Rabu, 22 November 2017

Anyaman Lontar Takalar Rambah Pasar Mancanegara

Anyaman serat lontar karya tangan para perajin | goody bag murah


goody bag murah


Untuk ke Spanyol, kelompok perajin itu memasarkan hiasan tutup lampu, sedangkan peci ke Brunei, dan aneka cinderamata ke Jepang.

Anyaman serat lontar karya para perajin Takalar ini pernah mendapatkan penghargaan dari Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, dan terakhir dari Pertamina Awards untuk kategori mitra unggulan pemberdayaan masyarakat dijadwalkan diserahkan pada 14 Desember ini.

Andi dan kelompoknya biasanya menjual sebuah peci dengan harga sekitar Rp75.000, sedangkan untuk produk anyaman lainnya antara Rp100.000 hingga Rp300.000. Dalam sebulan omset “Hidayah Art & Craft” mencapai kisaran Rp35 juta hingga Rp50 juta.

Potensi pasar anyaman serat lontas di dalam negeri sebenarnya sangat besar, terutama ketika menjelang Ramadhan, sedangkan untuk pasar luar negeri “Hidayah Art & Craft” mengirimkannya setiap tiga bulan sekali.

Perajin yang terhimpun dalam wadah pembinaan kelompok hubungan kemitraan—bukan antara majikan dan bawahan—ini beranggotakan 124 orang dari 8 kelompok perajin di 5 desa di Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar.

Menurut Andi, anyaman serat lontar merupakan produk asli buatan tangan yang diproses secara tradisional dan tanpa menggunakan mesin, maka tak heran apabila sebuah peci berkualitas tinggi memerlukan pengerjaan sekitar tiga hari.

Namun, seiring berjalannya waktu, kerajinan itu kemudian dikembangkan menjadi berbagai produk seperti tas, kipas, topi, tutup saji, dan aneka cinderamata, kata Andi dalam satu pameran di Jakarta, Kamis (8/12).

Usaha ini, kata Andi, berawal dari pengembangan ekonomi pedesaan yang dibentuk pada 2007, sebagai wadah menghimpun para perajin yang bertujuan pada peningkatan kualitas dan kuantitas produk, pendapatan, serta kemajuan usaha.

Anyaman serat lontar karya tangan para perajin dari lima desa di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, ternyata sudah menembus pasar mancanegara.

Serat lontar yang dibentuk menjadi berbagai produk fesyen dan cinderamata dengan brand “Hidayah Art & Craft” itu telah dipasarkan hingga Spanyol, Brunei, dan Jepang.

Menurut pemimpin “Hidayah Art & Craft” Andi Rahman Sulaiman (54), anyaman serat lontar awalnya hanya dibuat songkok guru/songkok to bone yang biasanya dikenakan khusus pada acara adat Bugis Makassar.

Bisnis Dompet dan Tas Berbahan Kulit Ikan Pari Menjanjikan | goody bag murah



Ia mengaku sudah mencoba mencari tambahan tenaga kerja untuk proses produksi, seperti penyamakan kulit hingga pembuatan desain dan menjahit. "Sudah mencari ke mana-mana, tetapi masih sulit mendapatkannya," ujarnya. Saat ini, katanya, usaha kerajinan itu mempekerjakan tiga orang dengan kemampuan produksi sekitar 200 buah per bulan. "Saya kini sedang melayani pesanan dalam negeri saja, sedangkan sebelumnya sempat ekspor ke Swiss dan Belgia," katanya.

Namun, ia mengalami kesulitan untuk mencari tambahan tenaga kerja guna meningkatkan produksi kerajinan tersebut. "Saya kesulitan mencari tenaga kerja karena harus melatih terlebih dahulu dari nol sehingga membutuhkan waktu lama," kata Wawan.

Hingga saat ini, Wawan mengaku tidak mengalami kesulitan untuk mendapatkan pasokan bahan baku berupa kulit ikan pari yang diperoleh dari Jepara, Jateng. Harga bahan baku sekitar Rp 90 ribu per lembar dengan ukuran tujuh inci.

Ia juga mengaku membuat produk lainnya, seperti ikat pinggang dan tas yang bahkan pemasarannya sempat sampai luar negeri.

Produk kerajinan berupa ikat pinggang dijual dengan harga sekitar Rp 700 ribu per buah dan tas antara Rp 700 ribu hingga Rp 4 juta, tergantung ukuran dan kualitasnya.

"Saya melayani permintaan pasar rata-rata 200 hingga 300 buah dompet per bulan. Jumlah sesuai dengan kemampuan produksi," kata Wawan yang menggeluti bisnis itu sejak 2008 di Boyolali, Kamis (26/11).

Seorang perajin yang juga warga RT08/RW02 Desa Sambon, Wawan Purnomo (46 tahun) mengaku saat ini sedang melayani permintaan dari beberapa kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, dan beberapa kota besar di luar Pulau Jawa.

 Produk kerajinan berupa dompet berbahan baku kulit ikan pari dari Desa Sambon, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah mampu menarik minat pembeli dari berbagai kota.

Volume Sampah di Sleman Meningkat | goody bag murah



“Baru terolah 1/8 dari total 2300 meter kubik. Cara paling sederhana gunakan tas ramah lingkungan, bawa tas sendiri saat belanja. Setidaknya ini bisa mengurangi penggunaan tas kresek. Target nasional kita Indonesia bersih sampah pada 2020,” katanya.

Tentang pengelohan sampah yang baru 319,5 meter kubik perlu penanganan lanjut. Hal paling utama adalah mengurangi angka produksi sampah. Seperti mengurangi penggunaan plastik, hingga daur ulang.

Untuk pengelolaan sampah Muslimatun berpegang pada Perda Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Adapula Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengolahan Sampah. 

Juga Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012. “Pengolahan sampah itu harus terintegrasi dari gunung, sungai, pantai sampai laut. Satu kesatuan yang sangat penting. Jika dihulu menumpuk sampah, pasti akan berimbas pada hilirnya,” ujarnya.

Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun berharap gerakan sadar lingkungan terus bergulir. Baik itu membuang sampah pada tempatnya hingga pemanfaatan daur ulang. Dirinya meyakini kedua strategi ini akan berjalan dengan optimal.

Dia mencontohkan pengolahan sampah plastik. Dalam peringatan ini dihadirkan beragam karya daur ulang. Mulai dari tas, pernak-pernik, minatur kendaraan hingga bahan bakar minyak. 

Semuanya diolah memanfaatkan bahan baku sampah plastic. “Berdasarkan data kami, PSM berkembang efektif di wilayah pinggiran. Kalau untuk perkotaan Sleman pengolahan sampah sudah optimal. Sinergi ini yang membantu kami (DLH) untuk mengatasi sampah selama ini,” ujarnya.

Purwanto menuturkan kelompok swadaya ini jauh lebih efektif. Ini karena dampak pengolahan terasa secara langsung. Tergantung keaktifan dan kepedulian warga akan lingkungannya. Bahkan dengan pemberdayaan optimal dapat menjadi nilai ekonomi tinggi.

“Jika mengandalkan pengangkutan memang belum optimal. Maka dari itu kami mengajak masyarakat mengolah sampah melalui Pengolahan Sampah Mandiri (PSM). Wujudnya bisa menjadi barang nilai ekonomi atau seperti bank sampah,” jelasnya dalam perayaan Hari Sampah Nasional kemarin (24/2).

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sleman Purwanto menuturkan peningkatan sampah diakibatkan angka konsumi yang melonjak. Hal ini tentu berimbas pada residu sampah harian. Terutama pada sampah rumah tangga di setiap lingkungan masyarakat.

Sampah masih menjadi masalah besar yang harus dipecahkan di Sleman. Dari total 2300 meter kubik sampah per hari, baru 319,5 meter kubik yang disalurkan ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS). Rata-rata sampah yang tidak terangkut berada di daerah pinggiran.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar