Rabu, 01 November 2017

Kantong Plastik Berbayar ,Peluang Bisnis Baru untuk Usaha Mikro

Pemerintah menerapkan kantong plastik berbayar di setiap retail | tas spunbond grosir

tas spunbond grosir



Penerapan kantong plastik berbayar sendiri sudah mulai diterapkan oleh sejumlah mini market, supermarket dan usaha retail lainnya di Pontianak dan sekitarnya. Para pelaku usaha retail mewajibkan para konsumennya untuk membayar Rp200 untuk setiap kantong plastik yang dikeluarkan. “Kami sepakat akan mengikuti aturan ini. Karena data menyebutkan bahwa Indonesia adalah penghasil sampah plastik terbesar nomor dua di dunia, setelah China. Perlu ada aturan untuk mengatasi ini,” ujarnya

Menurutnya kantong plastik belanja gratis malah merugikan peritel lantaran harus mengeluarkan cost yang menjadi beban peritel. Selain itu dana dari kantong plastik berbayar juga bisa digunakan untuk hal bermanfaat, “Apabila kebijakan ini berhasil diterapkan, dana hasil penjualan kantong plastik akan dialokasikan untuk kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan bekerja sama dengan pemerintah daerah dalam bidang pengelolaan sampah,” jelasnya.

Pendapat serupa juga keluar dari Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Kalimantan Barat, Daniel Edward Tangkau. Penerapan kantong plastik berbayar akan memancing kreativitas masyarakat untuk membawa kantong belanjaan sendiri dari rumah. Hal ini akan membuat penumpukan sampah menjadi berkurang. Selain berdampak buruk untuk lingkungan, kantong plastik gratis juga merugikan pengusaha ritel.

Kendati esensi utama dari aturan itu untuk pengurangan sampah plastik, namun dia mendorong para pelaku usaha mikro untuk memanfaatkan peluang bisnis dari aturan itu. “Kami mendukung para pelaku UMKM untuk berkreasi membuat tas atau keranjang belanjaan yang kokoh sehingga bisa dipergunakan masyarakat dalam membawa belanjaan sehari-hari. Tentu ini menjadi sebuah peluang usaha baru di Pontianak,” sebutnya.

“Ini sisi lain dari kebijakan yang dikeluarkan itu,” kata dia.

“Nantinya akan banyak pengusaha mikro yang membuat tas atau keranjang belanjaan. Kreativitas akan muncul. Tas-tas itu akan dibuat unik dengan berbagai gambar dan ornament. Bahkan ini bisa menjadi oleh-oleh untuk wisatawan. 

Apalagi kalau tas atau keranjang itu unik, dengan gambar ikon Pontianak seperti Tugu Khatulsitiwa atau motif etnik,” jelas dia.Hal yang sama diungkapkan Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kota Pontianak, Haryadi. 

Dia menyebut ke depan masyarakat akan terbiasa membawa tempat khusus dari rumah untuk wadah belanjaan. Tempat yang itulah, lanjut dia, bersumber dari sampah plastik yang didaur ulang oleh pelaku usaha mikro.

Dia menyebut, dengan adanya aturan tersebut maka masyarakat dipaksa untuk mengurangi konsumsi kantong plastik. Namun kata dia, harga plastik berbayar masih terlalu murah. "Seharusnya dibikin saja semahal-mahalnya, supaya orang tidak beli. 

Kalau masih sekitar Rp200, bagi sebagian orang itu tidak masalah. Mereka rela bayar," ucapnya.Lebih lanjut, kebijakan ini juga akan memicu kreativitas masyarakat untuk memproduksi sendiri kantong atau keranjang belanjaan yang lebih kokoh dengan bahan yang ramah lingkungan.

 Pasalnya, masyarakat akan lebih memilih membawa wadah permanent dari rumah, ketimbang mengeluarkan uang untuk membeli kantong plastik. UMKM, sebut dia,  akan banyak membuat tas dan keranjang belanjaan yang akan dijual sebagai pengganti kantong plastik.

PAKAR kimia yang juga rektor Universitas Tanjungpura Thamrin Usman mendukung penuh langkah pemerintah menerapkan kantong plastik berbayar di setiap retail. Menurutnya kebijakan ini adalah langkah maju untuk pelestarian lingkungan sekaligus memajukan ekonomi masyarakat kecil.

"Selama ini Indonesia adalah salah satu penghasil sampah plastik terbesar di dunia. Ini karena kantong plastik di toko dan warung dikasih gratis. Orang tinggal pakai lalu buang. Tidak heran kalau banyak sekali sampah plastik kita," ujarnya kepada Pontianak Post.


Rp200,- untuk Setiap Kantong Plastik, Kenapa Dibebankan kepada Konsumen? | tas spunbond grosir




Sayangnya tulisan saya kali ini sudah cukup panjang, mungkin lain kali akan saya tulis ide-ide saya soal mekanisme pembebanan biaya kantong plastik. Kalau di bayangan saya sih, dengan ide saya nanti konsumen akan yakin bahwa setiap Rp 200,- yang mereka bayarkan akan langsung diterima dan dikelola pemerintah - bukan peritel.

Semoga tulisan saya kali ini bermanfaat, mohon maaf jika ada kalimat yang tidak berkenan atau terkesan sok tahu, sok pintar, dan menggurui. Saya hanya ingin berbagi pendapat, selamat berbelanja!

Entahlah, saya hanya bertanya kenapa jadi mereka yang mengelola uangnya ya, padahal ide pengenaan biaya untuk kantong plastik ini kan digagas pemerintah?

"Jadi kalau sudah disetujui, uang masuk, barulah dilaksanakan program CSR. Selama ini masing-masing perusahaan ritel punya program CSR, tapi belum signifikan. Dengan begitu, uang yang masuk bukan untuk ritel tapi kita kembalikan ke masyarakat," tandas Roy.

Untuk soal ini Aprindo sudah memastikan bahwa uang Rp 200,- yang mereka terima konsumen akan dikembalikan melalui CSR. Peritel akan menyusun program CSR kemudian mengajukan proposal dan mempresentasikannya di depan pemerintah.

Akhirnya, jika pemerintah dan peritel memang bersikukuh menarik biaya untuk setiap lembar kantong plastik, sebaiknya dibuat mekanisme yang membuat konsumen percaya bahwa Rp 200,- yang mereka keluarkan tidak digunakan untuk memperbesar keuntungan si peritel.

Peritel juga bisa memberikan diskon khusus bagi konsumen yang membawa kantong sendiri ketika berbelanja sebagai bentuk apresiasi atas kepedulian konsumen pada lingkungan. Jika selama ini mereka sanggup memberi diskon bagi konsumen yang menjadi member di tokonya atau konsumen yang berbelanja menggunakan kartu kredit tertentu, maka seharusnya mereka juga sanggup memberi diskon pada konsumen yang membawa kantong sendiri. Hitung-hitung sebagai pengganti kantong plastik yang seharusnya mereka berikan cuma-cuma pada konsumen.

Bicara paper bag, saya biasa menyerahkan sebagian hasil pekerjaan pada klien dalam satu kantong kertas khususnya untuk pekerjaan penggandaan DVD dengan jumlah minimal 10 set. Harga 1 pak paper bag yang saya beli ada di kisaran Rp 12.000 dengan isi 12 kantong.

Peritel juga bisa mulai menyediakan kantong kertas (paper bag) seperti yang sudah lama dilaksanakan beberapa toko, satu yang saya tahu adalah The Body Shop. Seingat saya sejak pertama menjadi pelanggan sekitar tahun 2001, produk-produk Body Shop dikemas dalam kantong kertas. Namun masalah dengan kantong kertas adalah kekuatannya. Kantong kertas tidak sekuat kantong plastik saat kita membawa barang-barang berat.

Nah, untuk mendukung program pemerintah tersebut, kenapa kantong kain itu tidak digratiskan selama beberapa waktu? Mungkin ada 1-2 konsumen yang curang dengan belanja berkali-kali supaya dapat kantong gratis, tapi itu bisa dicegah dengan pendataan. Konsumen wajib menunjukkan kartu identitas untuk kemudian diperiksa di database apakah sudah pernah menerima kantong kain atau belum.

Karena niat pemerintah adalah untuk mengurangi limbah kantong plastik, semua pihak harus mulai berupaya mengurangi penggunaan kantong plastik. Peritel misalnya, bisa mulai dengan penyediaan kantong dari bahan lain. Saya tahu memang beberapa peritel sudah sejak lama menyediakan kantong berbahan kain - yang sayangnya tidak gratis.

Sekarang gini, selama ini pihak toko selalu memisahkan belanjaan makanan dengan non-makanan, keduanya ditempatkan dalam kantong yang berbeda sehingga konsumen paling sedikit membawa 2 kantong plastik - meski nilai belanjanya relatif tidak seberapa. Di sini konsumen setidaknya sudah dikenai 2 x Rp 200.

Ataupun lagi, mungkin saja pihak toko hanya bertugas menarik biaya kantong plastik di mana seluruh uang tersebut akan disetorkan ke pemerintah, siapa yang bisa menjamin tidak akan ada kecurangan? Saya yakin pembelian kantong plastik tidak dihitung per lembar sehingga penggunaannya agak sulit dicatat sementara biaya yang dibebankan pada konsumen dihitung per lembar kantong.

Atau jikapun ongkos produksi 1 buah kantong plastik memang Rp 200,- dan toko - katakanlah - tidak mengambil untung sesen pun, pada dasarnya mereka sudah menikmati keuntungan karena laba yang mereka dapat dari barang-barang yang kita beli tidak berkurang saat mereka memberi kantong plastik kepada kita, apalagi kantong plastik bukan barang yang bisa busuk, bisa distok sampai kapan pun.

Para pelaku usaha ritel, kata Roy, sangat mendukung langkah ini. Adapun tujuannya adalah untuk mengurangi limbah kantong plastik dan bukan untuk membebani masyarakat.

"Pak Jokowi yang melaunching uji coba kantong plastik berbayar dalam rangka Hari Peduli Sampah Nasional 2016," ujar Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mande seperti dikutip dari Liputan6.com.


Pakai Kantong Plastik di Minimarket kini tak lagi gratis | tas spunbond grosir



Program diet plastik ini telah dilaunching oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya. Dan diantara tarif yang paling murah yakni Kota Surabaya yang hanya Rp.200 saja. “Sebetulnya ini bukan soal mahal atau murahnya. Tapi yang terpenting adalah message-nya, yaitu melatih masyarakat untuk malakukan diet plastik. Untuk di Surabaya kami pakai ketentuan per plastik Rp 200.

 Jadi setiap belanja kalau mau pakai plastik (tas kresek, Red) harus nambah biaya itu,” ucap Walikota Surabaya, Tri Rismaharini dalam peluncuran diet plastik di Surabaya sebagaimana diberitakan Radar Surabaya, 22 Pebruari 2016.

Terhitung mulai tanggal 21 Februari 2016 bahwa penggunaan Kantong Plastik di supermarket, minimarket dan hypermat tidak lagi gratis. Program yang ditetapkan bersamaan dengan Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional ini rencananya diterapkan di 22 kota dan 1 provinsi di Indonesia. Harga per kantong plastik bervariasi mulai dari Rp. 200 hingga Rp.5.000 setiap kantong plastik. Ide ini didengungkan seiring dengan kesadaran kepedulian lingkungan yakni diet plastik

Meski murah, Risma mengaku yakin bahwa kampanye diet plastik ini akan berhasil di Kota Pahlawan. “Masyarakat Surabaya itu cerdas, kok. Kalau dia belanja minta lima plastik kan sudah nambah seribu biayanya.

 Jadi bukan perkara mahal atau murahnya, tapi mindset-nya untuk mulai membawa kantong belanja sendiri waktu berbelanja yang tidak berbahan plastik. Kalau nggak cerdas, nggak mungkin Surabaya bisa seperti sekarang,” tutur Walikota Perempuan Kota Surabaya yang menjabat 2 periode ini.



tas spunbond grosir












1 komentar: