Selasa, 12 Desember 2017

Dari Kain Perca Perempuan Ini Bisa Bantu Ekonomi Warga Sekitar

Proses belajar warga dalam membuat kerajinan rajut sulam kain perca | spunbond printing

spunbond printing



Bahkan, kini di rumahnya setiap pagi menjadi semakin ramai oleh warga yang terus bertambah untuk belajar rajut dan sulam kain perca.

"Mereka bilang rumah saya kini jadi pusat belajar. Saya iya kan saja yang penting warga kini mampu menambah pendapatannya sehari-hari dari Loys Collectionini,"pungkasnya.

Konsep berbagi Yuli Masruroh sampai kini intensitasnya semakin tinggi dengan didapuknya ia sebagai Ketua Organisasi Sulam dan Bordir di Kabupaten Malang oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan.

"Alhamdulillah semakin padat dan Insyaallah semakin barakah ilmu saya, saat saya bagikan ilmu sulam dan rajut ini kepada masyarakat banyak,"kata Yuli yang kini semakin sering masuk ke pelosok kampung se-Kabupaten Malang.

"Itu satu item produk, terkadang ada penghasilan tambahan kalau mengikuti pameran, kira-kira Rp. 40 juta dalam lima hari dari penjualan bros saja,"terangnya.

Produk kerajinan sulam rajut kain perca ini di jual dengan harga dari Rp. 4000 perbuah untuk bros dan lainnya yang berbentuk kecil, sampai Rp. 1 juta untuk yang berukuran besar.

Lanjutnya, tidak ada yang akan berkurang dengan berbagi, baik ilmu dan pekerjaan. "Saya yakin dengan berbagi, rizki yang didapat akan terus mengalir. Seperti kisah hidup saya juga,"katanya.

Setiap bulan, Yuli dengan Loys Collection nya bisa menghasilkan omzet Rp. 13 juta -Rp. 50 juta dengan produksi 90-200 pasang sepatu sulam tiap bulannya.

Dengan kesadaran itulah, Loys Collection Yuli, baik berupa boneka, dompet, jilbab, baju, korsase, tas, sepatu dan lainnya, dalam proses produksinya dikerjakan oleh sekitar 28 perajin yang berasal dari tetangganya sendiri.

"Mereka warga sini juga yang dulu belajar sulam, rajut setiap harinya ke rumah. Setelah mahir mereka saya tawari untuk ikut mengerjakan pesanan ini,"kata ibu tiga anak ini yang juga mengatakan inilah bentuk berbagi yang bisa ia lakukan kepada tetangga dan warga sekitarnya.

Perjalanan panjang kain perca ini sama panjangnya dengan kisah Yuli Masruroh dalam menggapai harapan dalam kesempitan hidup yang pernah karib dengannya.

"Dari himpitan hidup saya bertahun-tahun dan kebaikan orang-orang yang memberikan kain perca kepada saya, hingga  bisa seperti ini mengingatkan saya bahwa hidup itu intinya untuk berbagi,"kenang nenek lima cucu ini.

Dari Bululawang Kabu Malang, kain perca yang di sulam oleh tangan terampil Yuli Masruroh (57), pemilik Loys Collection, bersama-sama warga, kini telah melanglang dunia. Malaysia, Vietnam, Kanada, India sampai Romania.

Di dalam negeri, kerajiinan sulam perca berbentuk baju dan jilbab sulam-rajut pernah dikenakan istri Wali Kota,Bupati dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. 

Raup Untung dari Kain Batik Api | spunbond printing



Karena proses pembuatannya yang cukup panjang dan rumit, Lugiyantoro menjual tshirt batik api dan kain batik api berukuran 1,2 meter dengan harga antara Rp200 ribu hingga Rp500 ribu rupiah lebih tinggi di atas harga kain batik tulis biasa.

Batik api yang dibuat oleh Lugiyantoro ini biasanya dibuat pada kain sebagai bahan pembuat baju atau tshirt berwarna putih. Karena proses pembuatan batik api cukup rumit dan membutuhkan waktu yang cukup lama, karena proses pembakaran harus dilakukan dengan hati hati agar api tidak sampai membakar kain maka harga kain batik api juga dijual diatas kain batik umumnya. Dalam proses pembakaran ini Lugiyantoro juga harus memperhatikan arah angin sehingga api yang digunakan tidak berubah arah dan membakar bagian kain yang seharusnya tidak boleh kena api.

Lugiyantoro mengaku membutuhkan waktu 3 tahun lebih untuk menciptakan batik api yang menjadi ciri dari hasil karya seni batik yang diciptakannya. Untuk membakar motif batik yang terbuat dari adonan tepung dan formalin, Lugiyantoro membuat alat pembakar yang dibuatnya dari botol bekas, kemudian diisi minyak tanah dan diberi sumbu di atasnya.

Sebelum menggunakan api untuk memberi efek warna pada kain, kain yang sudah berisi gambar motif batik ini di angin anginkan sejenak agar adonan tepung dan formalin yang dilukis pada kain menjadi kering. Setelah adonan yang dibentuk motif batik tadi sudah mengering, barulah pria ini menggunakan api sebagai langkah terakhir pembuatan batik yang dinamakannya batik api.

Untuk membatik diatas kain atau t-shirt, Lugiyantoro menyiapkan motif batik yang sudah dibuatnya terlebih dahulu pada kertas karton yang dilubangi sesuai bentuk motif batik yang diinginkan. Setelah itu, kertas karton kemudian diletakkan diatas kain atau tshirt yang akan dibatik, dan mulai mengoleskan adonan tepung dan formalin di atas kain menurut pola dan motif yang sudah tercetak dalam kertas karton.

Jika biasanya pengrajin batik mengerjakan pembuatan kain batik dengan menggunakan canthing untuk mengoleskan lilin atau malam cair pada kain. Namun pria ini menggunakan api dalam proses pewarnaan pada batik buatannya. Bahan yang digunakan untuk membatik juga berbeda dengan batik pada umumnya yang menggunakan malam atau lilin, yakni menggunakan adonan tepung dan formalin yang ditambahkan sedikit air.

Lugiyantoro, pria berusia 28 tahun warga Bantul, Yogyakarta ini berkreasi dan membuat inovasi baru dalam pembuatan kain batik. Proses pembuatan batik yang diberi nama Batik Api sangat berbeda dengan proses membatik yang selama ini sering dilakukan oleh pengrajin batik.

Jika biasanya proses membatik dilakukan dengan mengoleskan cairan lilin atau malam panas pada kain menggunakan canthing atau cap di Bantul Yogyakarta seorang pemuda berkreasi dengan membuat batik unik yang dalam proses pengerjaannya menggunakan nyala api.


Mengubah Sampah Plastik dan Kain Spanduk Reklame Jadi Uang | spunbond printing



"Karena ini plastik jadi untuk daya tahan tergantung pemakaian, sejauh ini bisa bertahan 5 sampai 10 tahun," tuturnya.

Tak hanya dari plastik sisa rumah tangga, XS project juga mendaur ulang spanduk atau baliho di papan reklame. "Untuk spanduk biasa kita buat tas laptop. Kita memiliki manajemen dibagian pemasaran dan juga desainer sendiri," ungkapnya.

Barang-barang itu yang rencananya akan di daur ulang menjadi tas, kantong loundry dan lain sebagainya. "Kalau Sabtu dan Minggu emang nggak ada produksi, kita biasanya produksi Senin sampai Jumat," tutur Jupri.

Untuk memenuhi kebutuhan pasar, XS project memperkerjakan belasan tukang jahit. Mereka fokus pada penjualan di luar negeri. Menurut Jupri, meski produknya berasal dari sampah, memiliki daya tahan yang cukup lama.

"Barang-barang ini ada yang dikasih ada juga yang kita beli dari pemulung-pemulung, kalau di lapak-lapak satu kilo sampah plastik dihargai Rp 1.000-1.500, kalau disini dihargai Rp 7.000 sampai dengan Rp 9.000," ujar Jupri salah satu pegawai XS Project, saat didatangi, Minggu (6/7/2014).

detikcom berkesempatan melihat rumah produksi daur ulang sampah milik XS Project. Sepintas rumah itu terlihat tempat tinggal lainnya. Namun jika diperhatikan lebih detail di bagian garasi terdapat tumpukan spanduk dan karung yang berisih sampah plastik.

Pemandangan menarik ini terlihat di kantor XS Project, Jl Kaimun Jaya, Cilandak, Jaksel, Minggu (6/7/2014). Yayasan non profit tersebut berdiri sejak tahun 2002 dan fokus pada pengolahan sampah dan limbah. Lebih dari 81 orang dilibatkan sebagai pegawai.

Mereka mengolah limbah sampah plastik menjadi item-item berguna dan laku dijual. Nantinya, keuntungan dari penjualan produk akan disumbangkan untuk pendidikan anak-anak para pemulung.

Siapa sangka sampah-sampah plastik dan spanduk dari reklame dapat diolah menjadi uang. Ada yang menjadi tas jinjing wanita, kantong loundry, dan lain sebagainya. Mungkin ini bisa jadi solusi menangani 'limbah' baliho dan spanduk kampanye.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar