Kamis, 07 Desember 2017

Go Green Kampanye Tas Kain, Prihatinkan Peredaran Plastik di Pasar

Permintaan kantong plastik dengan membawa tas kain | spunbond bags

spunbond bags


Mendengar itu, Ny Sri Purwanti meminta pedagang ingatkan konsumen untuk bawa tas sendiri. 

Sejumlah pedagang mengakui sulit jika konsumen datang tanpa bawa tas belanja, harus diberi tas plastik. “Jika tidak diberi tas plastik, saya dikira pelit dan susah membawa belanjaan,” ujar Satinem pedagang Pasar Dolopo.

“Sekali lagi, nilai negatif kantong plastik untuk lingkungan banyak. Maka, saya kembali meminta dan mengajak pakai konsumen saat belanja bawa tas kain. Ingat belanja harus.bawa tas kain,”  ujarnya lagi.

Ia mengungkapkan melalui gerakan ini, para pedagang dan konsumen bisa mengurangi pemakaian tas plastik dengan mengganti tas kain.

“Kami bukan sekadar kampanye pentingnya mengurangi pemakaian tas plastik, tapi juga memberikan tas kain. Semoga bisa dicontoh,” tandas Ny Sri Purwanti.

Menurutnya TP-PKK bersama dinas terkait serta lainnya, telah melakukan kampanye bersama sejumlah pihak peduli soal lingkungan hidup dan lainnya, menyambangi sejumlah pasar di Mejayan dan Dolopo.

“Saya harus akui memang masih susah menekan pemakaian tas plastik, meski begitu perlu terus didengungkan baik kepada pedagang dan konsumen. Berbagai penelitian ilmiah, jika plastik dibuang begitu saja di tanah, harus mencapai ratusan tahun untuk bisa diurai. Hal itu sama seperti pencemaran lingkungan,” ujar Ny Sri Purwanti, Ahad (3/12).

Sebaliknya, konsumen diminta ikut membantu dalam menekan permintaan kantong plastik dengan membawa tas kain.

 Ketua Tim Penggerak-PKK Kabupaten Madiun Ny Sri Purwanti Muhtarom merasa prihatin masih beredarnya plastik sebagai tempat barang diberikan pedagang kepada konsumen.


Pemkab Madiun dan PKK Ajak Ibu-Ibu Gunakan Tas Kain untuk Berbelanja | spunbond bags



Purwanti juga mengajak warga untuk mengolah sampah rumah tangga dengan baik. Yakni dengan memilah sampah organik dengan nonorganik serta mengaktifkan bank sampah. Sehingga dapat memudahkan proses daur ulang yang dilakukan petugas di tempat pembuangan akhir.

Dia mengajak masyarakat Kabupaten Madiun, terlebih para ibu rumah tangga anggota PKK untuk bijak beralih menggunakan tas kain saat berbelanja ke pasar. Tas kain tersebut dapat digunakan untuk berbelanja kembali di lain waktu.

“Sisi lain, kantong atau tas plastik juga mengganggu terserapnya air dalam tanah serta mengakibatkan banjir jika terbuang di sungai,” tambah Purwanti.

Selain itu, bahan plastik yang tak mudah terurai tersebut merupakan racun. Partikel plastik yang ada di tanah bisa membunuh hewan pengurai seperti cacing.

Seperti diketahui, penggunaan tas plastik berdampak pada pencemaran lingkungan. Sebab butuh ratusan tahun bahan tersebut dapat terurai dengan tanah.

Dalam kegiatan tersebut, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Madiun didampingi oleh para anggota PKK, Kadin Lingkungan Hidup, Kepala Pasar Mejayan, Kepala Pasar Dolopo, perwakilan dari Saka Kalpataru Kwarcap Kabupaten Madiun, juara Putra/Putri Lingkungan tingkat SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/SMK/MA tahun 2017, serta perwakilan guru dan siswa dari Sekolah Adiwiyata tingkat nasional, tingkat propvnsi, dan tingkat Kabupaten Madiun.

Pihaknya membagikan sekitar 600 tas kain kepada para pembeli dan penjual di Pasar Dolopo. Dia berharap ke depan para pembeli dan penjual bisa mengurangi penggunaan tas plastik atau kresek dan mengganti dengan tas kain.

“Saat ini penggunaan tas plastik sudah sangat mengkhawatirkan. Hal itu membuat sampah plastik yang dihasilkan manusia semakin melimpah dan mencemari lingkungan. Ini tentu membuat keprihatinan kita hingga melakukan sosialisasi penggunaan tas kain,” ujar Purwanti kepada wartawan saat melakukan sosialisasi tas kain di Pasar Dolopo, Jumat.

Sosialisasi dipimpin langsung oleh Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Madiun Purwanti di dua pasar besar yang ada di Kabupaten Madiun, yakni Pasar Besar Mejayan pada Kamis (23/11/2017) dan Pasar Dolopo pada Jumat (24/11/2017).

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Madiun bekerja sama dengan tim penggerak PKK setempat melakukan sosialisasi penggunaan tas kain guna mengganti pemakaian tas plastik yang berdampak pada pencemaran lingkungan.'

Kampanye tolak kantong plastik bawa 2 remaja Bali mendunia | spunbond bags



Sudah ada 25 sampai 30 anak muda dari seluruh Bali dan dunia berpartisipasi dalam inisiatif BBPB. India dan dua belas negara lainnya menunjukkan ketertarikannya untuk meluncurkan kampanye serupa di negara mereka masing-masing.

"Jangan dengarkan ketika seseorang mengatakan bahwa Anda terlalu muda atau Anda tidak akan paham," ujar Isabel ke para aktivis ambisius lainnya dalam acara TED. "Kami tidak mengatakan itu akan mudah, tapi hasilnya terbayar."

Sebuah diskusi TED di London, Inggris, menjadi salah satu yang membawa perhatian internasional pada keduanya.

"Di Bali kami memproduksi 680 meter kubik sampah plastik setiap hari. Itu sebanyak bangunan berlantai 14," ujar mereka dalam acara yang diselenggarakan awal tahun lalu.

Meski begitu, Melati dan Isabel berhasil meyakinkan 800 lebih keluarga di Desa Pererenan, di bagian selatan Bali, untuk mengganti kantong plastik dengan tas kertas atau kain. Mereka juga memberikan kepada setiap keluarga satu set tas yang dapat digunakan ulang untuk beragam aktivitas.

Sejak saat itu, Melati dan Isabel mulai mendapat perhatian dan apresiasi atas usaha mereka. Keduanya telah berbicara di beragam kesempatan untuk menjelaskan program mereka.

Untuk mengatasi polusi sampah plastik, saudara perempuan Melati dan Isabel meluncurkan sebuah proyek percontohan di desa kecil di Bali.

Kesadaran akan lingkungan dan keberlanjutannya kurang diperhatikan banyak orang Bali. Demikian pula, hanya sedikit yang tahu tentang efek plastik yang merugikan lingkungan. Warga juga memiliki masalah lain yaitu saat ekonomi Indonesia tumbuh, upah masih tergolong rendah.

Mereka lalu melakukan mogok makan pada tahun 2014, yang akhirnya membuahkan hasil sukses. Pada tahun 2015, Gubernur Made Mangku Pastika menandatangani sebuah kesepakatan untuk melarang kantong plastik dari Pulau Bali secara sepenuhnya mulai dari tahun 2018 dan seterusnya.

"Dia setuju untuk menandatanginya," kata Melati seperti dilansir dari The Sydney Morning Herald (6/9/16). "Dia bahkan berkomitmen menjadi anggota tim BBPB (Bye Bye Plastic Bag)."

Seperti dilansir dari CNN (16/8), Indonesia telah menetapkan tujuan untuk mengurangi pencemaran laut dengan plastik hingga 70 persen pada tahun 2025. Langkah ini adalah bagian dari program Clean Seas yang dimotori Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Tidak mudah bagi duo remaja ini untuk bisa melibatkan hukum dan otoritas pemerintah dalam menjalankan misi mereka. Meski telah mendapatkan 100 ribu tanda tangan atas petisi larangan penggunaan kantong plastik, nyatanya suara mereka belum juga didengar pemerintah setempat.

Indonesia merupakan penghasil limbah plastik terbesar kedua di dunia, tepat di belakang Tiongkok. Sampah plastik Indonesia menyumbang sepuluh persen dari total polusi plastik di laut. Selama musim hujan, semua sampah ini terdampar ke pantai-pantai Bali--itulah sebabnya musim hujan disebut juga "musim sampah".

Pada tahun 2013 Melati dan Isabel memulai sebuah inisiatif melawan sampah plastik. Gagasan untuk Bye Bye Plastic Bags (BBPB) datang kepada duo dari Bali tersebut saat mereka mempelajari sosok-sosok luar biasa seperti Nelson Mandela, Lady Diana, dan Mahatma Ghandi di sekolah.

Tindakan pertama mereka hadir dalam bentuk sebuah petisi melawan sampah plastik, yang berhasil ditandatangani 6.000 orang di seluruh dunia. Usaha tersebut berhasil membuat pemerintah Bali menerapkan larangan kantong plastik--yang juga mendapatkan Bambi untuk kategori "Our World".

Bambi adalah media penghargaan tertua di Jerman yang diadakan pertama kali pada 1948. Penghargaan ini dinamakan berdasarkan buku karangan Felix Salten, Bambi, A Life in the Woods

Ia dianugerahkan setiap tahun oleh Hubert Burda Media untuk memperkenalkan tokoh-tokoh inspiratif dengan visi dan kreativitas yang memengaruhi dan mengilhami publik Jerman pada bidang media, seni, budaya, olah raga, dan bidang lainnya, baik domestik maupun internasional asing di luar Jerman.

"Ini luar biasa bagaimana perjuangan lima tahun kami sangat sepadan. Bagaimana kesenangan, petualangan, pengalaman yang telah kami lalui pada umur yang muda dan di garis depan menghadapi isu terbesar, yaitu polusi plastik," ucap Melati di panggung Bambi seperti dikutip dari DW (21/11).

"Penghargaan ini untuk generasi kita, generasi yang membantu menyelamatkan Bumi."

Selamat Tinggal Kantong Plastik atau dalam bahasa inggrisnya "Bye Bye Plastic Bags" merupakan nama yang dipilih dua pelajar Indonesia dalam kampanye lingkungannya yang mendapat apresiasi di Jerman.

Kakak beradik Melati dan Isabel Wijsen, masing-masing berusia 16 dan 14 tahun, berhasil meraih penghargaan Bambi yang diberikan di Berlin pada 16 November 2017.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar