Minggu, 11 Juni 2017

Setelah Cina, Indonesia Tempati Posisi Kedua Penyumbang Sampah Terbesar di Dunia

Tumpukan sampah di pinggiran pesisir pantai terus menumpuk | goody bag company

goody bag company



Kenyataan tersebut perlu perhatian lebih dari kita sebagai masyarakat Indonesia mengenai betapa pentingnya pengelolaan dan daur ulang sampah. Hal itu dirasa akan mampu mengurangi penumpukkan sampah di laut yang menganggu lingkungan.

Berdasarkan data Jambeck (2015), Indonesia berada di peringkat kedua dunia penghasil sampah plastik ke laut yang mencapai sebesar 187,2 juta ton setelah Cina yang mencapai 262,9 juta ton.

Berada di urutan ketiga adalah Filipina yang menghasilkan sampah plastik ke laut mencapai 83,4 juta ton, diikuti Vietnam yang mencapai 55,9 juta ton, dan Sri Lanka yang mencapai 14,6 juta ton per tahun.

Flora dan fauna yang hidup di laut akan terkena dampak dari limbah yang tercampur zat berbahaya seperti cairan buangan kapal-kapal. Sampah yang mengendap ke dalam tanah justru tak membawa solusi yang berarti, hal tersebut malah akan membawa efek buruk bagi laut kedepannya.

Jambeck (2015) pun mengungkapkan bahwa Indonesia menempati posisi kedua penyumbang sampah terbesar setelah Cina. Setiap tahunnya Indonesia mampu menyumbang sampah hingga 187,2 juta ton. Sedangkan Cina mencapai 262,9 juta ton. Negara tetangga seperti Filipina berada di posisi tiga dengan produksi sampah ke laut sebesar 83,4 ton.

Menurut data yang dilansir oleh Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 KLHK Tuti Hendrawati Mintarsih, total jumlah sampah mampu mencapai 68 juta ton pada tahun 2019 nanti. Begitu pula sampah plastik yang diperkirakan mencapai 9,52 ton.

Limbah sampah sendiri berbahaya ketika sampai mencemari laut, dan masalah ini perlu segera ditemukan jalan keluarnya. Jika tidak, maka flora dan fauna yang berhabitat di laut akan terkena dampak buruknya.

Limbah-limbah tersebut mengalir melalui sembilan sungai yang bermuara di Teluk Jakarta. Pencemaran sampah yang terjadi saat ini telah mencapai 60 kilometer.

Jaraknya pun dapat mencapai kepulauan Kep. Seribu. Dari sejumlah penelitian yang dilakukan, perairan di Teluk Jakarta saat ini terkandug logam berat seperti timbal, tembaha, dan cadmium.

Di area DKI Jakarta, tumpukan sampah di pinggiran pesisir pantai terus menumpuk. Sampah-sampah tersebut berasal dari limbah keluarga, gedung perkantoran, hotel, dan gedung-gedung lainnya.

Sampah plastik yang dihasilkan oleh manusia seringkali terabaikan keberadaanya. Dari penggunaan plastik tersebut, dapat dibayangkan berapa banyak sampah plastik yang dihasilkan oleh manusia.

Kendala yang dihadapi hingga saat ini adalah kesadaran manusia dalam melakukan kegiatan daur ulang sampah plastik tersebut hingga volumenya kian meningkat. Tak heran jika kini sampah plastik masih terus menjadi fokus dunia.

Indonesia Penyumbang Sampah Plastik Terbesar Ke-dua Dunia | goody bag company




Tuti mengatakan belum dapat memperkirakan berapa penurunan penggunaan kantong plastik dengan adanya uji coba plastik berbayar diterapkan pada 21 Februari 2016. Perkiraan hanya terlihat dari target pengurangan sampah plastik yang ditetapkan hingga 2019 tersebut.

Kebijakan kantong plastik berbayar ditujukan untuk mengurangi jumlah sampah plastik. Namun efektivitasnya diragukan.

Setiap tahun produksi plastik menghasilkan sekitar delapan persen hasil produksi minyak dunia atau sekitar 12 juta barel minyak atau setara 14 juta pohon.

Lebih dari satu juta kantong plastik digunakan setiap menitnya, dan 50 persen dari kantong plastik tersebut dipakai hanya sekali lalu langsung dibuang. Dari angka tersebut, menurut Tuti, hanya lima persen yang benar-benar di daur ulang.

"Sampah kita komposisi utamanya 60 persen organik, plastiknya 14 persen," ujar dia.

Berdasarkan data Jambeck (2015), Indonesia berada di peringkat kedua dunia penghasil sampah plastik ke laut yang mencapai sebesar 187,2 juta ton setelah Cina yang mencapai 262,9 juta ton.

Berada di urutan ketiga adalah Filipina yang menghasilkan sampah plastik ke laut mencapai 83,4 juta ton, diikuti Vietnam yang mencapai 55,9 juta ton, dan Sri Lanka yang mencapai 14,6 juta ton per tahun.

Padahal, KLHK menargetkan pengurangan sampah plastik lebih dari 1,9 juta ton hingga 2019.

Dirjen Pengelolan Sampah, Limbah, dan B3 KLHK Tuti Hendrawati Mintarsih menyebut total jumlah sampah Indonesia di 2019 akan mencapai 68 juta ton, dan sampah plastik diperkirakan akan mencapai 9,52 juta ton atau 14 persen dari total sampah yang ada.

Menurut dia, target pengurangan timbunan sampah secara keseluruhan sampai dengan 2019 adalah 25 persen, sedangkan 75 persen penanganan sampahnya dengan cara 'composting' dan daur ulang bawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menilai persoalan sampah sudah meresahkan. Indonesia bahkan masuk dalam peringkat kedua di dunia sebagai penghasil sampah plastik ke Laut setelah Tiongkok. 

Hal itu berkaitan dengan data dari KLHK yang menyebut plastik hasil dari 100 toko atau anggota Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) dalam waktu satu tahun saja, sudah mencapai 10,95 juta lembar sampah kantong plastik. 

Jumlah itu ternyata setara dengan luasan 65,7 hektare kantong plastik atau sekitar 60 kali luas lapangan sepak bola. 

Indonesia Penghasil Sampah Plastik Kedua Terbesar di Dunia | goody bag company



"Bisa saja sampah yang keluar (dari perairan Indonesia) justru lebih sedikit, yang berarti bahwa perairan kita jadi trap. Kalau yang terjadi seperti itu justru lebih berbahaya," katanya.

Dari rangkaian penelitian, LIPI berharap bisa mengetahui sampai yang masuk dan keluar dari Indonesia. Data yang diperoleh akan digunakan untuk mengonfirmasi riset yang menyatakan bahwa Indonesia penghasil plastik terbesar kedua.

Dalam jangka panjang, Reza akan meneliti perbandingan mikroplastik yang masuk dab keluar dari wilayah Indonesia untuk mencari tahu peran arus dalam perpindahan sampah sekaligus jumlah sampah yang terbuang ke laut.

Untuk meneliti, Reza akan mengambil sampel air dari perairan Sumba. Sampel itu kemudian disaring dengan penyaring khusus dan diamati dengan bantuan sinar UV. Keberadaan mikroplastik dari beragam polimer akan dideteksi.

Riset di perairan Sumba ini adalah tahap pertama. "Ke depan kita berharap bisa melakukan di wilayah utara Indonesia," ungkapnya.

Perairan Sumba dipilih karena merupakan pintu keluar dari Arus Lintas Indonesia, arus dari Pasifik ke Hindia yang melewati Indonesia.

Pergerakan arus bukan hanya membawa nutrien dan sejumlah satwa, tetapi juga sampah. Sampah yang keluar dari perairan Sumba mungkin tak berasal dari Indonesia, tetapi dibawa dari Pasifik. 

Lewat Ekspedisi Widya Nusantara (EWIN) 2016, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) akan membuktikan kebenaran hasil pemodelan tersebut lewat pengambilan sampel langsung di lapangan.

"Kita akan meneliti mikroplastik di perairan Sumba," kata Muhammad Reza Cordova, periset Pusat Penelitian Oseanografi dalam konferensi pers Pelepasan EWIN 2016 di Jakarta, Selasa (2/8/2016).

Data tersebut diperoleh lewat pemodelan dengan memasukkan faktor skala pembangunan ekonomi negara, jumlah rata-rata sampah yang diproduksi, cara pengolahan sampah, serta jumlah populasi yang bermukim di radius 50 km dari garis pantai.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar