Senin, 19 Juni 2017

Mahasiswa UGM Kembangkan Biji Durian Menjadi Kantong Plastik

Penelitian mahasiswa UGM untuk pemanfaatan limbah | jual spunbond

jual spunbond



Pada sampel yang sudah menunjukkan lubang kecil pada permukaannya,” imbuh Annisa.

Annisa menyampaikan dari hasil penelitian tersebut terdapat indikasi dapat terurai dan kekuatan tarik pasltik sudah masuk rentang standar plastik pada umumnya. Plastik ini juga tahan terhadap suhu yang panas.

Kedepannya, hasil ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut, harapannya nantinya plastik berbahan biji durian bisa diproduksi massal. Sehingga bermanfaat bagi masyarakat luas dalam upaya menangani masalah sampah plastik.

Pada sampel yang sudah menunjukkan lubang kecil pada permukaannya,” imbuh Annisa.

Annisa menyampaikan dari hasil penelitian tersebut terdapat indikasi dapat terurai dan kekuatan tarik pasltik sudah masuk rentang standar plastik pada umumnya. Plastik ini juga tahan terhadap suhu yang panas.

Kedepannya, hasil ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut, harapannya nantinya plastik berbahan biji durian bisa diproduksi massal. Sehingga bermanfaat bagi masyarakat luas dalam upaya menangani masalah sampah plastik.

“Kualitas produk bagus, permukaannya rata dan tidak ada yang gosong. Akan tetapi ketebalannya masih kurang kecil masih kisaran 0,5-1 mm,” ungkapnya.

Dalam penelitian ini, mereka menggunakan sampel dengan berat 50 gram, yang terdiri atas LDPE, pati biji durian, MAH, dan inisiator. Dari 50 gram sampel tersebut dapat diproduksi lembaran bioplastik sebanyak 3-4 lembar dengan ukuran tiap lembar 13×13 cm.

Fajar menyampaikan mereka telah melakukan pengujian terhadap sampel bioplastik yang sudah jadi. Uji yang dilakukan meliputi uji kuat tarik dan elongasi, uji biodegradasi yaitu ditanam dalam tanah, uji difusivitas dalam air, uji Fourier Transform InfraRed (FTIR), dan uji Differential Scanning Calorimetry (DSC).

“Kami membuat 30 sampel untuk dicampurkan dan dicetak dengan menggunakan alat Laboplastomill dan Hot Press di LIPI Bandung,” imbuhnya.

Berikutnya, tepung yang dihasilkan dicampurkan dengan sejumlah bahan kimia tambahan. Antara lain Low Density Polyethylene (LDPE), kemudian Maleic Anhydride (MA), lalu inisiator (Perbutyl D dan Perbutyl Z). Pati biji durian divariasikan dengan masing-masing bahan tersebut dalam berbagai variasi.

Awalnya, biji durian direndam dalam air kapur selama dua sampai tiga hari, untuk menghilangkan getah dalam biji durian dan dijemur selama satu hari. Setelah kering, biji durian yang keras dipisahkan dari pati yang berwarna putih kecoklatan di bagian dalammnya dan mengolahnya menjadi tepung menggunakan alat penepung. Tepung tersebut lalu disaring dan dioven selama sekitar 30 menit untuk menghilangkan kadar airnya.

Fajar dan rekan-rekannya mulai melakukan penelitian bioplastik biji durian ini sejak pertengahan 2014, di bawah bimbingan dosen Prodi Teknik Kimia FT, Prof. Rochmadi. Langkah pertama dalam pembuatan bioplastik biji durian adalah mengolah biji durian kedalam bentuk tepung.

“Dengan memanfaatkan limbah biji durian ini dapat menekan biaya produksi pembuatan bioplastik ini,” jelasnya.

Kandungan pati biji durian termasuk tinggi, dengan kadar hampir 50 persen dari beratnya. Lebih tinggi dari kandungan pati dalam singkong yang berkisar 20 persen. Biji durian tidak hanya memiliki kadar pati yang tinggi. Namun, pemanfaatan biji durian sebagai bahan bioplastik juga mampu menekan keberadaan limbah biji durian. Karena hingga kini belum banyak masyarakat yang memanfaatkan limbah biji durian ini dan hanya dibuang begitu saja.

“Pati berfungsi sebagai pengisi pada campuran, agar kerapatan bioplastik menjadi tinggi sehingga meningkatkan kuat tarik plastik,” ujarnya.

Biji durian menjadi bahan yang kami pilih sebagai bahan pembuat plastik, karena biji durian memiliki sifat mudah terurai. Selain itu memiliki kandungan pati yang cukup tinggi.

Dalam rilis yang diterima pada Jumat (11/3/2016) , Ketua Pengembang Bioplastik Berbahan Biji Durian yakni Fajar Bayu mengatakan, ide mengembangkan bioplastik biji durian ini berawal dari keprihatinan mereka, terhadap penggunaan kantong plastik yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. Sementara fasilitas dan sistem pengelolaan sampah di Indonesia masih sangat kurang, sehingga banyak tumpukan sampah di berbagai tempat. Terlebih lagi, sebagian besar plastik  yang digunakan masyarakat terbuat dari bahan yang sulit terurai sehingga menimbulkan berbagai persoalan lingkungan.

Keenam mahasiswa tersebut yakni Fajar Bayu Prakoso, Andika Cahya Widyananda, Annisa Fakhriyah Rofi, Dyah Ayu Permatasari, Tedjo Pradipto, dan Adiyat.

Sebanyak enam mahasiswa Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (FT UGM) berhasil mengembangkan biji durian menjadi bahan pembuatan kantong plastik.


Pabrik Didesak Tak Lagi Produksi Plastik Sekali Pakai | jual spunbond



Ujang menambahkan beberapa produsen besar penghasil plastik telah menerapkan jenis plastik yang sanggup didaur ulang untuk beberapa kali. KLHK mengapresiasi beberapa pabrikan tersebut dan akan terus memantau apakah kegiatan ini terus berjalan seperti kesepakatan bersama.

“Berbagai barang dari plastik seperti sedotan, kantong plastik, garpu, sendok, wadah minum kopi, styrofoam, dan sebagainya adalah contoh produk yang diproduksi dalam jumlah banyak namun tidak mempunyai nilai lebih untuk di-recycle,” ungkapnya.

Tidak adanya proses daur ulang sampah untuk tipe sekali pakai membuat volumenya di tempat pembuangan akhir (TPA) lebih banyak dibandingkan dengan sampah jenis lainnya. Saat ini tipe plastik sekali pakai mendominasi sampah yang berada di TPA dan lautan.

Hal ini guna mengoptimalkan pelaku bisnis lain yang menitikberatkan usahanya pada sektor daur ulang. “Plastik sekali pakai tidak memiliki nilai tambah, pemulung pun tidak mau untuk mengumpulkan plastik seperti ini. Akhirnya sampah tersebut akan menumpuk karena tidak bisa didaur ulang kembali,” kata Ujang ketika diwawancarai Bisnis/JIBI, Jumat (16/6/2017).

KLHK menghimbau industri tidak memproduksi plastik sekali pakai demi mengurangi volume sampah berbahaya di Indonesia. Kepala Subdirektorat Barang dan Kemasan Kementerian Lingkungan hidup dan Kehutanan (KLHK) Ujang Solihin Sidik mendesak pelaku industri tidak menggunakan plastik bertipe single use (sekali pakai).

Kantong Plastik Berbayar Akhirnya Dihentikan | jual spunbond



Hal tersebut mengakibatkan sebagian peritel mundur dari komitmennya untuk menjalankan uji coba tersebut di tokonya, sehingga ditengarai memicu persaingan bisnis yang tidak sehat di industri ritel modern.

“Pada prinsipnya, Aprindo akan tetap mendukung program pemerintah. Namun kami berharap Permen terkait Penerapan Kantong Plastik Tidak Gratis dapat segera diterbitkan, agar pelaksanaannya dapat berjalan lebih optimal dan sesuai dengan tujuan bersama. Aprindo juga siap memberikan masukan terkait Permen tersebut,” kata dia.

Beberapa Pemerintah Daerah (Pemda), bahkan telah menerbitkan Peraturan Daerah (Perda) tentang pengelolaan sampah khususnya penanganan limbah kantong plastik, yang isinya tidak sejalan dengan SE KLHK.

“Hal ini masih saja terjadi meskipun kami telah melakukan sosialisasi program melalui berbagai media, personel toko, memasang Surat Edaran Dirjen KLHK, serta sarana informasi di toko-toko anggota Aprindo,” ungkap dia.

Peritel modern menerima kritikan dari masyarakat yang berujung pada ancaman tuntutan secara hukum, karena dianggap memungut biaya tanpa berdasarkan peraturan hukum yang kuat.

Namun pada perjalanannya, sambung Roy, uji coba program tersebut kian banyak menuai pro kontra di berbagai kalangan masyarakat, sedangkan Permen LHK belum kunjung diterbitkan.

Untuk itu, pemerintah saat itu memutuskan untuk melanjutkan uji coba tersebut dengan mengeluarkan Surat Edaran Dirjen KLHK No. SE/8/PSLB3/PS/PLB.0/5/2016 tentang Pengurangan Sampah Plastik Melalui Penerapan Kantong Belanja Plastik Sekali Pakai Tidak Gratis sambil menunggu Peraturan Menteri yang tengah dikaji,” tutur Roy.

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terlihat penurunan penggunaan kantong plastik sebesar 25-30% selama masa uji coba tiga bulan pertama, di mana 87,2% masyarakat menyatakan dukungannya dan 91,6% bersedia membawa kantong belanja sendiri dari rumah.

“Selama masa uji coba, pengelola ritel modern melaporkan pengeluaran kantong plastik kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan [KLHK] melalui Aprindo dan hasilnya menjadi bahan evaluasi bagi Pemerintah,” ujar dia.

“Selama masa uji coba, pengelola ritel modern melaporkan pengeluaran kantong plastik kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan [KLHK] melalui Aprindo dan hasilnya menjadi bahan evaluasi bagi Pemerintah,” ujar dia.

Sementara itu Ketua umum Aprindo Roy N Mandey mengatakan, setelah mempertimbangkan secara masak dampak yang berkembang, Apindo memutuskan menggratiskan kembali kantong plastik di seluruh ritel modern, mulai 1 Oktober 2016 hingga diterbitkannya Permen KLHK yang berkekuatan hukum.

Regional Corporate Communication Manager PT Sumber Alfaria Trijaya (Alfamart) Firly Firlandi mengungkapkan, Alfamart mengikuti kesepakatan dari Aprindo. “Pada intinya kami mendukung program pemerintah. Kami sudah menggratiskan kembali kantong plastik sejak 1 Oktober 2016,” kata dia ketika dihubungi Solopos.com, Selasa (4/10/2016).

Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menghentikan program kantong plastik berbayar yang dijalankan toko ritel modern di seluruh Indonesia, terhitung 1 Oktober 2016 sampai dengan diterbitkannya peraturan pemerintah yang berkekuatan hukum. Langkah tersebut diambil menyusul adanya pro kontra yang terjadi di berbagai daerah.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar