Kamis, 08 Juni 2017

Tas spunbond: Meraup berkah dari berbagai hajatan

Aneka hajatan keluarga atau pun seminar menjadi ladang rezeki bagi pengusaha tas berbahan spunbond |  goodie bag murah




 goodie bag murah


Kini Choerozak memiliki satu pelanggan rutin, suatu percetakan di Jakarta, yang rutin memesan 2.000 tas setiap bulan. Dari pengalaman Choerozak, order dari kota-kota di luar Jawa juga kerap datang dalam partai besar.

Oh, iya, margin dari usaha pembuatan tas spunbond berkisar 40%–50%. Jadi, apabila Anda punya omzet 15.000 tas per bulan, dengan harga tas Rp 4.000, berarti keuntungan bersih yang bisa Anda kantongi berkisar antara Rp 24 juta sampai Rp 30 juta per bulan.

Selain mengandalkan pemasaran online, Choerozak juga tetap melakukan pemasaran langsung antara lain ke kampus-kampus di Semarang. Kampus-kampus ini mengorder tas untuk keperluan wisuda. “Pesanan untuk wisuda biasanya berkisar 200 hingga 700 tas.”ujar dia.

Saat ini fokus pemasaran Choerozak mencakup Jakarta, Kalimantan, dan Sumatra. “Jakarta pasar yang potensial karena orang malas keluar rumah karena macet,” ujar dia. 

Choerozak juga tak ragu mengandalkan spunbond. Ia mengaku, produk semacam tas suvenir memiliki titik jenuh. Untuk mengantisipasi situasi itu, Choerozak berancang-ancang membuat produk baru. 

Ia bermaksud membuat perlengkapan medis, seperti baju untuk dokter bedah, dari spunbond. Agenda lain Choerozak adalah membuat tas untuk buah. ”Karena kemasan berbahan bambu mahal saat ini,” tutur Choerozak.

Spunbond bisa menjadi bahan baku berbagai produk karena berat kain itu bervariasi, mulai dari 40 gram hingga 200 gram. Choerozak memakai kain dengan berat antara 75 gram hingga 100 gram untuk tas.  Sedang pemain lain rata-rata memakai kain spunbond 40 gram hingga 50 gram agar bisa menjual lebih murah.

Kondisi serupa juga dialami Choerozak. Kapasitas produksinya kini berkisar 1.500 hingga 2.000 tas per  minggu.  Jika ada pesanan tambahan, ia bisa menggarap order yang jumlahnya 100 hingga 500. Apabila sudah kewalahan, Choerozak akan melempar order itu ke koleganya yang lain, selama waktu pengerjaan dan pengiriman memungkinkan. “Jika waktu pengerjaan dan pengiriman sulit dipenuhi, terpaksa ditolak,” ujar Choerozak.

Maryati menilai, prospek usaha tas kain spunbond masih cerah. Alasan dia, spunbond sedang populer sebagai kain yang ramah lingkungan. Pangsa pasarnya pun masih terbuka lebar bagi pemain baru. “Asal niat dan punya tekad, pasti bisa usaha tas ini,” tutur Maryati.

Order pertama yang diterima Maryati datang dari Bengkulu sebanyak 500 tas. Saat ini omzet penjualan Maryati mencapai 15.000 buah per bulan. Pelanggannya datang dari berbagai kota seperti Jakarta, Palembang, Padang, Sulawesi, Bali.

Kebanyakan pesanan yang diterima Maryati adalah tas promosi dan tas undangan pernikahan. Ia membanderol tas kain spunbond antara Rp 4.000 hingga Rp 5.000 per buah, dengan minimum order 100 buah. 

Maryati mengaku kewalahan menangani pesanan yang masuk. “Ini ada pesanan untuk 7.000 tas yang belum dijahit. Saya perlu kejar-kejaran dengan waktu pengiriman,” ujar dia.

Saat mengawali usahanya, tahun 2011, Choerozak hanya memiliki satu mesin jahit sendiri dan satu mesin jahit pinjaman. Awalnya, usaha ini ditangani oleh sang istri karena Choerozak masih berstatus karyawan swasta. Namun setelah order semakin banyak, Choerozak ikut terjun langsung menangani bidang pemasaran dan pengiriman barang. Adapun sang istri menangani bagian produksi. Bahan kain spunbond diperoleh Choerozak dengan membeli langsung di Semarang. Kini, ia memiliki 15 mesin jahit, mesin sablon, dan empat orang tukang potong pola dan dua orang tukang sablon.

Meski terhitung usaha berskala rumahan, order yang datang kerap dalam partai besar. Jika Anda menggunakan jurus pemasaran online, order bisa datang dari berbagai kota di Indonesia. Lihat saja kiprah Maryati yang memasarkan tas buatannya di situs maryabarokah.com. Adapun Choerozak memakai situs taskainspunbond.com sebagai etalase. 

Kisah Choerozak memulai usaha pembuatan tas spunbond tidak jauh berbeda. Ia juga mempekerjakan tetangga. Kebetulan, di sekitar rumah Choerozak banyak ibu rumah tangga yang pernah bekerja di pabrik garmen. Mereka berhenti dari pabrik, setelah memiliki anak. “Saya pinjamkan mesin jahit ke mereka dan memberi ongkos jahit Rp 600 per buah,” tutur Choerozak.

Jangan Anda bayangkan pelaku usaha tas kain ini sudah pandai menjahit saat memulai usahanya. Maryati malah mengaku tak memiliki sendiri mesin jahit, saat memulai usaha pada tahun 2010. Pertama kali mendapatkan order, Maryati memesan ke produsen lain.

Setelah berjalan dua bulan, baru Maryati memproduksi sendiri. Karena tidak mahir menjahit, Maryati mengerahkan tetangganya yang sudah  bisa menjahit dan memiliki mesin jahit. Ongkos jahit yang harus dia keluarkan antara Rp 30.000–Rp 40.000 per 100 tas. Jika model tas terhitung sulit, ongkos jahit bisa menjadi Rp 700 sampai Rp 1.000 per potong. Kini Maryati memiliki 18 mesin jahit dan empat orang karyawan tetap yang bertugas memotong pola tas serta kegiatan finishing dan mengemas tas.

Selain untuk tas, spunbond merupakan bahan baku masker sekali pakai. Spunbond populer sebagai bahan goody bag karena harganya yang lebih murah dibanding dengan kain atau plastik lain. Keunggulan lain dari kain kapas ini adalah bisa didaur ulang. Bebas racun, tahan bahan kimia, dan mudah dibentuk merupakan alasan lain mengapa spunbond kerap digunakan sebagai bahan pembuat tas.

Keberadaan berbagai acara keluarga, perusahaan ataupun komunitas, menimbulkan kebutuhan terhadap tas berbahan spunbond. Peluang ini digarap Maryati di Ploso, Jati, Kudus, Jawa Tengah. Mukadlotul Chierozak di Grobogan, Jawa Tengah, juga berbisnis serupa. Meski berlokasi di daerah, mereka mampu menjangkau pembeli di Jakarta maupun kota-kota luar Jawa dengan pemasaran online.

Setiap peristiwa penting dalam keluarga biasanya diperingati dengan mengundang saudara, tetangga, hingga kerabat jauh. Nah, si empunya acara biasanya ingin memberikan bingkisan bagi tamu-tamunya. Jika kemasan bingkisan tersebut unik tentu akan memberikan kesan mendalam bagi penerima.

Nah, membuat kemasan bingkisan yang praktis dan mudah dibawa inilah yang dibidik sebagai peluang usaha oleh para pengusaha tas berbahan spunbond. Mungkin Anda sudah paham, spunbond adalah jenis kain terstruktur yang datar, seperti jaring, yang tidak dibuat melalui proses tenun. Sering juga disebut kain kapas atau pur kertas, kain ini dibikin dengan ikatan serat secara mekanik, termal, atau proses kimia.

Aneka hajatan keluarga atau pun seminar menjadi ladang rezeki bagi pengusaha tas berbahan spunbond. Pelaku usaha sering  kewalahan menangani pesanan yang masuk.

Menenteng peluang goodie bag pesta ulang tahun |  goodie bag murah


Dalam sehari, dia bisa menjual minimal 50 tas dengan harga rata-rata Rp 50.000. Diperkirakan Mala bisa meraup omzet 2,5 juta per hari atau sekitar Rp 75 juta per bulan.

Pelaku usaha lainnya adalah Denny Chan yang mengusung brand Alenagift di Tangerang. Sejak pamor goodie bag mencuat, ia pun turut menekuni usaha ini.

Ada berbagai goodie bag yang dijual, seperti goodie bag ulang tahun, goodie bag karakter kartun, goodie bag tas kubus dan lainnya. "Bahan goodie bag ada dari kain, mika, kanvas dan parasut," ujar Aurelia, Staff Marketing Alenagift. Dalam sebulan, Alenagift bisa menjual minimal 30 goodie bag dengan omzet Rp 5 juta-Rp 6 juta.         

Dalam waktu tiga hari, dia bisa membuat 24 buah tas goodie bag. "Prosesnya tidak sulit, karena sudah ada cetakannya," ucap Mala kepada KONTAN.

Mala mengaku, konsumennya datang dari berbagai kota, seperti Jakarta, Bandung, Kalimantan, dan Sulawesi. Bahkan ada juga dari luar negeri seperti Malaysia, Australia dan Singapura. Dia menjual goodie bag mulai Rp 30.000-Rp 97.000 per pieces.

Sampai saat ini, Mala sudah memproduksi berbagai macam goodie bag. Di antaranya tote bag, horizontal tote, handbag tote, handmade tote tas katun, goodie bag kanvas, goodie bag handmade, goodie bag baju, goodie bag keranjang, dan lain-lain.

Pembuatan goodie bag sendiri menggunakan bahan katun dan water proof. Aneka goodie bag itu ia desain dengan packaging menggemaskan.

Terlebih, penggunaan goodie bag sebagai suvenir ultah anak kini sedang menjadi tren. Peluang inilah yang ditangkap para perajin goodie bag. Di tengah tingginya permintaan, mereka pun berlomba menyuguhkan aneka goodie bag unik di pasaran.

Salah satu pemainnya adalah Mala Alfauziawati, pemilik Natural Handmade di Bandung, Jawa Barat. "Sekarang goodie bag banyak dipesan buat event seperti ulang tahun, sunatan, atau lainnya," ujarnya.

Merintis usaha sejak 20013, Mala baru memasarkan goodie bag sekitar tahun 2006 karena adanya pemesanan suvenir dari saudaranya. "Awalnya saya fokus membuat taplak meja, bantal atau perlengkapan dekorasi interior rumah," ujarnya.

Apalagi jika mendapat bonus pujian dari orang tua teman-temannya dan mendapat predikat pesta ulang tahun keren dan tak terlupakan. Itulah pentingnya persiapan matang.

Mulai dari menentukan tema pesta, merancang dekorasi dan properti pesta, mengatur flow acara, hingga membuat dessert table menggemaskan. Dan, yang tak kalah pentingnya adalah menyiapkan goodie bag ideal.

Saat hendak merayakan ulang tahun (ultah) anak, pastinya ada kehebohan yang diikuti perasaan harap-harap cemas. Maklumlah, sebagai orang tua, tentu Anda ingin memastikan pesta ultah buah hati Anda berjalan sukses.  


Menyulap karung goni menjadi produk bernilai jual |  goodie bag murah



Konsumen Krisna tersebar di berbagai daerah, seperti Bali, Jakarta, Malang, dan beberapa kota lain. Khusus di Bali dan Yogyakarta, ia sudah memiliki pelanggan yang biasa memesan dalam jumlah banyak.

Bahkan, tak jarang pelanggan tersebut mengekspor produknya ke sejumlah negara, seperti Amerika Serikat. "Yang pasti, saat ini, permintaan produk ini sangat tinggi di pasar," ujarnya. Dalam sebulan Krisna mampu memproduksi 2.000 pieces produk, dengan omzet mencapai puluhan juta per bulan. Untuk mengembangkan usahanya, ke depan Krisna juga ingin membuat benda-benda baru dengan ragam inovasi desain.   

Di bawah bendera usaha Innside, kini ia memproduksi aneka produk berbahan goni. Di antaranya alas makan, wallpaper untuk dinding, tempat majalah, goodie bag dan masih banyak lagi. Aneka produk ini dihargai mulai Rp 9.000 hingga 150.000 per pieces. "Produk paling mahal adalah wallpaper decor untuk dinding karena memerlukan bahan material karung goni cukup banyak," jelas Krisna.

Proses pembuatannya melalui beberapa tahap. Biasanya Krisna menyiapkan desain khusus yang kemudian disablon di goni tersebut. Bila ada perusahaan yang memesan dalam partai besar, desain sablon bisa dibuat khusus (custom), sesuai logo atau gambar yang diinginkan pemesan yang biasanya perusahaan.

Proses selanjutnya, bahan karung goni di potong sesuai pola benda yang ingin dibuat. Jika membuat tempat majalah, sebelumnya harus dibuat terlebih dahulu struktur dari kertas karton agar lebih kekar. Selanjutnya, karung goni itu disablon dan dijahit.

Untuk peralatan mesin jahit dan mesin sablon tidak perlu membeli baru karena sudah ada mesin yang selama ini dipakai buat memproduksi kaus sablon. Awal ia mencoba membuat kerajinan alas makan, seperti alas piring dan gelas.

Supaya tambah menarik dan unik, karung goni tersebut ditambah gambar-gambar sablon hasil desain Krisna sendiri. "Kebetulan saya hobi membuat desain gambar, jadi saya coret-coret sendiri," katanya.

Selama ini, fungsi karung goni kebanyakan hanya dipakai buat membungkus buah, sayuran, beras, dan lain-lain. Hal ini membuat kain dari serat natural ini kurang bernilai.
Namun, di tangan Krisna Fitriyanto, karung goni bisa dipoles menjadi kerajinan tangan berkelas. Pria asal Bantul, Yogyakarta ini mulai menekuni kerajinan berbahan dasar goni sejak tahun 2010.

Awalnya, ia fokus memproduksi kaus sablonan pada 2009. Setelah melihat keunikan karung goni, ia pun mendapat ide untuk memanfaatkan karung goni sebagai bahan kerajinan sablon. Untuk mewujudkan idenya itu, ia lalu membeli karung goni seharga Rp 100.000.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar