Senin, 04 Desember 2017

Enceng gondok bakal dikembangkan untuk bahan kerajinan home industry

Kerajinan berbahan baku enceng gondok | kantong spunbond

kantong spunbond


Di akhir acara Ketua Dekranasda Kaltim E Amelia Suharni Faroek dan Ketua Dekranasda Kutim Encek UR Firgasih saling bertukar cindera mata hasil kerajinan tangan berupa batik Kutim dan tas dari bahan baku enceng gondok.

Saat berkunjung ke Kutim, rombongan Dekranasda Kaltim yang dipimpin langsung oleh Ketua Dekranasda Kaltim Ny Amelia Suharni Faroek, di sambut hangat oleh para pengurus Dekranasda Kutim di Kecamatan Sangkulirang, Kamis (1/12) lalu.

Isteri Bupati Ismunandar ini menyampaikan bahwa untuk menggali potensi serta mengembangkan produk kerajinan khususnya untuk pengembangan ekonomi masyarakat dibutuhkan partisipasi semua pihak. Tidak hanya Pemkab Kutim tapi juga pihak perusahaan swasta melalui program corporate social responcibility (CSR). 

Bekerjasama menggali dan mengembangkan potensi yang ada di masyarakat dengan tujuan meningkatkan perekonomian daerah sekaligus melestarikan nilai-nilai budaya bangsa seperti misi Dekranasda.

“Saat ini, Kutim telah memiliki IKM Center yang menampung produk IKM dari seluruh Kecamatan Kabupaten Kutim dan berlokasi di Pasar Induk Sangatta,” jelasnya.

Firga yang saat ini menjabat juga Ketua Tim Penggerak PKK Kutim menambahkan dalam program kerja, Dekranasda Kabupaten Kutim tidak hanya sekedar memberi pelatihan secara teknis mengenai kerajinan, tetapi juga bimbingan non teknis seperti bagaimana mengelola administrasi usaha. Selanjutnya memberikan bantuan peralatan produksi, serta mempromosikan dan memasarkan produk IKM binaan. Melalui kegiatan expo atau pameran. 

Disamping kerajinan berbahan baku enceng gondok, pengrajin juga sudah mengembangkan kerajinan batik khas Kutim. Kerajinan berbahan baku limbah botol bekas minuman, bekas kemasan, tempurung kelapa, limbah kertas koran dan masih banyak bentuk kerajinan lainnya.

Untuk pengembangan jenis kerajinan berbahan baku ini, Firga, panggilan akrab Wakil Ketua DPRD Kutim ini mengaku pihaknya saat ini telah menjalin kerjasama dengan Balai Besar Kerajinan dan Batik Kementerian Perindustrian. Nantinya para pelaku Industri Kecil dan Menengah (IKM) dilatih membuat berbagai macam kerajinan berbahan baku enceng gondok tersebut.

“Hal ini dilakukan untuk membuka peluang dan potensi industry UKM (usaha kecil dan menengah) baru bagi masyarakat demi peningkatan kesejahteraan serta perekonomian warga,” kata Ketua Dekranasda Kutim Ny Encek UR Firgasih, saat menyambut kunjungan kerja dari Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Kaltim, belum lama ini.

Enceng gondok yang selama ini banyak diabaikan masyarakat, merupakan potensi sumber daya alam yang cukup bagus, untuk diolah menjadi bahan baku kerajinan. Untuk itu, Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kutim bakal menjadikan bahan itu sebagai bahan baku untuk home industry di Kutim ke depannya. 

Hemat Kertas Daur Ulang agar Bumi Tetap Lestari | kantong spunbond




Masyarakat perkotaan adalah konsumen terbesar pengguna energi. Dibandingkan masyarakat pedesaan, energi yang digunakan masyarakat perkotaan jauh lebih besar “Berapa banyak listrik dan bahan bakar yang telah dihabiskan masyarakat perkotaan? Itu semua semestinya bisa dikurangi. Caranya dengan melakukan penghematan. Contoh kecil, kita bisa mematikan lampu yang tidak digunakan,” pungkasnya.

Aktivis lingkungan, Hermayani Putera, mengatakan, upaya lain yang bisa dilakukan untuk mengurangi pemanasan global adalah dengan menghemat penggunaan energi. Dia menilai, masyarakat masih terlalu boros dalam penggunaan energi. “Malam hari misalnya, banyak lampu yang meski tak digunakan,” Hermayani memberi contoh.

Tujuannya untuk mengurangi penggunaan botol plastik. “Botol plastik itu salah satu benda yang sangat sulit diurai. Pembuatan botol ini juga memerlukan energi yang cukup besar. Alangkah baiknya jika kita mengurangi penggunaan botol ini. sehingga bisa mengurangi dampaknya di kemudian hari,” jelas Windy.

Windy Chintia, mahasiswa Jurusan Biologi, Universitas Tanjungpura, Pontianak mempraktikkan hal itu. Gadis muda ini mengaku enggan membeli air dalam kemasan. Jika sedang berada di luar dia lebih memilih membawa air dari rumahnya.

“Kita tentu tidak bisa melawan adanya pemanasan global atau perubahan iklim. Namun cara kita dalam memperlakukan alam bisa diubah. Kita harus mempraktekkan cara-cara hidup yang ramah lingkungan,” tambah aktivis lingkungan, Deman Huri Gustira.

Ke depan, kehidupan manusia akan semakin terancam jika pemanasan global terus meningkat. Beberapa cara bisa dilakukan untuk mengurangi dampak pemanasan global. Pertama, berusaha menyelamatkan lingkungan dengan berbagai cara. Sebut saja mengurangi penggunaan bahan bakar kendaraan, menghemat penggunaan listrik, atau cara yang paling sederhana mengurangi penggunaan kertas.

Perubahan suhu dan curah hujan sendiri sangat berdampak pada berbagai bidang. Salah satunya sektor pertanian. “Jika kondisi cuaca dan musim semakin tak menentu, produktifitas hasil pertanian juga akan terganggu,” tuturnya.

Menurut Luhur, bisa disimpulkan bahwa pemanasan global dan perubahan iklim memang sudah ada di depan mata. “Selang kering yang cukup panjang yang dialami wilayah Kalimantan Barat dikarenakan adanya anomali iklim. Anomali iklim ini sedang dicari dan dianalisis oleh BMKG. Yang terkena anomali iklim ini bukan hanya di Kalbar, tetapi juga di wilayah lain seperti, Riau, Jambi dan Bengkulu,” ujarnya.

Uji tren terhadap suhu udara dan curah hujan di Kalimantan Barat yang dilakukan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Siantan, Pontianak menunjukkan, ada tren peningkatan suhu dan curah hujan yang cukup signifikan dalam beberapa waktu belakangan ini. “Untuk suhu, ada tren kenaikan 0,01 derajat celcius per tahun,” kata Prakirawan BMKG Siantan, Luhur Puji Prayitno.

Karena jika masyarakat tidak dapat menjaga ekosistem hutan maka yang terjadi adalah perubahan iklim yang tidak menentu seperti saat ini. Di sejumlah tempat terjadi musim kemarau yang panjang sementara sebagian lain mengalami musim hujan.

Apalagi, dikatakan orang nomor satu di Kalbar itu bahwa hutan di kawasan Kalimantan merupakan paru-paru dunia yang menjadi harapan seluruh bangsa di dunia untuk selalu menjaga ekosistem hutan. "Apalagi masyarakat pedalaman dan perbatasan, saat ini sudah banyak yang memahami akan pentingnya pohon, menjaga tidak saja tugas pemerintah, masyarakat juga perlu untuk menjaga kelestarian hutan," kata Cornelis.

Dukungan untuk tetap melestarikan hutan juga dikatakan oleh Gubernur Kalbar, Cornelis. "Saya yakin masyarakat Kalbar khususnya mereka yang dekat dengan hutan sudah saatnya untuk menjaga pohon agar tidak sembarangan menebang pohon," jelasnya.

“Saya sering katakan pada mereka, ayo dong, ikut yang positif! Kita tanam pohon di depan rumah, biar adem. Pelan-pelan banyak juga yang kemudian sadar dan mau tanam pohon,” katanya.

Tentu saja mengubah perilaku masyarakat bukan hal mudah. Namun upaya ini harus terus dilakukan. Maria Theresia memilih melakukan pendekatan pada orang-orang di sekitarnya. Saat arisan keluarga misalnya, Maria kerap menyisipkan “kampanye” agar sanak saudaranya mau menanam pohon atau mengurangi penggunaan plastik.

Usaha ini, kata Maria, dapat mengurangi penggunaan kantong plastik. “Coba bayangkan jika semua orang pakai tas sendiri saat berbelanja. Berapa ribu kantong plastik yang bisa kita kurangi penggunaannya,” katanya.

Hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan tidak membuang sampah atau limbah sembarangan. Untuk mengurangi penggunaan plastik atau botol Theresia punya cara jitu. “Saya selalu bawa ransel atau tas kain kemana-mana. Kalau belanja saya nggak mau pakai kantong plastik. Barang belanjaan saya bawa pakai tas kain saja,” ujarnya.

“Jika setiap rumah bisa ditanami pohon, tentu lingkungan kita akan menjadi hijau. Suasanya jadi adem,” jelasnya.

Berbagai cara perlu dilakukan untuk menjaga bumi tetap lestari. Upaya tersebut ternyata bisa dilakukan dari hal yang sederhana seperti menanam pohon di halaman rumah atau di ruang-ruang kosong. Selain menyejukkan, pohon-pohon yang rindang bisa mengurangi emisi karbon di udara.

 Relawan WWF Indonesia, Maria Theresia, mengatakan banyak yang dapat dihemat jika masyarakat sadar akan upaya menghemat kertas dengan daur ulang. Hitungannya, jika menghemat 1 ton kertas daur ulang, artinya menghemat 17 pohon, 380 galon minyak, 3 kubik lahan, 4.000 KWH energi dan 7.000 galon air.

"Masyarakat hanya perlu pengetahuan serta kemauan dalam merubah kebiasaan menebang pohon dengan semaunya. Ini yang harus disosialisasikan terus," ungkap Maria Theresia di Pontianak.

Bunga Cantik dari Kulit Jagung Laris Manis Sampai Tembus Ekspor | kantong spunbond



"Kalau bunga ini awetnya tahunan bisa 20 tahunan asal nggak kena air dan matahari langsung perawatannya mudah dibersihkan aja debunya. Kalau kapasitas produksi kita udah 10.000 tangkai per bulan. Harga kita jual bervariasi dari Rp 10 ribu/tangkai sampai Rp 60 ribu/tangkai. Kalau kendala paling beberapa bulan terakhir ini kendala di kulit jagung yang langka mungkin karena lagi musim hujan jadi kulitnya langka," tuturnya.

Ia menjual bunga ini mulai dari harga Rp 10 ribu/tangkai hingga Rp 60 ribu/tangkai. Ia mengaku belakangan ini mengalami kendala karena kelangkaan kulit jagung.

Bunga-bunga dari kulit jagung ini mampu bertahan hingga 20 tahun. Produksi bunga cantik ini dilakukan di Surabaya, Jawa Timur yang dilakukan oleh 25 orang karyawannya. 

"Modal awal mungkin Rp 50 ribuan ya, kalau omzet sekarang Rp 50-60 juta karena kan kalau ekspor nggak setiap bulan kapasitas produksi sekarang 10.000 tangkai/bulan. Untuk penjualan kita ada booth di Taman Anggrek dan juga online di instagram," ujar Wanita lulusan desain grafis ini.

Ia juga dapat memproduksi hingga 10.000 tangkai per bulan. Ia menjajakan bunga-bunga cantik ini di booth kecil miliknya di Mall Taman Anggrek dan melalui online.

Dengan modal awal Rp 50 ribu di tahun 1987, bisnis kulit jagung miliknya ini sudah mampu menghasilkan omzet di kisaran Rp 50-60 juta/bulan. 

"Dulu ibu kerjain sendiri manual semua pakai tangan tapi sekarang kan permintaan banyak jadi di mix juga antara mesin dan tangan. Kita sekarang sudah ekspor ke Eropa, Amerika, Jepang, Itali, Arab, Jeddah, Spanyol paling banyak ke Amerika mereka biasanya untuk yang punya toko-toko, supermarket, dan untuk home decor, awalnya dulu ikut pameran-pameran di luar negeri sampai bisa ekspor seperti sekarang," ungkap Nina.

Sebelumnya bunga-bunga cantik ini dikerjakan secara manual namun karena permintaan yang meningkat saat ini dikerjakan dengan mesin juga. Bunga dari kulit jagung miliknya ini sudah mampu di ekspor ke berbagai negara mulai dari Amerika, Eropa, Jepang hingga Arab. 

"Awalnya itu ibu tahun 1987-an lihat kulit jagung di pasar katanya daripada dibuang sebaiknya dimanfaatkan, sampai sekarang mesti cari suplier, kalau dulu ambil di pasar saja, dulu kulit jagung mudah dapatnya pas zaman itu kertas mahal dan kain susah," kata Nina kepada detikFinance di pameran INACRAFT 2016, di JCC Senayan, Jakarta, Sabtu (23/4/2016).

Adalah Nina Kartika yang meneruskan usaha milik ibunya sebagai penjual bunga-bunga hias cantik yang terbuat dari kulit jagung yang diberi nama Innovart Cornhusk Flower.

iapa sangka kulit jagung yang bagi kebanyakan orang hanya menjadi benda sisa tak bermanfaat, dapat disulap menjadi bunga-bunga cantik bernilai yang peminatnya hingga ke manca negara. Pasar ekspor bahkan terbuka lebar bagi benda unik hasil kreasi anak bangsa ini.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar