Selasa, 14 November 2017

Si goni bekas pun menjadi lebih bernilai

Kerajinan berbahan dasar karung goni | goodie bag murah

goodie bag murah


Rahmawati mampu meraih pendapatan sekitar Rp 20 juta dalam waktu 5 hari saat pameran Inacraft 2011 lalu. Rahmawati berencana membangun rumah karung di Jakarta tahun ini. "Pasar di Jakarta lebih bagus ketimbang di Surabaya, karenanya saya berniat untuk membangun toko dan workshop di Jakarta," ujar Rahmawati.

Rahmawati membutuhkan bahan baku 100 karung goni dengan harga Rp 10.000 per helai untuk kebutuhan sepatu. Saat ini, Rahmawati memang tidak mengalami kesulitan untuk memperoleh karung goni. Tapi ia mengaku keberatan dengan harga karung goni yang mahal. 

Harga sepatu goni buatannya Rp 150.000 per pasang. Sedangkan harga taplak meja Rp 75.000 hingga Rp 250.000 untuk ukuran 3 meter dan tas atau tempat tisu senilai 
Rp 50.000. 

Rahmawati dan empat pegawainya memproduksi 100 pasang sepatu setiap dua pekan. Ia membuat masing-masing satu taplak, tempat tisu, dan tutup galon setiap hari. 

Sebelum mengolah goni menjadi sepatu, Rahmawati merendam goni ini dalam air selama satu hari untuk melepaskan serabut-serabut goni. "Setelah direndam, dikeringkan dan dijahit manual sesuai dengan model," kata ibu tiga putra ini. 

Jadi membutuhkan waktu 10 hingga 15 hari untuk membuat satu kaligrafi yang harga jualnya Rp 800.000. "Harganya memang cukup mahal, sebab butuh kesabaran tinggi untuk membuatnya," paparnya. Tak hanya di Boyolali, kaligrafi buatan Jadi sudah sampai ke Jakarta, Bandung, dan Makassar. Dalam sebulan ia mendapatkan pesanan empat kaligrafi. 

Meski gampang dicari, tidak semua kain goni bisa menjadi bahan baku. "Untuk membuat sepatu, biasanya menggunakan kain goni yang tipis agar mudah dibentuk," jelas Rahmawati. 

Jadi Suryanto lebih banyak menggunakan cara penyemprotan karena dengan cara itu ia bisa menggabungkan banyak warna. Proses selesai, batik karung goni sudah jadi dan tinggal dimasukkan dalam pigura. 

Ada dua cara pewarnaan, disemprot dan dicelup. Pewarna batik remasol dimasukkan dalam alat semprot dan mulailah penyemprotan. Adapun, pencelupan dilakukan dengan merendam karung goni di larutan remasol. 

Jadi, membuat pola kaligrafi pada ukuran 60 x 80 cm. Setelah pola jadi, si goni baru dibatik dengan canting di depan dan di bagian belakang. "Lalu, malamnya dilorot di air mendidih dan diwarnai lagi," kata Jadi. Melorot adalah kegiatan menghilangkan malam yang melekat pada kain. Kaligrafi selesai, tinggal mewarnai wilayah di seputar kaligrafi. 

Lain lagi cerita Jadi Suryanto, perajin kaligrafi kain goni. Saat membatik kaligrafi di atas kain, ia terpikir membatik kaligrafi di atas karung goni bekas bungkus beras. "Tapi saya kesulitan karena karung goni penuh pori kasar. Apalagi serat kerap bermunculan di tubuhnya," kata pria berusia 29 tahun ini. Alhasil, ketika menggurat garis kaligrafi dengan canting ia harus sering berhenti untuk melewati pori dan meneruskan ke pori berikutnya.

Ia menilai bahan karung goni ini memiliki persamaan dengan sepatu Cross berbahan kain kanvas. "Kerapatan kainnya sama sehingga cocok untuk dibuat sepatu," kata Rahmawati. 

Ternyata, respon pasar di Surabaya cukup bagus. Dagangannya yang laris manis, membuat Rahmawati kian percaya diri mengembangkan usaha sepatunya. 

Ide bisa muncul tiba-tiba dari sebuah keresahan. Melihat tumpukan karung goni bekas yang tak terpakai di sekitar rumahnya, Rahmawati tergerak menciptakan kerajinan berbahan dasar karung goni tersebut. Niat ini makin kuat ketika Rahmawati melihat tingginya minat masyarakat menggunakan produk daur ulang. 

Ketika Rahmawati memulai usaha kerajinan dari karung goni September 2010, sepatu Cross sedang naik daun. Ia pun terpikir membuat sepatu dari bahan dasar karung goni. "Kemudian coba saya buat sepatu dengan model mirip seperti Cross," kata pemilik Fazle Craft ini. 

Karung goni tak cuma pembungkus beras atau cabai yang jika sudah dipakai nilai gunanya akan turun. Para perajin kreatif menggunakan bahan baku goni ini untuk membuat sepatu, taplak, hingga kaligrafi yang harganya bisa mencapai Rp 800.000 per unit. 

Kerajinan Tangan dari Karung Goni | goodie bag murah



Pemakaian bahan dari kain goni untuk kepentingan interior saat ini makin banyak didapati, dari mulai tirai, hiasan lampu, hiasan kaligrafi, untuk susunan kursi serta ada banyak lagi. Umumnya yang memakai bahan goni untuk interior dari desainer asal Eropa atau Amerika hal semacam ini lantaran semangat mereka untuk mempromosikan GO Green, memakai kain goni juga sebagai pengganti pemakaian plastik.

Untuk dipakai juga sebagai bahan pembuatan tas, sepatu, hand bag, tote bag, dompet, camera case, pencil case. Di bagian dalam mesti dilapis dengan kain yang lebih lembut, lantaran kain goni mempunyai struktur sangatlah kasar. di bagian luar dapat digabungkan dengan kain printing atau diberi pernak-pernik untuk memperindah tas/dompet itu.

Pemakaian kain goni untuk kerajian serta fashion diantaranya untuk tas, taplak meja, sepatu, dompet boneka dan sebagainya. Sedang dalam interior bisa dipakai untuk tirai cendela, hiasan lampu, kursi serta ada banyak lagi.

Sebelum kita mengulas kerajinan apa sajakah yang dapat kita buat dari kain goni/karung goni, alangkah baiknya kita ulas dahulu sejarah dari kain goni ini. Awal mulanya kain goni terbuat dari bulu kambing, ada pula yang terbuat dari serat jute. Serat jute ini terbuat dari kulit batang pohon bast fibre. Diluar itu ada pula yang terbuat dari serat rosella. Karung goni yang terbuat berbahan serat rosela, kuat lantaran ditenun menggnuakan bahan dasar serat yang tidak tipis hingga tak gampang putus.

 Ragam Kerajinan Tangan | Pasti kita telah tak asing lagi dengan kain goni/karung goni, kain yang terbuat dari benang besar serta mempunyai struktur kasar. Manfaat paling utama dari kain goni ini yaitu untuk kantong atau karung, banyak kita temui dipakai untuk menaruh biji-bijian, paket untuk beras, gula, serta hasil panen. Selain untuk karung, ternyata kita dapat juga memakai kain goni untuk kerajinan.

Uniknya Beragam Kerajinan Karung Goni Asal Sukabumi  | goodie bag murah



Produk UKM kerajinan karung goni dari Kadudampit ini sudah merambah hampir ke semua wilayah di nusantara, di antaranya Jakarta, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Yogyakarta, Bali, dan Lombok. Lokasi pemasaran produk UKM tersebut biasanya di sejumlah lokasi wisata yang banyak didatangi turis asing dari mancanegara. 

Karung goni dipilih sebagai bahan utama pembuatan produk terang Iwan karena dinilai unik dan mempunyai kekuatan. Untuk membuat kerajinan karung goni, Abah Iwan memberdayakan warga di sekitar tempat tinggalnya. Terutama kalangan ibu-ibu dan bapak-bapak.

Contohnya pelaku usaha yang memanfaatkan barang bekas atau limbah yang sudah tidak terpakai yang diubah menjadi produk bernilai jual tinggi. Kreativitas tersebut misalnya dilakoni Abah Iwan atau sering disebut Abah Goni (60 tahun) di Kampung Cijagung Paninengan RT 31 RW 08, Desa Gedepangrango, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi.

Sosok tersebut mengolah barang bekas karung goni. Bahan karung goni yang sebelumnya dipakai untuk membawa beras maupun kacang kini diubah menjadi kerajinan berbagai macam produk. Misalnya menjadi bahan utama pembuatan tas ransel, tas rajut, rompi, celana, gelang, dan topi. 

 Perkembangan usaha kecil dan menengah (UKM) di Kabupaten Sukabumi terus menggeliat. Salah satunya ditunjukkan dengan makin banyaknya produk UKM yang mengandalkan kreativitas pelaku usaha.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar