya Novi kini sudah diterima di sejumlah wilayah di Indonesia mulai Jogja, Solo, Jakarta, Medan, Kalimantan hingga Papua. Bahkan, karyanya juga tembus ke tanah Inggris dan Hawaii, Amerika.

Sejatinya, Novi -sapaan akrabnya- menggeluti dunia kerajinan itu sejak berstatus sebagai mahasiswi. Saat itu, dia tergabung dalam Kelompok Wira Usaha bersama teman-teman sekampusnya, Yunas Habibi (warga Ngawi), Dande Nuradi (Solo), Widya Kasrena (Blora) dan Brico Alwiyanto (Jakarta) itu. Hingga lulus akhir 2011 lalu, dia masih memanfaatkan koran-koran bekas untuk mengembangkan usahanya.

Berkat kreativitasnya itu Novi bisa meraup omzet setiap bulan antara Rp7 juta hingga Rp10 juta. “Awalnya anggap kreasi ini suatu hal yang goblok. Masak ada orang yang mau beli kerajinan dari kertas koran? Setelah dicoba, ternyata benar banyak yang tertarik,” cerita anak bungsu dari Syukri Hasanudin dan Suratmi Wiyono itu saat dikunjungi Harian Jogja, Kamis (9/5) lalu.

Tak hanya miniatur Tugu, miniatur Monas Jakarta, Harley Davidson, Truk, Jeep, beragam tas wanita, hingga sandal ia bikin berbahan baku dari koran bekas. Harga yang dibanderol untu satu miniatur beragam, mulai Rp1.500 hingga ratusan ribu rupiah tergantung tingkat kerumitan miniatur.

Dengan terampil, kedua tangan Novianti menyusun satu per satu lintingan bekas koran dan majalah di hadapannya. Lintingan itu kemudian ditempelkan pada sebuah kertas lainnya yang sudah dibentuk menyerupai sebuah Tugu Pal Putih Jogja. Beberapa menit kemudian, miniatur tugu yang menjadi khas Jogja itu pun siap dipasarkan.

Bagi sebagain orang, kertas-kertas bekas sering dinilai sebagai sampah. Pandangan itu tidak berlaku bagi Briane Novianti. Alumnus Filsafat UGM itu, menyulap sampah-sampah menjadi kerajinan yang bernilai seni tinggi. Rupiah pun mengalir ke kantong gadis warga Ledok Tukangan DNII/257 Jogja itu.

Menyulap Sampah Menjadi Berkah | tas spunbond grosir



Kehadiran Bank Sampah ini dirasakan manfaatnya secara langsung oleh warga lingkungan sekitar. Mereka mengaku lingkungan menjadi lebih bersih dan terbiasa untuk membuat sekaligus memanfaatkan kompos. Selain itu, warga pun mendapatkan keuntungan secara ekonomis.

Walapun tak bermodal besar, asalkan didukung oleh warga yang peduli lingkungan, Bank Sampah mandiri pun tak kalah bermanfaat bagi warga dan lingkungan.

Untuk pembuatan kerajinan dari barang bekas, pengelola Bank Sampah Wargi Manglayang memberikan pelatihan kepada beberapa orang binaan. 

Para binaan inilah yang membuat kreasi-kreasi dengan memanfaatkan berbagai barang-barang bekas, seperti bekas bungkus kemasan, sedotan air mineral, plastik kresek dan lain-lain. Barang kerajinan yang dihasilkan pun beragam mulai dari tas kecil, dompet, taplak, hantaran pernikahan dan lain-lain.

Bank Sampah Wargi Manglayang pun kerap mengikuti pameran-pameran yang berkenaan lingkungan hidup. Berkat konsistensi dan prestasi yang sudah diraih, Bank Sampah Wargi Manglayang sering mendapat undangan untuk berbagi pengalaman di berbagai tempat.

Hingga kini sudah tercatat 150 orang yang menjadi nasabah Bank Sampah Wargi Manglayang. Mereka bisa menyetorkan sampah-sampah kering atau anorganik ke bank sampah. Untuk mengatasi sampah organik, pengurus Bank Sampah Wargi Manglayang memberikan pelatihan kepada warga sekitar untuk membuat kompos. Para pengurus Bank Sampah Wargi Manglayang tidak berhenti hanya memberikan pelatihan, namun terus memberikan motivasi kepada warga untuk tetap konsisten membuat kompos. Selain itu, mereka sering melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah untuk memanfaatkan sampah yang bisa didaur ulang dan dibuat kerajinan.

Para Ibu-Ibu PKK di RW 06 ini memiliki komitmen yang tinggi terhadap lingkungan. Terbukti dengan terciptanya lingkungan di sekitar RW 06 yang tampak asri dan bersih. Tempat-tempat sampah pun dengan mudah ditemui di sekitar lingkungan ini. Begitu juga dengan banyaknya tanaman hijau yang membuat lingkungan menjadi sejuk dan segar.

Sudah banyak tamu yang datang berkunjung untuk melakukan studi banding terhadap Bank Sampah Wargi Manglayang. Tak kurang dari perwakilan sekolah, kampus hingga pejabat pemerintah daerah kota Bandung pernah berkunjung.

Bank Sampah Wargi Manglayang melayani pembelian sampah setiap hari Senin dan Kamis dari pukul 10.00 wib – 14.00 wib. Sampah yang terkumpul disimpan terlebih dahulu untuk kemudian dijual maksimal sebulan sekali. Ibu Mimin selaku ketua pengelola Bank Sampah Wargi Manglayang mengaku bank sampah ini tidak berorientasi pada keuntungan. Para pengelola bahkan tidak mendapat bayaran, karena ini merupakan pekerjaan sosial. Para Ibu-Ibu PKK yang aktif mengelola bank sampah kini berjumlah sekitar 8 orang.

Bank Sampah di Kota Malang memang merupakan salah satu bank sampah yang patut dijadikan contoh di Indonesia. Selain itu masih ada Bank Sampah Gemah Ripah di Yogyakarta dan Bank Sampah Bina Mandiri Surabaya.

Bank Sampah Malang adalah koperasi yang merupakan kerjasama antara Pemerintah Kota Malang dan CSR PLN. Sebagai sebuah bank yang didukung oleh pemerintah daerah, Bank Sampah Malang memiliki program-program yang menguntungkan masyakat. Selain membuka tabungan sampah, nasabah pun akan mendapat pelatihan. Program pelatihan yang didukung oleh Ibu Ketua Tim PKK, yakni Ibu Hj.Dra.Heri Puji Utami, M.AP ini berupa pelatihan pengelolaan sampah baik organik maupun anorganik.

Sungguh berbeda dengan tempatku biasa menyetor sampah, desah perempuan paruh baya itu dalam hati. Memang, tempat ia biasa menabung sampah, hanyalah sebuah garasi seorang warga yang diubah menjadi sebuah bank sampah sederhana. Tempat ia menabung sampah memang merupakan bank sampah mandiri, diupayakan oleh komunitas warga yang peduli terhadap lingkungan.

Seorang perempuan paruh baya memandangi sebuah foto dengan sedikit terperangah. Sebenarnya gambar tersebut tidaklah terlalu istimewa, hanya sebuah kantor bank sampah di kota Malang. Yang berbeda, kantor bank sampah tersebut tertata apik penuh warna-warni. Tentunya dibutuhkan dana tak sedikit untuk membuat bank sampah serupa itu.

Uang Datang Dari Olahan Hasil Limbah Alam | tas spunbond grosir



Selain unik dan menarik, kreasi dari daun-daun dan bunga kering ini juga tahan lama daripada bunga asli.Harga jual setiap batang bunga berkisar Rp 1.500?Rp 30.000, tergantung dari bahan yang digunakan. Sementara harga jual rangkaian bunga mulai dari Rp 100.000?Rp 350.000 per unit, tergantung kerumitan dan banyaknya bunga dalam satu rangkaian.

Hingga kini pemesanan datang dari wilayah Yogyakarta hingga luar Pulau Jawa. Dalam sebulan dia mengaku dapat menjual 2.500 tangkai hingga 2.800 tangkai bunga, sehingga, omzetnya mencapai Rp 5 juta per bulan.

Dia tidak perlu pusing mendapatkan bahan baku tersebut lantaran bahan-bahan tersebut sangat mudah ditemukan di berbagai tempat dan biasanya sudah tidak terpakai. Selain mudah mendapatkan pasokan, harga setiap bahan bakunya pun murah.

Untuk proses pembuatan cukup mudah. Semua bahan baku dicuci dan dibersihkan kemudian di gambar pola di atasnya sesuai dengan keinginan. Setelah itu dipotong mengikuti pola yang telah dibuat dan diberi pewarna. “Untuk warna terang, bahan baku harus diwarnai putih dulu, kecuali mau warna yang gelap”, jelasnya.

Jenis bunga yang ditawarkan oleh Cendani Dried Flowers cukup banyak. Kayu halus hasil serutan pensil dia bentuk dan diberi warna yang menarik dan dibentuk sedemikian rupa sehingga menjadi produk yang bernilai lebih. Selain itu rumput hamada dia buat menjadi bentuk bunga yang unik. Sementara itu kulit jagung dibuat menjadi bunga mawar dengan berbagai ukuran, bunga anggrek dengan berbagai macam warna, serta bunga ketapang yang terlihat lucu dan unik.

Usaha ini berdiri pada tahun 2004 lalu di Yogyakarta karena kecintaannya terhadap bunga. Dia mengaku awal memulai membuat kerajinan bunga ini dari hasil belajar otodidak dari buku yang ia beli dari toko buku. Dari situ, dia memutuskan untuk membuat karya bunga kering hasil kreativitasnya sendiri. Berbagai bahan limbah tersebut dia sulap menjadi karya seni yang cukup diminati oleh masyarakat.

Pemilihan bahan baku dari daun-daun kering dan bahan baku daur ulang menurutnya dapat berkontribusi terhadap kelestarian lingkungan.

Berbagai limbah lingkungan yang sering kali menjadi sampah dan terbengkalai bisa menjadi pundi-pundi uang. Lewat ide kreatif dan tangan terampi, sampah-sampah tidak berguna tersebut bisa menjadi produk yang bernilai jual. Inilah yang dilakukan Eni Saputra.

Lewat usaha Cendani Dried Flower, dia membuat kerajinan hiasan bunga dari bahan-bahan limbah, seperti pelepah pusang, daun lontar, kulit jagung hingga kayu hasil serutan pensil. Dia juga menggunakan rumput hamada yang biasa dijadikan bahan baku pembuatan sapu.

Eni Saputra memanfaatkan bahan limbah dari alam seperti hasil serutan pensil, pelepah pisang, daun hamada, dan daun lontar menjadi kerajinan rangkaian bunga yang cantik dan bernilai jual.

Lewat usaha Cendani Dried Flower, produknya banyak dipesan konsumen di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.








Best Western Kampanye Bebas Kantong Plastik di Earth Hour

Bahaya sampah kantong plastik | tas spunbond di jakarta


tas spunbond di jakarta



"Hal ini dilakukan guna mengirimkan suatu pesan global yang kuat tentang kesadaran lingkungan dan mengawasi kehidupan planet bumi," kata dia. 

Pada malam harinya, pihaknya memadamkan pencahayaan bagian luar atau eksterior dan meredupkan pencahayaan bagian dalam atau interior pada pukul 20.30 hingga 21.30 WIB. 

"Sosialisasi yang diikuti lebih dari 30 warga ini akan menyuarakan tentang bahaya sampah kantong plastik dan penanaman tanggung jawab moral untuk membuang sampah pada tempatnya dengan memisahkan jenis sampah kering dan sampah basah," ujar Sekar kepada Republika.co.id, Selasa. 

Aloysia Sekar, Marketing Communication Best Western Plus Kemayoran mengatakan pihaknya juga turut mendukung kegiatan tersebut. Dimulai dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar akan pentingnya penggunaan tas yang ramah lingkungan (recycle bag). 

Kampanye secara global ini mengajak seluruh orang di dunia melakukan tindakan atas perubahan iklim melalui hal yang sederhana, yakni pemadaman lampu yang tidak dibutuhkan selama satu jam. 

Ajang Earth Hour atau yang juga biasa disebut Hari Bumi pada 19 Maret kemarin disambut berbagai pihak. 


Mengubah Sampah Menjadi Berkah | tas spunbond di jakarta




Kepada pemerintah khususnya pemerintah desa,  saya harap untuk terus mendukung dan membantu apabila warganya berminat untuk membuat biogas seperti ini. Karena terus terang untuk pengadaan peralatan cukup memakan biaya," Harapnya kepada pemerintah.

"Silakan buat siapa saja yang mau belajar tentang biogas ini saya siap untuk membantu, membagi pengalaman saya.

Kini, berkat ketekananya membuat biogas itu, pria berusia 46 tahun yang pernah mengenyam pendidikan pertanian di Australia tersebut sering diundang kebeberbagi daerah untuk memberikan pelatihan biogas kepada masyarakat.

Dalam waktu sehari, gas yang dihasilkan dari kotoran kambing tersebut, kata Warseno bisa digunakan selama empat jam untuk memasak. Dua jam dipagi hari, dan dua jam lagi disore hari, hal itu menurutnya sangat membantu untuk menghemat biaya rumah tanganya.

Warseno menjelaskan, "Gas yang dihasilkan oleh kotoran kambing dialirkan melalui paralon, lalu ditampung di wadah besar sebelum masuk ke dapur. Kemudian cairan dan kotoran dialirkan ke penampungan yang bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik, dan ini sangat bermanfaat untuk tanaman,".

Selain mengubahnya menjadi biogas, dengan alatnya yang sederhana itu Warseno juga berhasil mengubah kotoran kambing menjadi pupuk organik yang dihasilkan dari proses pembuatan biogas tersebut.

Sudah setahun lebih Warseno dan keluarganya mengunakan biogas dari kotoran kambing untuk memasak. Warseno mengaku "Sejak Bulan Mei 2016 lalu saya mencoba membuat biogas, sampai saat ini sudah setahun lebih saya dan keluarganya mengunakan biogas untuk memasak,"katanya.

Bagi sebagian orang, kotoran kambing atau "Bribil" mungkin hanya bisa dimanfaatkan sebagai pupuk alami untuk berbagai macam tanaman. Namun hal itu berbeda bagi Warseno (46) warga RT 01 RW 11 Desa Chionje Kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.

Kotoran kambing yang semula hanya bisa dimanfaatkan sebagi pupuk alami saja, kini ditanganya kotoran kambing tersebut telah ia ubah menjadi biogas yang bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masak-memasak.

Seorang Warga Banyumas, Berhasil Mengolah Kotoran Kambing Menjadi Gas


Kantong Plastik Berbayar, Peluang Usaha Tas Belanja Terbuka Lebar | tas spunbond di jakarta



Musdik Ali Suhudi Kepala BLH Kota Surabaya mengatakan kampanye kantong plastik berbayar juga akan dilakukan di sekolah-sekolah di Surabaya.

"Justru kampanye di sekolah ini akan lebih efektif. Karena, kalau anak-anak yang mengingatkan, orangtua pasti akan lebih mendengarkan daripada peringatan dari orang dewasa," ujarnya.

Karena itulah, bersama beberapa komunitas lain yang tergabung dalam gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik, kampanye kantong plastik berbayar sudah dilakukan sejak 18 Februari lalu hingga 21 Februari yang akan datang di beberapa pusat perbelanjaan di Surabaya.

"Puncaknya nanti di Car Free Day Taman Bungkul pada 21 Februari besok. Kami akan melakukan aksi rampok sampah plastik," katanya.

Mengenai sampah plastik di Surabaya, Wawan mengatakan, bila penduduk Surabaya sebanyak 3 juta jiwa berarti ada sejumlah 2,1 milyar sampah kantong plastik per hari.

"Kurang dari 10 persen yang bisa didaur ulang, sisanya masuk ke TPA, ke sungai, bermuara ke hutan mangrove atau masuk ke laut," katanya.

Menurut Wawan, inilah peluang usaha yang bisa dimanfaatkan oleh pengusaha kecil dan menengah di Surabaya.

Meski bergantung persetujuan perusahaan, produksi tas belanja layak ditawarkan ke perusahaan tersebut karena adanya kebutuhan pemenuhan tanggung jawab di atas.

"Di Indonesia ada sekitar 90 ribu gerai toko modern, berarti setiap harinya toko modern di Indonesia mengeluarkan 9,85 milyar kantong plastik, yang sebagian besar hanya dipakai sekali," katanya.

Adanya kebijakan kantong plastik berbayar akan memunculkan tanggung jawab perusahaan retail untuk menyediakan tas belanja yang ramah lingkungan.

"Produsen tas belanja akan tumbuh setelah aturan ini diterapkan. Kami sudah mulai menggandeng industri rumah tangga dan mengajak kerjasama retail yang ada," katanya kepada wartawan di Humas Pemkot Surabaya Kamis (18/2/2016).

Wawan mengungkapkan kajian Generation Indonesia, bahwa setiap harinya toko modern di Indonesia mengeluarkan 300 lembar kantong plastik per hari.

Wawan Some Ketua Komunitas Nol Sampah Surabaya mengatakan, kebijakan kantong plastik berbayar akan memunculkan industri kreatif baru termasuk di Surabaya.






Minggu, 17 Desember 2017

Wagub Djarot Usul Pabrik Kantong Plastik Ditutup

Penutupan pabrik yang memproduksi kantong plastik berbahan kimia tinggi | tas spunbond

tas spunbond



"Kalau cuma Rp200 di Jakarta itu terlalu murah. Idealnya Jakarta Rp5.000. Kalau tidak mau bayar kantong plastik, bawa sendiri tas belanja," kata dia.

Uji coba kantong plastik di Jakarta telah dilakukan sejak sebulan lalu dan akan dievaluasi sebagai tindak lanjut untuk membuat regulasi ke dalam peraturan gubernur (Pergub) atau peraturan daerah (Perda). 

"Ditargetkan 2016 sudah harus terjadi, tapi dengan catatan pabriknya tidak memproduksi lagi. Selama dia tidak berproduksi lagi dia tidak mau rugi dong, pasti dia akan paksa betul. Ini yang mau kami kurangi," ujar Djarot.

Ia juga mengimbau masyarakat untuk tidak lagi menggunakan kantong plastik berbahan kimia dan beralih menggunakan kantong plastik berbahan ramah lingkungan. Setiap transaksi perdagangan yang menggunakan kantong plastik dikenakan biaya tambahan Rp5.000 per kantong.

Sebagai langkah awal, menurutnya pemerintah akan menerapkan kebijakan kantong plastik berbayar di pasar ritel modern maupun tradisional di Jakarta.

Kebijakan tersebut merupakan tindak lanjut dari Surat Edaran Kementrian Lingkungan Hidup nomor: SE-06/PSLB3-PS/2015 tentang Antisipasi Penerapan Kebijakan Kantong Plastik Berbayar Pada Usaha Retail Modern mulai 21 Februari hingga 5 Juni 2016.

Djarot beralasan, saat ini Jakarta sudah dalam kondisi darurat menghadapi penumpukan sampah berbahan plastik. Dari 7.000 ton sampah yang ada di Jakarta, 11 persen atau 700 ton di antaranya berasal dari sampah plastik.'

"Saya bilang, kami Pemprov DKI tidak bisa bekerja sendiri. Pemerintah pusat harus turun tangan mengumpulkan pabrik-pabrik plastik dan diberi tahu untuk tidak memproduksi lagi tas plastik berbahan berbahaya. Kita harus beralih memproduksi tas yang ramah lingkungan," ujar Djarot ditemui usai menghadiri Deklarasi Indonesia Bebas Sampah 2020 di area Car Free Day, Bundaran HI, Minggu (21/2).

Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengusulkan dilakukan penutupan pabrik yang memproduksi kantong plastik berbahan kimia tinggi. Usul ini disampaikan menyusul kesulitan yang dialami pihak pengelola sampah untuk mengurai kantong plastik tersebut. 

YLKI Nilai Kebijakan Plastik Berbayar Rasional | tas spunbond



Produsen harus diwajibkan menarik dan mengumpulkan bekas kemasan plastik di pasaran yang jelas-jelas merusak lingkungan. Produsen juga wajib membuat kemasan dan bungkus plastik yang mudah diurai oleh lingkungan dan bisa digunakan ulang," katanya.

Dana dari kantong plastik itu, menurutnya, harus dikelola secara independen atau melalui badan khusus yang dipakai untuk kegiatan pengendalian pencemaran lingkungan.

"Badan khusus ini bisa terdiri dari unsur pemeritah dan masyarakat atau lembaga swadaya masyarakat. Setiap tahun harus diaudit. Jadi dana tersebut tidak boleh dikelola oleh ritel. Mereka hanya bertugas pengumpul saja," ujarnya. 

"Dengan demikian, penerapan plastik berbayar benar-benar bisa menjadi disinsentif bagi konsumen. Tetapi dengan tetap memperhatikan aspek daya beli konsumen," ujarnya.

Selain itu, dia juga menekankan pemerintah agar bersikap adil dan seimbang dengan memberikan disinsentif pada produsen dengan tujuan tidak berlebihan dalam mengkonsumsi plastik saat melakukan produksi.

"Sehingga konsumsi bungkus plastik bisa berkurang. Di negara-negara Eropa hal semacam ini hal yang biasa dan bisa menekan konsumsi plastik hingga 70 persen," tuturnya.

Kendati demikian, Tulus menilai dengan nominal Rp200 per pemakaian satu bungkus plastik belum akan memberikan efek jera bagi konsumen untuk tidak mennggunakan bungkus plastik. Karenanya dia mengharapkan kebijakan ini dievaluasi secara rutin per tiga bulan.

Dengan adanya kebijakan plastik berbayar, Tulus berharap ada perubahan perilaku konsumen saat berbelanja di ritel modern, misalnya dengan membawa wadah atau tas sendiri saat berbelanja serta tidak meminta bungkus plastik secara berlebihan.

Hal tersebut menjadi rasional, kata Tulus, demi menjaga dan mengurangi tingkat kerusakan lingkungan yang lebih parah. Pasalnya, konsumsi bungkus plastik di Indonesia tergolong tinggi, yaitu 9,8 miliar bungkus plastik per tahun atau nomor dua terbesar di dunia setelah China.

"Kebijakan itu mengamanatkan konsumen saat berbelanja di retailer modern akan dikenakan minimal Rp200 per bungkus plastik, hal itu bisa dipahami dan merupakan hal yang rasional," kata Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi dalam keterangan tertulisnya, Minggu (21/2).

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menyatakan kebijakan plastik berbayar pada sektor ritel modern per 21 Februari 2016 merupakan hal yang rasional.

Kebijakan Plastik Berbayar Resmi Diterapkan di Ritel Modern | tas spunbond



"Kantong plastik yang boleh digunakan hanya yang ramah lingkungan, yakni menimbulkan dampak lingkungan paling minimal serta memenuhi standar nasional yang ditetapkan pemerintah," katanya.

Ditegaskannya juga, ternyata hal itu tak jadi soal karena beberapa anggota Aprindo memang sudah menggunakan plastik jenis "oxo biodegradable" yang lebih mudah terurai.

Jika kebijakan ini berhasil diterapkan, peritel modern siap mengalokasikan dana yang diperoleh untuk tanggung jawab sosial perusahaan di bidang perbaikan dan pengelolaan lingkungan. 

Selama masa uji coba, Pemerintah, BPKN, YLKI, dan Aprindo sepakat bahwa pengusaha ritel modern tidak lagi menyediakan kantong plastik secara cuma-cuma untuk konsumen.

"Kami terus mengimbau konsumen untuk membawa tas belanja sendiri. Namun, bila konsumen masih tetap membutuhkan kantong plastik maka akan diminta membayar di kasir. Mekanismenya sama seperti membeli produk lainnya, kasir akan scan barcode kantong plastik dan bukti pembayarannya akan tertera pada struk belanja," tambahnya.

Ramah lingkungan Roy juga menyebut, selain nominalnya, spesifikasi kantong plastik yang digunakan ritel modern juga telah ditentukan.

Menurut Roy, dalam surat tersebut telah dijelaskan bahwa baik BPKN, YLKI, maupun Aprindo mendukung kebijakan kantong plastik berbayar yang dicanangkan pemerintah.

"Kami siap menyukseskan sosialisasi dan uji coba penerapan kantong plastik berbayar di seluruh Indonesia secara bertahap. Beberapa kota telah melakukan seremonial pencanangan kantong plastik berbayar bersama Aprindo, kami akan tetap laksanakan sesuai kesepakatan dengan pemerintah pusat," ujarnya.

Roy menjelaskan, kesepakatan tersebut diperoleh usai Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menggelar pertemuan dengan Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), dan Asosisasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Selasa (16/2).

"Hasilnya telah disosialisasikan melalui surat edaran KLHK kepada Kepala Daerah melalui surat nomor S.1230/PSLB3-PS/2016 tertanggal 17 Februari 2016, tentang Harga dan Mekanisme Penerapan Kantong Plastik Berbayar," kata Roy.

"Nilai yang disepakati yakni minimal Rp200 per kantong plastik, itu sudah termasuk PPN. Masih di bawah rata-rata biaya poduksi kantong plastik. Jadi, masih ada biaya yang ditanggung oleh kami. Nanti akan dievaluasi kembali setelah uji coba berjalan minimal tiga bulan," kata Roy N. Mandey Ketua Umum Aprindo saat dihubungi di Jakarta, Minggu.

Pemerintah dan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRI) sepakat memberlakukan penggunaan kantong plastik berbayar seharga Rp200 per lembar untuk mengurangi limbah plastik mulai 21 Februari 2016 bertepatan dengan Hari Peduli Sampah Nasional.






Jumat, 15 Desember 2017

2 Remaja Ini Sukses Berkampanye Anti Plastik di Bali

Aksi untuk mengurangi pencemaran | tas spunbond

tas spunbond


Dengan perjuangan ini, Isabel dan Melati dapat memastikan bahwa Bali akan tetap menjadi sebuah pulau yang indah untuk generasi mereka dan seterusnya.

Seiring perjuangan mereka, kedua gadis ini telah berhasil mendapatkan beberapa penghargaan untuk apa yang mereka lakukan, mulai dari lokal sampai dengan PBB.

Motivasi yang diberikan oleh Isabel dan Melati menunjukan bahwa anak-anak memiliki energi tak terbatas untuk menghasilkan suatu karya yang luar biasa, ketika mereka mau bekerja sama untuk menghasilkan suatu hal yang positif.

Walaupun usaha mereka mendapatkan hasil yang lambat pada awalnya, namun akhirnya mereka mendapatkan perhatian yang besar dari waktu ke waktu. Setelah melakukan kampanye petisi untuk satu juta tanda tangan dan 24 jam mogok makan, kedua gadis ini juga menemui gubernur Bali, I Made Mangku Pastika. Hasilnya? I Made Mangku Pastika memastikan bahwa pulau Bali akan bebas dari tas dan sampah plastik di tahun 2018.

Mereka merekrut tim dari para pemuda yang ingin bergabung secara sukarela dan kampanye mereka dimulai dengan demonstrasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya polusi.
Fokus terbesar mereka adalah pemahaman pengguna tas plastik terhadap fungsi alternatif yang dapat dilakukan dan betapa tidak pentingnya menggunakan sebuah tas plastik.

Dilansir dari mymodernmet.com, Jumat (18/3/2016), dua orang gadis remaja bernama Isabel dan Melati Wijsen memutuskan untuk melakukan sebuah aksi untuk mengurangi pencemaran di Bali. 

Selama tiga tahun mereka berdua bekerja keras untuk membebaskan Bali dari tas dan sampah plastik.
Melihat referensi dari negara-negara lain di dunia, kedua gadis ini memulai kampanye ramah lingkungan yang diberi nama Bye Bye Plastic Bags.

Bali adalah surga dari wilayah tropis, dengan budayanya yang berkembang dan alam yang spektakuler. Hal yang banyak dilewatkan oleh banyak orang adalah bahwa pulau ini menghasilkan sekitar 680 meter kubik sampah dalam waktu satu hari. 

Jika diibaratkan, hal ini sama dengan 14 bangunan yang dipenuhi oleh sampah. Kurang dari lima persen limbah dari plastik sampah yang di daur ulang dan hampir seluruhnya berakhir dengan berserakan, dibakar, atau dibuang begitu saja ke saluran pembuangan yang akhirnya larut menuju laut.

Kemasan Produk Makanan dan Minuman Diwacanakan Tidak Kena Cukai | tas spunbond



Menurut Rachmat, pengenaan cukai justru akan membawa banyak dampak negatif bagi upaya pemerintahan Presiden Jokowi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, investasi dan mengejar pemerataan ekonomi rakyat.

“Kami melihat kebijakan cukai bukanlah solusi tepat bagi masalah sampah, khususnya sampah plastik kemasan yang sering diposisikan sebagai sumber permasalahan sampah di Indonesia,” ujar perwakilan FLAIPP Rachmat Hidayat.

Flaipp menyatakan, kebijakan tersebut berpotensi merugikan masyarakat (konsumen), menurunkan daya saing industri dan pada akhirnya akan melemahkan pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja dan penerimaan negara. 

Sementara itu, Forum Lintas Asosiasi Industri Produsen Dan Pengguna Plastik (Flaipp) sepakat menolak wacana pengenaan cukai atas plastik kemasan produk. Organisasi ini menilai bahwa kebijakan ini tidak tepat sasaran. 

"Kami coba komunikasikan terus (dengan asosiasi) secara berkesinambungan. Baik untuk jangka pendeng, maupun jangka menengah dan panjang. Yang penting kami lakukan secara koordinatif," ujar Heru.

Selain melakukan kajian, pihaknya juga tengah intensif melakukan komunikasi dengan berbagai pihak termasuk asosiasi pelaku industri makanan dan minuman.

Heru menegaskan, pihaknya masih melakukan kajian terhadap penerapan cukai plastik kemasan makanan dan minuman, dan akan diputuskan setelah proses kajiannya selesai.

Tas kresek yang tidak ramah lingkungan, itu yang susah didaur ulang, dan kemudian konsumsinya berlebihan. Kalau plastik itu (kemasan makanan dan minuman) belum, baru kresek saja," ungkap Heru di Kantor Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Jakarta, Selasa (7/2/2017).

Direktur Jenderal Bea Cukai Kemenkeu Heru Pambudi menjelaskan, pada tahap awal cukai plastik akan dikenakan pada plastik kresek yang tidak ramah lingkungan. Sementara plastik untuk kemasan produk makanan dan minum belum dikenakan cukai plastik.

Ditjen Bea Cukai Kementerian Keuangan (Kemenkeu) akan mengenakan cukai terhadap kemasan plastik yang tidak ramah lingkungan dan konsumsinya berlebih.


Warga DKI Setuju 'Dipaksa' Bayar Tas Plastik Belanja untuk Kurangi Sampah | tas spunbond



"Nggak sih, soalnya plastik limbah yang lama hancurnya," tutur Rizki. 

"Mendingan dibikin berbayar biar nggak jadi sampah," timpal Rian. 

Ada pula Rizki (28) dan Rian (28) yang ditemui detikcom di convenience store 7-Eleven Mampang Prapatan juga mendukung. Mereka tahu benar limbah plastik itu lama hancurnya. 

"Saya sendiri pengusaha limbah dan nanti waktu diterapin efeknya gede. Karena kan bahan bakunya berkurang," tutur pria yang yakin kebiasaan masyarakat berbelanja akan berubah, termasuk dirinya yang akan membawa tas belanja sendiri.

Sedangkan Aldi (35) ditemui di Superindo juga mendukung kebijakan ini. Meski supermarket tempatnya berbelanja kini masih menggratiskan tas plastik, dia tahu benar pencemaran sampah plastik ini sudah gawat.

Namun, tidak serta merta Hanifah mengubah kebiasaan berbelanja. Ke depan, dia mengusahakan membawa tas sendiri untuk berbelanja. "Nanti mau membawa sendiri (tas belanja)," tuturnya. 

Sedangkan Hanifah (31) yang ditemui di Superindo di Jalan Mampang Prapatan sepenuhnya sadar bahwa kebijakan ini untuk kebaikan bersama. 

"Demi kebaikan nggak apa-apa. Soalnya kan terurainya sampai 1.000 tahun," tuturnya. 

Ke depan, Esti mengakui peraturan ini akan membuatnya mengubah kebiasaan berbelanja. Dia akan membawa kantung belanja sendiri. 

"Pastinya kan berubah. Harga-harga naik. Kebutuhan banyak. Bawa (tas belanja) sendiri lah daripada bayar," tutur Esti. 

Ditemui di supermarket yang sama, Esti (34) seorang ibu rumah tangga yang tinggal di kawasan Mampang Prapatan mengatakan setuju saja dengan kebijakan itu. 

"Nggak masalah kalau Rp200. Setuju aja," jawab dia. 

"Melihat masyarakat kita, kesadaran mereka sekarang ini tidak bisa sadar sendiri. Harus di-push. Ini salah satu cara. Masyarakat sekarang masih sulit sadar. Sekarang ini plastik berbayar bisa juga sebagai hukuman biar nggak buang sampah sembarangan. Saya mendukung sekali," tuturnya. 

Namun siang ini, Giant Ekspres di wilayah Jakarta masih menggratiskan tas plastik. 

"Dimasukkan tas saja kalau bawa. Seringnya gitu. Kalau belinya minum satu trus ditambah plastik kan nggak perlu. Plastik dipakai sekali dan besoknya buat tempat sampah, dibuang. Sayang sebenarnya kalau cuma dipakai sekali," jelas dia. 

Cara yang mulai diterapkan hari ini, menurut Chairil, memang harus dilakukan. Karena, menurutnya, karakter masyarakat Indonesia itu harus 'dipaksa' supaya menimbulkan kesadaran atas sampah plastik.

Dia sendiri sudah membiasakan diri tidak memakai tas plastik dari toko bila berbelanja. Chairil lebih senang memasukkan ke dalam tas yang dibawanya. 

"Saya setuju-setuju saja. Diterapkan nggak masalah, nggak keberatan sama sekali. Selama dijelaskan dan ini butuh kampanye masif. Biar hemat," tutur Chairil, karyawan swasta yang tinggal di Mampang Prapatan, ditemui detikcom usai berbelanja Giant Ekspres, Jalan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Minggu (21/2/2016). 

Berbelanja di supermarket maupun minimarket kini dikenakan Rp 200 untuk tas plastik. Mayoritas warga DKI setuju cara ini untuk mengurangi sampah.