Senin, 12 Juni 2017

Konsumen Pilih Kembali Beli Kantong Plastik, Kan Cuma Rp 200 Saja, Kok. . .

Pemerintah memberlakukan kebijakan plastik berbayar bagi masyarakat | goody bag custom

goody bag custom



"Sempat mengalami penurunan, seringkali juga kami temui konsumen yang membawa kantong sendiri. Sepertinya kesadaran masyarakat mulai tumbuh, hanya momen Lebaran kembali meningkat penjualan (kantong plastik)," katanya.

Hal tersebut ditandai habisnya stok kantong belanja yang dijual di Farmers Market. Kantong atau tas belanja alternatif (daur ulang) diminati pengunjung Farmers Market, kendati harganya mencapai Rp 180.0000.

Namun pada momen Lebaran kembali melonjak angka penjualan plastik berbayar.

Manager Farmers Market Rizaldy N Tanfiari melalui Asisten Supervisor Fruit & Vegetable, Hadrawiah mengatakan sempat terjadi pengurangan pasca diterapkannya plastik berbayar tersebut.

Para kasir selalu menanyakan kepada konsumen apakah membawa kantong sendiri atau menggunakan plastik berbayar.

Sebagian besar tetap memilih menggunakan plastik yang disediakan di kasir supermarket, tempat mereka belanja, meski harus membayar Rp 200.

Pantauan Tribun Kaltim di beberapa pusat perbelanjaan di Balikpapan tak satu pun masyarakat yang belanja membawa kantong dari rumah.

Tujuannya agar konsumen membawa kantong sendiri dari rumah saat berbelanja sehingga bisa sampah plastik.

Sejak 21 Februari 2016, pemerintah memberlakukan kebijakan plastik berbayar bagi masyarakat yang belanja di pusat perbelanjaan maupun minimarket. Konsumen dikenakan pembayaran Rp 200 per kantong plastik.


Dikemukakan, sekitar 25 persen konsumen Hypermart telah sadar membawa kantong belanjaan sendiri. Dirinya sempat menyesalkan beberapa persepsi dari konsumen yang berpikir kantong plastik berbayar merupakan gagasan perusahaan untuk meraup keuntungan tambahan.

"Kalau tren di sini (Hypermart) fluktuatif, naik turun. Sejak diberlakukan Februari lalu hingga 2 bukan ke depannya penggunaan sempat turun signifikan," kata Manager on Duty Hypermaty Plaza Balikpapan, Andi Widayat saat ditemui Tribun.

Dari data Mei 2016 jumlah konsumen yang menggunkan kantong plastik berbayar mencapai 42.368 orang. Sementara naik pada Juni 51.870 orang, menurun pada Juli menjadi 50.489 orang.

Pantuan di Hypermart Plaza Balikpapan pun sama. Kebanyakan konsumen masih menggunakan kantong plastik berbayar.

Dari data, terjadi penurunan pembelian plastik dari Mei hingga Juni, namun meningkat lagi pada Juli bertepatan dengan momen Lebaran.


"Kantong belanja itu terbuat dari bahan karung goni berwarna coklat, selain fungsional dengan tampilan menarik membuatnya diminati banyak orang," ujarnya.

Salah seorang pengunjung yang enggan disebutkan namanya mengatakan selama ini masih menggunakan kantong plastik saat berbelanja ke supermarket.

"Pernah beli yang lain plastik tapi sering hilang kalau mau dipakai. Jadinya, balik lagi deh pakai plastik. Lagian cuma Rp 200 aja, kok," kata perempuan berhijab kepada Tribun.  

Nah, berarti cita‑cita menekan jumlah sampah plastik yang mengkhawatirkan saat ini masih jauh dari kenyataan. "Pertemuan terakhir kami dengan BLH, kantong plastik akan dinaikan harganya hingga Rp 5.000," katanya.

Dengan dilabeli harga Rp 200 dirasa terlalu ringan (murah). Banyak konsumen masih merelakan uangnya demi membawa barang bawaannya dengan kantong plastik.

"Kami tetap berharap semakin banyak warga yang sadar dengan membawa kantong belanjaan sendiri dari rumah. Kasir kami selalu menanyakan kepada customer saat bertransaksi," ujarnya.

Kendati demikian tak bisa ditampik dari diterapkannya plastik berbayar oleh pemerintah. Pendapatan yang diterima bertambah meskipun tak banyak.

"Padahal itu kan ketentuan dari pemerintah. Sebelumnya kantong plastik itu merupakan layanan dari kami untuk konsumen alias gratis," keluhnya.


Imbauan Plastik Berbayar tak Banyak Berpengaruh, Sehari 60 Ton Sampah Plastik Dibuang | goody bag custom



Ketika ditanya berapakah kira‑kira pengurangan sampah kantong plastik pasca -pemberlakukan kebijakan kantong plastik berbayar, Suryanto belum bisa memprediksi.

"Ini yang agak sulit. Tidak berani saya ngomong nanti asbun (asal bunyi) saya," ucapnya.

untuk Ratusan Mahasiswa
"Kalau sekarang kan karena tidak ada kekuatan memaksa sulit juga. Tapi bisa itu dihitung nanti. Mungkin dari total itu bisa turun sedikit tapi namanya kantong plastik kan tidak terlalu berat."

Meski demikian, jika nanti sudah diberlakukan PP‑nya secara masif barulah BLH menghitung.

Suryanto mengaku belum menghitung total sampah kantong plastik setiap harinya karena beratnya terlalu ringan jika dibandingkan sampah plastik besar seperti ember dan sejenisnya.

"Itu data dari orang Jepang yang ngitung. Bukan dari kita. Nggak mungkin bohong dia. Mereka metodologinya bagus," imbuhnya lagi.

"Walaupun sampah plastik itu belum dipisah, bukan hanya kantong plastik loh, tapi termasuk kursi plastik, ember plastik. Masa masyarakat tidak mau mendukung kotanya dikotori 60 ton plastik setiap harinya," ujar Suryanto.

Sedikitnya 60 ton sampah plastik diproduksi masyarakat Kota Balikpapan. Demikian dikemukakan Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Balipapan Suryanto kepada Tribun Kaltim, belum lama ini.

Pihak ritel sebenarnya mendukung hanya kadang sulit memposisikan diri, di mana peritel nasional tidak dapat melawan keputusan kantor pusat yang menetapkan harga plastik Rp 200.

Pemerintah memang tidak mau bersikap memaksa. Walikota masih meminta kesadaran dari pengusaha.

Dikemukakan, BLH memanggil pihak ritel untuk melaporkan perkembangan plastik berbayar.

Pemerintah sudah telanjur menetapkan harga Rp 200. "Kalau harga segitu, masyarakat Balikpapan lebih memilih beli lah. Tujuan utamanya untuk mengurangi plastik tapi yang orang lihat malah harganya. Lucu kan, " keluhnya.

"Itu terjadi karena kita tidak seragam menetapkan harga, tidak mengikuti SE Walikota makanya kita berharap mereka bisa ikut SE Walikota. Plastik berbayar ini bukan hanya untuk ritel modern, tapi juga pasar tradisional. Kita melihatnya ini bukan modern atau tidak modern, tapi bagaimana mengurangi plastik," ujar Suryanto.

Saat ini ritel modern memberlakukan harga Rp 200 per plastik sedangkan ritel lokal sesuai Perwali harga minimal Rp 1.500.

Menurut Suryanto terjadi penurunan keberhasilan penerapan kantong plastik berbayar pada ritel modern, seperti supermarket dan mal. Namun peritel lokal justru mengalami keberhasilan.

"Dampak diberlakukannya plastik berbayar terus terang belum signifikan, terutama karena harga yang terlalu murah. Kalau harganya Rp 5.000 mungkin orang mulai berpikir untuk beli plastik kompek, dan otomatis mereka membawa kantong belanjaan dari rumah. Jadi keengganan orang bawa tas itu karena murahnya harga plastik," begitu ujarnya ketika ditemui di ruangannya, Jumat (19/8/2016).

Menurut Sekretaris Dinas Kebersihan, Pertamanan, dan Pemakaman (DKPP) Kota Balikpapan Panti Suhartono, jumlah sampah plastik yang bersumber dari rumah tangga masih banyak.

Kebijakan kantong plastik berbayar ternyata belum berdampak signifikan terhadap pengurangan jumlah sampah plastik di Balikpapan.

Namun pengurangan itu masih menunggu Peraturan Pemerintah (PP) yang rencananya akhir tahun ini akan keluar.

BLH juga berencana mengurangi penggunaan kemasan makanan berbungkus plastik. Ia mencontohkan garam dulunya hanya dibungkus dengan kertas, tidak seperti sekarang yang menggunakan plastik.

Saat ini, BLH terus sosialisasi kebijakan plastik berbayar itu kepada seluruh peritel di Balikpapan. Di lain sisi ia juga mengakui pihaknya belum pernah melakukan sosialisasi di pasar konvensional serta lokasi‑lokasi lain.

Perda pelarangan penggunaan kantong plastik di Banjarmasin memiliki tingkat kesuksesan 90 persen, karena masyarakat membuat tas purun sebagai solusi pengganti plastik.

"Main paksa bisa. Kalau kita mau buat Perda dewan sudah mendukung kok. Kita ini tahu aja cuma Pak Wali masih meminta kesadaran. Kalau sudah sadar ngapain ada Perda seperti di Banjarmasin yang melarang toko sama sekali untuk menyiapkan plastik," tegas Suryanto.

"Baru sekitar 10 persen dari total sampah plastik. Kalau pengurangan itu ke BLH aja karena ritel itu kan laporannya ke sana. Kalau tonasenya saya kurang tahu karena tidak ngukur tonnya. Kan di TPA sendiri plastik itu masih jadi satu dengan sampah jadi susah ngukurnya," tandasnya. 

Ia mengetahui BLH selalu mengundang ritel secara berkala untuk melaporkan sampai sejauh mana dampak plastik berbayar berhasil mengurangi penggunaan plastik.

Sedangkan evaluasi, ia mengatakan tidak terlalu banyak mengerti sebab hal tersebut merupakan ranah dari BLH.

"Plastik berbayar ini kan masih berbatas juga nih. Hanya ritel‑ritel tertentu saja sementara pasar‑pasar konvensional kan belum. Justru di situ yang banyak seperti Pasar Klandasan, Pandan Sari, Rapak. Belum lagi warung‑warung seperti di Pasar Butun itu kan semua menggunakan plastik. Kita belum menyentuh kesitu tapi memang arahnya kesana semua nanti, bertahap," imbuh Panti.

"Harus berbuat nyata mengurangi sampah plastik dari sumbernya, dari rumah tangga. Itu yang saya imbau kepada masyarakat. Memberi motivasi kepada warga agar kalau berbelanja dapat membawa tas sendiri dari rumah untuk mengurangi penggunaan kantong plastik dari tempat belanja," tuturnya.

Namun pihaknya terus memberikan sosialisasi di kelurahan‑kelurahan bahwa masyarakat harus berubah mulai dari sekarang.

Di tempat pembuangan akhir (TPA) Panti memang masih melihat dominasi sampah plastik dibanding sampah organik. Plastik memang kerap digunakan untuk mengemas sampah sebelum ditaruh di TPA.


Tjiwi Kimia Percayakan Proses "Finishing" Tas Belanja kepada Warga Sekitar Pabrik | goody bag custom




"Tahap produksi tersebut membutuhkan proses finishing berupa penjilidan dan perekatan cover buku. KP hard cover memiliki lima kelompok mitra usaha yang mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 190 orang," katanya.

Sementara itu, KP Cetak menjadi jenis kemitraan ketiga untuk keperluan percetakan (offset) meliputi pencetakan cover dan plastik sheet. Kemitraan ini memiliki tiga mitra usaha, dan mampu menyerap puluhan tenaga kerja dari daerah Mojokerto, Surabaya, dan Gresik.

"Kami tentunya tidak melepas para mitra usaha begitu saja. Ini berkaitan dengan pemenuhan standar kualitas yang ketat dari perusahaan," ucap Sugiyanto.

Selain kantong belanja, Tjiwi Kimia juga melibatkan masyarakat untuk mengerjakan tahap akhir produksi hard cover buku.

Agar kualitas tetap terpelihara, Tjiwi Kimia menyediakan pelatihan, bantuan modal, selain tentunya juga bahan baku. Jenis KP yang dilaksanakan antara lain kantong belanja, hard cover, dan cetak.

Sugiyanto mengatakan, KP kantong belanja merupakan pekerjaan penyelesaian akhir dari pembuatan tas atau kantong belanja eksklusif yang meliputi pelipatan, pengeleman, hingga pemasangan tali.

"Secanggih apa pun mesin pabrik, tidak dapat sepenuhnya menggantikan detail dan kecermatan yang dihasilkan manusia. Beberapa produk yang kami hasilkan masih memerlukan penanganan secara manual, khususnya proses finishing," ujar perwakilan Humas TKIM, Sugiyanto, dalam keterangan tertulisnya, Minggu (9/10/2016).

Melalui program Kemitraan Proses (KP) kantong belanja, selain untuk meningkatkan kualitas produk TKIM, program ini juga bertujuan mendongkrak usaha kecil dan ekonomi masyarakat sekitar.

Unit Industri Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas yakni PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) melibatkan 1.400 warga yang tersebar di sekitar lokasi pabrik, meliputi 27 desa di 7 kecamatan seputar Kabupaten Mojokerto, Sidoarjo, dan Jombang untuk melakukan tahap finalisasi produk kertasnya.



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar