Selasa, 05 Desember 2017

Sulap Sampah Jadi Berkah, Pria Ini Raup Rp 14 Juta/Bulan

'Ubah sampah jadi berkah' | spunbond bag


spunbond bag

Edy mengaku masih ingin fokus untuk berjualan di dalam negeri.

"Kemarin ada siswa dari Belgia, program summer ke sini, dan barang kita diborong. Pasar internasional memang potensinya lebih besar. Tapi kita masih jual fokus di dalam negeri," tuturnya.

Produk yang dijualnya dibanderol dengan harga paling murah Rp 5.000 untuk souvenir, hingga Rp 350.000 untuk tas wanita berukuran besar. Pemasarannya dilakukan secara online, atau lewat internet seperti di beberapa akun sosial media atau website www.ebibag.com.

"Karena marketnya masih terbatas, jadi omzet jasa lebih besar dibanding produknya. Kita lebih banyak edukasi, kita menjual jasa. Kita punya program 'Petaka'. Pemberdayaan Tenaga Kreatif. Kita beri pelatihan untuk olah sampah, kalau jadi kita bantu pasarkan," katanya..

Edy mengaku belum bisa menyebutkan angka pasti, namun secara rata-rata, dari usahanya mendapatkan omzet Rp 14 juta/bulan.

Penjualan produknya, lanjut Edy, masih sebatas online dan pameran. Sejumlah pameran di dalam negeri sudah diikutinya. Termasuk perlombaan produk kreatif di Malaysia. Ebibag, begitu sebutan produknya menyabet ‎juara ketiga untuk kategori sosial.

Sampah-sampah plastik tersebut dianyam menjadi produk-produk seperti souvenir, dompet, hingga tas. Dalam sebulan, setidaknya produk yang dihasilkan bisa mencapai 30 sampai 50 item. 

"Ada yang kita bayar Rp 50-80 per sachet, ada juga yang kita kasih satu item produk kita itu sudah senang," katanya.

Setelah upaya keras yang dilakukan. Usaha pria kelahiran September 1992 ini bersama timnya termasuk ibu-ibu tadi‎, akhirnya sedikit demi sedikit membuahkan hasil. Beberapa keluarga di lingkungan kampusnya sekarang punya inisiatif untuk memilah sampah plastik kemasan agar bisa langsung dikoordinir dan dikumpulkan.

"Prosesnya tidak gampang, kita awalnya tidak mendapatkan antusias," katanya.

Kendala yang dihadapinya bermacam-macam. Terutama untuk meyakinkan lingkungannya bahwa sampah-sampah plastik bisa dikreasikan menjadi barang berharga.

Edy mengatakan, tak mudah memulai usahanya, di 2013 dia telah menggelontorkan Rp 1 juta untuk modal awal. Usahanya tak begitu banyak berkembang hingga akhir 2014.

"Kami punya 10 orang ibu-ibu, kami tak menyebutkannya pegawai, tapi saya memang peduli Women Empowering untuk memenuhi pesanan by order (berdasarkan pesanan), kita juga jadikan beliau sebagai trainer," tambah pria berkacamata ini.

Kepeduliannya tak hanya soal sampah. Edy juga ingin memberdayakan ibu-ibu rumah tangga di lingkungan kampusnya. Ibu-ibu tersebut diberi pelatihan untuk menjadi perajin sampah-sampah tersebut.

"Sampah yang belum bisa dimanfaatkan kita manfaatkan jadi produk yang memiliki nilai jual. Kita produknya upcycle, yang tadinya sampah plastik jadi produk yang punya nilai jual. Ubah sampah jadi berkah," kata Edy kala berbincang dengan detikFinance, pekan lalu.

Ide kreatif tersebut muncul di 2013. Dari kepeduliannya soal sampah yang banyak di kampusnya, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Ciputat, Tangerang Selatan. Timbul idenya menyulap sampah tersebut agar bisa dijual.

Bagi sebagian orang, sampah tak ubahnya limbah yang tak punya nilai tambah sama sekali. Di tangannya, sampah-sampah plastik bekas kemasan minuman seperti kopi, teh dan lainnya, diubah menjadi gantungan kunci, dompet, hingga tas wanita.

 'Ubah sampah jadi berkah', kata ini menjadi pemikiran anak muda asal Tangerang, Banten yang menyulap sampah-sampah plastik menjadi barang cantik hingga bernilai ekonomis. Adalah Edy Fajar Prasetyo yang punya usaha yang bernama Eco Business Indonesia.

Di Desa Ini, Selokan Sampah "Disulap" Jadi Berair Jenih dan Penuh Ikan | spunbond bag



Kita dukung dan senang adanya inisiatif warga ini, dan kita akan dampingi agar bisa lebih maksimal," kata Jarot pada hari Minggu (3/9/2017).

Saluran irigasi yang dulunya penuh sampah itu, kini menjadi tempat rekreasi favorit warga. Setiap sore mulai anak-anak hingga orang dewasa berkumpul di tempat itu. Selain menghirup udara sejuk, mereka juga menikmati pemandangan ribuan ikan nila yang berenang di jernihnya air selokan itu.

"Bulan kemarin kita tebar 3.500 bibit ikan, dan habis 25 zak pakan. Kita bisa panen 5 kuintal dan harga jualnya per kilogram mencapai Rp 24.000. Kita sudah ada divisi pemasaran dan saat ini kita kerepotan melayani permintaan dari wilayah Solo Raya," kata Ketua Paguyuban Peternak Ikan Tugu Boto ini.

Sementara itu, pihak pemerintahan setempat mendukung adanya inisiatif warga yang mengelola ikan di lahan saluran air irigasi tersebut. Jarot, Sekretaris Desa Klodran, menyebutkan, pihaknya mendukung kegiatan yang berawalnya dari pembersihan sampah yang berada di saluran air. Selain menyebabkan banjir, juga sumber polusi.

Saat ini kolam ikan nila di saluran irigasi sudah sepanjang kuran lebih 600 meter dan dikelola oleh kurang lebih 20 anggota paguyuban peternak ikan di Kampung Klodran atai sering dikenal Kampung Tugu Boto tersebut.

Pengelolaannya juga sudah ditata dengan membentuk kelompok peternak ikan agar kegiatan tersebut bisa memberikan pendapatan kepada warga.

"Setelah dilihat ada potensi mendapatkan rezeki, kita tata dengan baik dan juga konsultasi dengan penyuluh perikanan dari kelurahan. Lalu kita pilih ikan nila karena baik dipelihara di kondisi air mengalir," kata Bambang yang dulunya pedagang asongan, Minggu (3/8/2017).

Dia menyebutkan,  awalnya warga hanya asal saja memberi bibit ikan, karena tujuannya hanya agar selokan bersih saja. Namun, setelah itu warga memilih untuk khusus menebar bibit ikan nila.

"Dulu selokan depan rumah ini banyak sampah, terutama plastik. Lalu pendangkalannya juga parah serta baunya minta ampun. Kemudian sekitar tahun 2008, warga khususnya pemuda di sini inisiatif untuk membersihkan selokan lalu disebar bibit ikan. Dulu sempat diprotes petani petani karena dianggap menghambat saluran air untuk sawah, tapi setelah duduk bersama, akhirnya bisa selesai dengan damai," kata Bambang, Minggu (3/9/2017).

Ditemui di rumahnya, Bambang Agus (40) menceritakan awal muasal saluran irigasi berisi ribuan ikan nila tersebut. Sekitar tahun 2008, saluran air untuk persawahan di wilayah Klodran dan sekitarnya seperti tempat sampah.

Kini saluran air sepanjang kurang lebih 600 meter di Desa Klodran, RT 4/ RW 10, Karanganyar, Jawa Tengah tersebut menjadi berkah bagi warga sekitar. Selain indah dipandang mata, saluran air tersebut juga memberi rezeki bagi warga. 

Berawal dari kegelisahan Bambang Agus dan para pemuda kampung Tugu Boto Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah yang melihat saluran air penuh sampah. Mereka bergerak untuk membersihkan saluran air yang penuh sampah itu dan menanaminya dengan ikan.


Ini Jurus Sandiaga Uno untuk Sulap Sampah Jadi Berkah | spunbond bag



Bahkan, Sandiaga memastikan akan mengintegerasikan programnya itu dengan personil pekerja penanganan sarana dan prasara umum (PPSU) yang kini sudah berada di Jakarta.

“Dan kita integerasikan dengan PPSU, itu peluang besar untuk kesejahteraan rakyat,” tandasnya. 

Sandiaga menambahkan, dengan program OK OC, sampah akan disulap untuk memiliki nilai tambah. Alhasil, program tersebut juga bisa merangsang lapangan kerja.

“Kalau kita memberikan sebuah kesempatan untuk membuat lapangan kerja,” imbuhnya.

Panelis debat Pilgub DKI Jakarta jilid II di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan melemparkan persoalan sampah di Ibu Kota. Terkait permasalahan itu, calon wakil gubernur DKI Jakarta, Sandiaga Uno mengaku memiliki jurus jitu.

“Kami memulai sebuah program yang sudah digerakkan OK OC (One Kecamatan One Center). Sampah jadi masalah dan bisa jadi berkah,” ujar Sandiaga saat memaparkan programnya didepan panelis dan warga Ibu Kota, Jumat (27/1/2017).







Tidak ada komentar:

Posting Komentar