Senin, 14 Agustus 2017

Wali Kota Bandung untuk melarang kantong plastik konvensional

PT Nirwana Alam Hijau telah menghasilkan plastik biodegradable dari jagung, kedelai dan biji bunga matahari | goody bag bahan spunbond

goody bag bahan spunbond


“Kami tidak ingin memiliki terlalu banyak pengaruh dari luar Indonesia, kami ingin menggunakan teknologi dan sumber daya di sini karena meskipun itu produk organik,” ujar Rosenqvist.

Pemerintah pusat telah mengatakan sudah saatnya bagi Indonesia untuk membayar kantong plastik saat berbelanja. Sampah plastik tas dari pengecer di Indonesia diperkirakan mencapai 9,8 milyar kantong per tahun, atau sekitar 38 per orang.

“Jadi itu adalah campuran komponen organik,” co-founder Nirwana Alam Hijau  Daniel Rosenqvist mengatakan selama acara untuk memperkenalkan bahan untuk menggantikan styrofoam.

Nirwana Alam Hijau menciptakan ramah lingkungan sebelum memproduksi wadah makanan dan sedotan. Untuk wadah makanan, perusahaan menggunakan serat tebu.

Walikota menyatakan optimismenya tentang pelaksanaan larangan tersebut, mengatakan bahwa ia masih berusaha mencari cara untuk mengurangi limbah di kota.

Perusahaan ramah lingkungan PT Nirwana Alam Hijau telah menghasilkan plastik biodegradable dari jagung, kedelai dan biji bunga matahari.

Walikota Bandung Ridwan Kamil berencana untuk melarang kantong plastik konvensional untuk mengatasi masalah sampah plastik di kota.

“Gunakan kantong plastik biodegradable,” kata Ridwan setelah menghadiri sebuah acara untuk menandai Hari Nasional Limbah Kesadaran di Balai Kota Bandung, Selasa.

Ridwan yang sebelumnya melarang penggunaan wadah makanan styrofoam.


Penggunaan Plastik Ramah Lingkungan Masih Minim | goody bag bahan spunbond




“Sampai hari ini, di negara-negara maju teknologi daur ulang plastik masih terus dikembangkan,” kata Henky.

Henky mengatakan, dari sisi bisnis, saat ini penentrasi pasar ramah terhadap lingkungan ini di Indonesia masih belum besar. Namun, potensi pasarnya masih sangat besar. Minimnya edukasi dari pengguna dan belum adanya desakan dari Pemerintah melalui aturan hukum, menjadikan penggunaan plastik ramah lingkungan masih sedikit.

“Karena itu, sebagai federasi pengusaha pengemasan kami perlu mencari solusi yang terbaik. Yang pasti, penggunaan plastik harus dikurangi limbahnya,” ujarnya.

Menurut Henky, agar tidak menjadi limbah berbahaya, dalam penggunaan plastik ada tiga hal yang harus diperhatikan. Pertama, plastik harus bisa digunakan kembali. Kedua, mengurangi jumlah penggunaan plastik, tanpa mengurangi fungsi pemakaiannya. Ketiga, plastik bisa didaur ulang.

Pengurangan limbah plastik juga menjadi salah satu fokus Federasi Pengemasan Indonesia. Executive Director Federasi Pengemasan Indonesia, Henky Wibawa, mengungkapkan, penggunaan plastik ramah lingkungan sudah saatnya digalakkan.

Menurut Henky, sampai sekarang belum ada aturan yang mengatur bahan plastik ramah lingkungan dari Pemerintah, walaupun sudah ada undang-undang penanganan sampah, UU No 18/2008. Namun, undang-undang ini masih bersifat imbauan kepada para produsen plastik.

Untuk mengurangi dampak buruk limbah plastik, Superindo juga memiliki program khusus. Jika konsumen Superindo bersedia tidak menggunakan plastik untuk membungkus belanjaannya, dia akan mendapat cashback Rp 100 untuk setiap pembelian Rp 50 ribu.

“Program ini kami adakan untuk mengurangi penggunaan plastik,” ujarnya.

Corporate Communication & Sustainable Superindo Supermarket, Yuvlinda Susanta, mengatakan, pihaknya menggunakan plastik oxo biodegradable karena merupakan opsi yang terbaik saat ini.

“Meskipun belum sempurna dalam penguraian limbahnya saat dibuang, namun untuk saat ini plastik oxo biodegradable masih menjadi pilihan terbaik,” ujarnya.

Peritel modern umumnya sudah menggunakan plastik ramah lingkungan ini. Superindo Supermarket, misalnya, sudah sembilan tahun menggunakannya.

“Pengguna terbesar plastik oxo biodegradable saat ini masih didominasi oleh supermarket yang dalam bentuk perusahaan. Sementara untuk pasar tradisonal masih sangat sedikit,” ujarnya.

Menurut data PT Merindo, penggunaan plastik ramah terhadap lingkungan sampai saat ini baru sekitar 30 persen dari keseluruhan penggunaan jenis plastik yang ada. Sedangkan untuk penggunaan plastik tidak ramah lingkungan mencapai 70 persen. Penggunanya didominasi oleh pasar tradisonal.

“Ini logo resmi yang menandakan bahwa plastik ini sudah melalui uji laboratorium di EPI, Kanada, dan juga terpapar nomor lisensi untuk mengenal pabrik mana yang memproduksi,” ujar dia..

Kini, penggunaan plastik ramah lingkungan tersebut kian banyak digunakan oleh supermarket dan minimarket. Menurut Tedy, Indonesia memang akan menjadi target pasar produk ini ke depan. Sebagai distributor tunggal EPI, Tedy mengklaim, Merindo menjadi leader dalam memasarkan plastik oxo biodegradable di Indonesia.

Plastik oxo biodegradable merupakan jenis plastik yang dapat ditentukan umurnya. Plastik ini bisa terurai di dalam tanah dalam tempo dua tahun. Penentuan umur plastik, menurut Tedy, karena menggunakan teknologi Totally Degradable Plastic Additives (TDPA) dari Kanada.

Sekilas, kantong plastik oxo biodegradable ini tak ada bedanya dengan plastik konvensional. Untuk mengenali produk ini secara mudah, bisa dilihat dari logo “epi” yang ada pada plastik.

Hingga sekarang, limbah plastik masih menjadi persoalan besar di Indonesia. Bahkan, persoalan sampah yang sulit terurai ini juga menjadi problem negara-negara maju.

Menurut Australian Associated Press (AAP), tiap tahun di Australia, lebih dari 100 ribu hewan terdiri dari burung, ikan paus, anjing laut, dan kura-kura, mati gara-gara menelan atau terbelit sampah plastik.

“Problem sampah plastik di dalam negeri, bisa dikurangi dengan menggunakan plastik ramah lingkungan. Kami menyebutnya, plastik oxo biodegradable,” ujar Managing Director PT Merindo Makmur, Tedy Lim, di Jakarta, Rabu, 1 April 2015.


GERAI SUPER INDO DI BOGOR BERLAKUKAN “KANTONG PLASTIK TIDAK GRATIS” | goody bag bahan spunbond


Selama masa uji coba di Kota Bogor, Super Indo memberikan diskon untuk pembelian tas belanja sebesar 20%. “Kami dorong pelanggan untuk lebih mencintai penggunaan tas belanja pakai ulang, ketimbang kantong kresek. Karena lebih cantik belanja tanpa kantong plastik,” imbuh D. Yuvlinda Susanta.

Sebagaimana diketahui bersama, pemerintah telah menetapkan harga kantong plastik adalah sebesar minimal Rp 200/kantong untuk semua ukuran dan berlaku secara nasional. Uji coba ini akan dievaluasi dalam masa 3 bulan, untuk menentukan pengembangan aturan selanjutnya. Selain itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai leading sector dalam uji coba aturan Kantong Plastik Tidak Gratis, telah menetapkan standar spesifikasi kantong plastik Tidak Gratis adalah oxo-degradable (oxium) dan SNI.

Ditambahkan lagi oleh D. Yuvlinda Susanta, Department Head of Corporate Communication & Sustainability, “Super Indo menyambut baik aturan pemerintah akan plastik berbayar ini. Jika plastik tidak gratis, pelanggan kami bisa lebih termotivasi dalam mengurangi penggunaan kantong plastik. Perlakuan yang fair kami aplikasikan di gerai-gerai Super Indo, jadi ada insentif dan disinsentif bagi penggunaan kantong plastik sekali pakai. Namun intinya, kami mengajak para pelanggan untuk berlaku bijak dalam penggunaan kantong kresek tersebut”.

Program uji coba Kantong Plastik Tidak Gratis ini didukung penuh oleh Super Indo. Sebagaimana disampaikan bapak Wirawan Winarto, VP Operations Super Indo “Super Indo telah menjadikan upaya-upaya pengurangan sampah sebagai bagian dari operasional supermarket kami. 

Di Super Indo, pelanggan memiliki pilihan untuk menggunakan kantong belanja pakai ulang atau menggunakan kardus yang telah disiapkan kasir-kasir kami. Bagi pelanggan yang tidak menggunakan kantong plastik, Super Indo memberikan insentif berupa cash back*. Hal ini merupakan sebagian dari program-program Super Indo dalam rangka mengajak pelanggan untuk mulai meninggalkan kantong plastik”.

Supermarket Super Indo memberlakukan “Kantong Plastik Tidak Gratis” sebagai wujud dukungan pemerintah yang menerapkan uji coba kantong plastik berbayar secara nasional. Peluncuran uji coba secara nasional akan berlangsung di Super Indo Dago, Kota Bandung. Sementara itu, Walikota Bogor, Bima Arya hadir di Super Indo Pahlawan, Kota Bogor untuk melakukan simulasi belanja di gerai Super Indo tersebut. Dalam simulasi tersebut, bapak Walikota menguji secara langsung implementasi aturan kantong plastik berbayar di gerai ritel modern, Super Indo.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar