Kamis, 16 November 2017

Tak Ada Rotan, Koran Pun Jadi

Indonesia terkenal dengan aneka kerajinan rotan | goody bag company


goody bag company



"Saya beri pelatihan lewat PKK dan Dharma Wanita. Kemarin ada permintaan dari Kedutaan Malaysia di Indonesia minggu ini untuk melatih ibu-ibu kedutaan," imbuhnya.

Pada masa liburan anak sekolah nanti, Ranny akan berangkat ke Malaysia untuk mengajar anak-anak sekolah bikin kerajinan dari koran. Ia juga membina anak-anak yang bermasalah dengan hukum di Bambu Apus, tujuannya pasca mereka keluar dari panti rehabilitasi sudah punya keahlian.

"Senangnya selain bisa usaha dan dapat penghasilan juga bisa memotivasi perempuan supaya punya keterampilan. Syukur ada yang bisa menghasilkan secara ekonomi," tuturnya.

"Lama-lama pembeli ada yang minta diajarin, akhirnya saya jadi mengajar dan melath juga. Ada satu kelompok di Cakung yang berhasil saya latih dan kini bisa memasarkan produknya sendiri," ujar Ranny yang sudah membina sekitar 30 kelompok.

Peserta pelatihan itu rata-rata ibu rumah tangga. Ranny melatihnya sesuai kemampuan, mulai dari bagian memotong, gulung jadi tali, dan plitur.

"Tempat payung ini misalnya, dicetak dari ember-ember bekas kemasan makanan cepat saji," kata ibu paruh baya ini.

Harga jual produknya mulai dari Rp 10.000-500.000. Sementara harga untuk souvenir kawinan mulai Rp 10.000. Dalam sebulan ia bisa produksi hingga 500 souvenir kawinan.

Pembeli kerajinan Ranny pun beragam, mulai dari pemilik usaha spa, restoran, sampai pembeli untuk keperluan souvenir kawinan.

Pertama-tama koran dipotong-potong lalu direndam selama 12 menit. Lalu ditiriskan dan dijemur selama 30 menit. Setelah dirangkai harus dijemur selama 12 jam.

"Bikin kerajinan seperti ini kuncinya yang penting modal kemauan dan kesabaran," jelasnya.

Jenis kerajinan koran ada 3 yaitu dari bahan bubur, anyaman kering dan bahan yang direndam terlebih dulu. Bahannya sederhana, cukup lem kayu, pernis dan cetakan.

"Pernah ada pembeli dari Saudi Arabia, 2 kali pesan. Sekali pesan sampai 100 buah untuk souvenir para tamu produk go green yang ramah lingkungan. Lewat pameran-pameran ini bisa menjaring pelanggan. Ilmu yang saya punya juga terpakai untuk pemberdayaan masyarakat," ujarnya.

Menurut Ranny, kendala saat produksi adalah cuaca. Sebab, proses pembuatan produknya butuh panas matahari.

"Akhirnya dikenal sama dinas dan Kementerian Perindustrian serta Dekranas. Awalnya saya ibu rumah tangga. Oleh dinas dilatih entrepreneur, diberi kesempatan pameran, bazar, dan jual produk di mal. Seperti kemarin di pameran inacraft belum selesai pameran hanya dalam waktu 4 hari produk habis terjual," jelasnya.

Produk yang dibuat mulai dari tempat buah, tempat payung, tutup saji, tempat tissue, sampai karpet sesuai pesanan.

"Ada pinjaman modal dari koperasi PKK Rp 500.000. Saya beli bahan-bahan lalu produksinya untuk bayar pekerja dan mulai dikembangkan ikut lomba," ujarnya.

Ranny mengaku, pada 2012 pernah meraih juara I UKM Award dari Kementerian Koperasi dan UKM, dan juara I Sapta Pesona Alam dari Dinas Pariwisata. Ia pun pernah mengikuti berbagai pameran di luar negeri, seperti Bangkok International Gift Affair dan Bangkok International House Fair 2012.

Lambat laun, permintaan kerajinan Ranny makin banyak. Karena tak bisa bayar pekerja, ia pun mencoba bergabung menjadi anggota PKK, dan mendapat pinjaman modal dari koperasi.

Modal ini ia gunakan untuk membayar perajin yang mau bantu produksi. Sampai saat ini Ranny ditemani 3 karyawan perajin, dan 20 karyawan produksi untuk memenuhi pesanan.

 Indonesia terkenal dengan aneka kerajinan rotan. Tak sedikit karya rotan Indonesia yang laris manis dikirim ke luar negeri. Ibu satu ini bisa membuat kerajinan yang tak kalah unik dari rotan, tapi dengan bahan baku yang tak biasa, yaitu koran.

"Usaha sejak 2011. Awalnya iseng-iseng nggak sengaja, bikin dari koran coba buat wadah-wadah untuk keperluan sendiri, jadi belajar sendiri. Lama-lama tamu ada yang suka. Bagus ya ini belum ada di pasaran. Terus dari situ ada pesenan dari beberapa teman dan saudara jadi semangat," kata Ranny, pemilik Ranny Kreasi kepada detikFinance beberapa waktu lalu.

Usaha dengan memanfaatkan bambu yang belum banyak diketahui | goody bag company


Kerajinan dari bambu sendiri saat ini memiliki banyak sekali peminat karena unik dan berbeda dengan kerajinan lainnya, selain itu bahan baku bambu juga murah dan mudah untuk didapatkan maka jika anda memiliki kemampuan untuk mengolah bambu ini akan menjadi peluang usaha yang sangat menjanjikan keuntungan besar jika anda jeli dan melakukan promosi secara tepat.

muda yang masih kecil atau biasa dikenal dengan sebutan rebung bisa dimanfaatkan sebagai bahan sayuran, sedangkan batang bambu besar yang telah kering bisa di buat menjadi berbagai macam kerajian tangan,seperti bangku kursi bambu, lampu hias, dan aneka kerajinan tangan
lainnya.

keranjang merupakan hasil anyaman bambu yang sampai saat ini juga masih banyak diggunakan, khususnya untuk masyarakat pedesaan. keranjang ini berbeda dengan keranjang biasa karena dibuat 100% dari anyaman bambu.keranjang ini lebih kuat dari keranjang yang terbuat dari atum dan tidak bisa pecah, mungkin cuma penyok, dan itu masih bisa di balikkan lagi. 

MERAJUT HARAPAN DENGAN BAMBU | goody bag company



Dengan menjadi salah satu penerima bantuan Jalin Matra PFK ini Bu Suryani merasa bersyukur. Semoga usulan kebutuhan nanti dapat untuk menambah modal mengembangkan usaha tompo agar bisa maju dan berkembang dan juga menambah pendapatan keluarga. Harapan kedepan usahanya tidak hanya membuat tompo saja tetapi bermacam-macam anyaman dari bambu. Namun Bu Suryani belum mempunyai ketrampilan sehingga masih memerlukan bimbingan atau pelatihan ketrampilan. Semoga harapan Bu Suryani bisa terwujud. 

Dengan kondisi suami yang sakit dan tidak bisa mencari nafkah untuk keluarganya, Bu Suryani tetap semangat dan optimis menghadapi kehidupan karena saat ini selain mengurus keluarga juga sebagai tulang punggung keluarga. Dan masih ada anak-anak yang masih kecil yang masih banyak memerlukan perhatian dan biaya untuk masa depan yang masih panjang. Agar nantinya menjadi anak yang sukses dan bisa membahagiakan kedua orang tuanya.

Ketika hari pasaran kliwon setiap jam 03.00 pagi, Bu Suryani dengan berjalan kaki menembus gelap dan dinginnya udara pagi berangkat dari rumah menuju Pasar Arjosari. Kondisi jalan yang naik turun beliau lalui dengan membawa tompo antara 15-20 buah. Jarak yang ditempuh dari rumah ke Pasar Arjosari kurang lebih 10 km. Biasanya sampai jam 09.00 Bu Suryani baru bisa pulang ke rumah dengan dagangan yang habis terjual. 

Dalam sebulan tidak setiap hari pasaran kliwon bisa menjualnya, tergantung dari jumlah tompo yang sudah dibuat. Untuk harga satu tompo per buahnya hanya  berkisar Rp.5.000,00 sampai Rp.7.000,00 tetapi ketika musim hujan harganya menurun sampai Rp. 2.000,00 – Rp.3.000,00.

Bu Suryani saat ini selain mengurus lahan pertanian (buruh tani) dan merawat ternak, juga membuat anyaman dari bambu yang disebut dengan “tompo”. Untuk usaha anyaman bambu ini sudah dirintis sejak tahun 2006. Dengan modal bambu apus dan peralatan yang masih sederhana, usaha ini masih berjalan sampai sekarang. 

Dengan dibantu suaminya di rumah mengerjakan anyaman tersebut. Waktu membuatnya juga disesuaikan dengan kesibukan Bu Suryani. Biasanya di sela-sela mengurus keluarga, pertanian dan ternak kambing. Anaknya yang kedua masih duduk di kelas I MI GUPPI Gembong Kecamatan Arjosari juga masih membutuhkan perhatian. Setiap hari Bu Suryani mengantar ke sekolah dengan jalan kaki yang jaraknya sangat jauh dan kondisi jalan yang naik turun.

Sejak suaminya sakit sekitar 3 tahun yang lalu Bu Suryani harus mencukupi kebutuhan keluarganya . Suaminya yang bernama Pak Katwadi sudah tidak bisa mencari nafkah untuk keluarga. Kedua indera penglihatannya sudah tidak bisa melihat lagi, hanya bisa membantu kegiatan di rumah. Untuk aktivitas di luar rumah sudah tidak bisa dilakukan lagi.

 Kecelakaan itu disebabkan karena Pak Katwadi membawa pupuk seberat 50 kg dengan jalan kaki di panggul dari pasar ke rumah yang jaraknya jauh dan tidak ada transportasi. Karena beban yang berat tersebut mengakibatkan saraf penglihatannya rusak. Segala upaya berobat sudah dilakukan tetapi tidak ada hasilnya dan akibatnya kedua indera penglihatannya tidak bisa melihat.

Di sebuah dusun tepatnya di Dusun Ngasem RT 05 RW 07 Desa Gembong Kecamatan Arjosari Kabupaten Pacitan, tinggal lah Bu suryani dan keluarganya. Beliau merupakan salah satu penerima bantuan Program Jalin Matra Penanggulangan Feminisasi Kemiskinan Propinsi Jawa Timur tahun 2017. Bu Suryani yang berusia 33 tahun saat ini tinggal bersama suami, orang tua dan kedua anaknya yang masih sekolah di tingkat SD.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar