Rabu, 13 Desember 2017

Warga Solo Gelar Kampanye Kurangi Penggunaan Kantong Plastik

Ratusan warga Solo menggelar aksi kampanye mengurangi penggunaan kantong plastik | tas promosi

tas promosi



Antusiasme warga Solo pada kampanye tersebut sangat tinggi. Terbukti, sekitar 600 kantong kain yang berada dalam puluhan kardus yang disediakan penyelenggara aksi tersebut langsung habis dan ditukar dengan ribuan kantong plastik pemberian warga Solo.

Joko Widodo mengatakan, “Saya mengajak kepada seluruh warga Solo baik dimulai dari rumah tangga, supermarket, mal atau pusat perbelanjaan, pasar tradisional, rumah makan atau restoran, semuanya, segera saja meninggalkan pemakaian kantong plastik dan mengganti dengan bahan-bahan atau kantong yang lebih ramah lingkungan. Selamat tinggal kantong plastik, selamat datang bumi yang cantik.”

Dalam kesempatan tersebut, Walikota Solo, Joko Widodo, didampingi puluhan pegawai pemerintah kota Solo ikut mendeklarasikan Solo sebagai kota yang peduli bahaya kantong plastik. Bahkan Joko Widodo ikut mengajak para warganya di Solo untuk mengurangi pemakaian kantong plastik demi pelestarian lingkungan.

“Hari ini kita menyediakan 600 kantong yang terbuat dari kain secara gratis kepada masyarakat. Syaratnya warga menukarkan 2 kantong kersek atau kantong plastik.itu salah satu simbol ketika warga datang dan menukarkan itu, sebuah simbol bahwa warga mulai sekarang berkomitmen untuk mengubah gaya hidupnya menjadi ramah lingkungan dengan meninggalkan pemakaian kantong plastik dan beralih ke kantong kain yang notabene kantong kain bisa digunakan berulang kali. 

Kantong plastik yang terkumpul kita rangkai menjadi baju seperti monster plastik. Kita berharap warga menyadari kalau plastik yang ditimbun atau dikumpulkan akan menjadi sebuah mosnter yang mengerikan. Kita tahu plastik tidak ramah pada lingkungan,“ ujar Sadrah.

Juru bicara aksi kampanye warga Solo tersebut, Sadrah Dib, mengatakan aksi ini sebagai bentuk kepedulian warga pada kerusakan dan pencemaran lingkungan akibat sampah kantong plastik.

Mereka berjalan bersama sekitar 100-an warga Solo sambil membentangkan poster berisi gambar dan pesan tentang bahaya kantong plastik bagi lingkungan hidup.

Lima orang dengan kondisi seluruh tubuhnya dibalut ratusan kantong plastik tampak mengundang perhatian ribuan warga di ajang Car free day atau Hari Bebas Kendaraan di sepanjang jalan Slamet Riyadi Solo, Minggu pagi (15/7).

Ratusan warga Solo menggelar aksi kampanye mengurangi penggunaan kantong plastik.


Walau Berbayar, Pemakaian Kantong Plastik Masih Dominan | tas promosi



"Kalau Kementerian terkait mendukung UMKM dan industri kreatif masuk ke peluang bisnis ini, maka pengusaha ritel pun akan memberi tempat bagi mereka untuk menjual produknya langsung ke konsumen," ujar Roy.

Ia mendorong pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) maupun industri kreatif untuk melirik peluang bisnis memproduksi kantong plastik yang ramah lingkungan, berdesain unik sehingga menarik orang untuk membeli.

Harapannya, semakin lama masyarakat Indonesia meninggalkan kebiasaan menggunakan kantong plastik.

Secara umum, Roy menambahkan, penggunaan kantong plastik di ritel modern sudah tercatat mengalami penurunan walaupun tidak terlampau signifikan.

"Ada penurunan pemakaian, ya mendekati 10 persen. Mengubah lifestyle memang susah apalagi waktu uji coba 3 bulan dirasa masih kurang," jelas Roy.

Hal senada diutarakan Ketua Umum APRINDO Roy N Mande. Ia mengatakan, kantong plastik masih banyak digunakan oleh konsumen di pusat belanja ritel modern skala besar, seperti Hypermart, Carrefour, Lottemart dan lainnya meskipun konsekuensinya harus membayar Rp 200 per lembar.

"Di ritel modern besar mereka belanja bulanan, jadi susah mengurangi penggunaannya. Masih banyak yang beli kantong. Tapi di toko ritel modern kecil sudah sangat berkurang," kata Roy.

Ia mengatakan, pengusaha ritel akan memperbaiki kekurangan atau kesalahan dalam implementasi kebijakan kantong plastik berbayar. Hanya saja, Tutum meminta kepada pemerintah agar membuat aturan tegas dengan sanksi yang mengikat.

"Harus ada penegakan hukum kalau pemerintah mau serius. Buat pelaku usaha dan konsumen," ujar Tutum.

Pemerintah perlu menerbitkan aturan tegas apabila serius meneruskan pungutan kantong plastik berbayar setelah masa uji coba tiga bulan atau sampai Juni mendatang.

"Pemerintah jangan diam saja setelah kebijakan digulirkan. Bagaimana caranya memberi kenyamanan buat konsumen yang marah-marah akibat kantong plastik bayar, serta melindungi pengusaha ritel dalam pelaksanaannya di lapangan. Tapi sampai detik ini tidak ada peran dari pemerintah," jelas dia.

"Signifikan memang tidak, ini masalah waktu saja. Apakah semua niat orang bawa kantong dari rumah? Itu masalah kebiasaan saja yang masih harus dibangun. Yang penting kami sudah menjalankan kebijakan dari pemerintah," ujar dia.

Tutum mengaku, pemerintah tidak berpangku tangan dan menyerahkan semua implementasi kebijakan tersebut hanya kepada pelaku usaha ritel.

Sudah ada penurunan pemakaian kantong plastik. Tapi belum bisa menghitung berapa penurunannya," ujar Wakil Ketua Umum APRINDO, Tutum Rahanta saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Kamis (17/3/2016).

Ia memperkirakan, berkurangnya penggunaan kantong plastik sejak dikenakan harga Rp 200 tidak terlampau signifikan. Alasannya, karena menyangkut gaya hidup atau kebiasaan masyarakat dalam membawa kantong dari rumah.

Tiga minggu lebih seluruh pusat belanja ritel modern di Indonesia mengenakan pungutan kantong plastik Rp 200 per lembar. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) mengklaim terjadi penurunan penggunaan kantong plastik meskipun belum signifikan.

Kantong Plastik Berbayar Tetap Butuh Sosialisasi | tas promosi



"Kecil sebetulnya penambahan dari Rp200 itu per kantong dan tidak signifikan. Ini mungkin karena di kami yang take away itu sedikit, beda dengan minimarket," ujar dia.

Sonny juga menyatakan ke depan pihaknya akan mengganti kantong plastik di ritel 7-Eleven Indonesia menjadi kantung yang terbuat dari kertas daur ulang yang lebih ramah lingkungan dalam waktu dekat.

"Dalam waktu dekat kamia akan menggunakan kertas daur ulang sebagai kantung yang lebih ramah lingkungan, saat ini kami sedang rancang bentuknya. Apakah akan dikenakan biaya juga atau tidak, lihat nanti," ujarnya. 

Pemerintah mengharapkan masyarakat secara perlahan terdidik agar tidak sembarangan dalam menggunakan barang-barang yang berpotensi memproduksi sampah berbahaya seperti plastik dengan menetapkan harga minimal standar Rp200 untuk setiap kantong plastik.

Ketika ditanya, apakah dengan kebijakan itu, apakah perusahaan mendapatkan penambahan dalam pendapatan (reveneu) akibat regulasi itu, Sonny mengatakan ada namun tidak signifikan.

Sosialisasi tersebut, kata Sonny, dibutuhkan sebagai antisipasi adanya masyarakat yang belum mengetahui kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi penggunaan plastik di Indonesia yang efeknya dapat mengurangi produksi sampah.

"Masyarakat tidak banyak bertanya karena kami jelaskan ke mereka ketika mereka ke kasir, kami bilang itu program pemerintah sebagai proses mendidik masyarakat agar jangan menggunakan plastik sebaiknya bawa supaya konsumsi ini berkurang," ucapnya.

PT Modern Sevel Indonesia yang bergerak di bidang ritel menilai kebijakan kantong plastik berbayar yang dicanangkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tetap butuh sosialisasi.

"Kami memang ikut aturan pemerintah, sekarang memang masyarakat sudah beli, namun tetap butuh sosialisasi utamanya agar mengerti bahwa ini adalah program pemerintah," kata Direktur Operasional PT Modern Sevel Indonesia (7-Eleven) Sonny A Liauw saat dihubungi dari Jakarta, Kamis (25/2).







Tidak ada komentar:

Posting Komentar