Senin, 28 Agustus 2017

Kompetisi Desain Tas Daur Ulang Super Indo Berhadiah Total Puluhan Juta Rupiah!

Gerakan mengurangi limbah kantong belanja plastik | goody bag seminar

goody bag seminar


Beberapa waktu lalu, tepatnya 17 Desember 2016, Super Indo juga menggelar acara bertema “Less Plastic, More Style” di Mall Teraskota, BSD, Tangerang untuk memperkenalkan kompetisi Fashion Reusable Bag. Acara ini juga dimeriahkan oleh modern dance, talk show bersama Lenny Agustin (Fashion Designer), Diela Maharani (Illustrator) dan Dyan Setyadharma (Head Creative of Super Indo), serta trunk show yang menampilkan desain  tas daur ulang karya Lenny Agustin dan Diela Maharani.

Nah, bagi Anda yang memiliki skill mendesain, jangan lewatkan kompetisi berhadiah total puluhan juta rupiah ini. Tinggal pilih Produk Segar Super Indo atau Bangga Produk Indonesia sebagai tema desain tas daur ulang Anda. Asyiknya lagi, desain yang lolos sebagai pemenang pertama dari setiap kategori akan diproduksi secara massal dan dipromosikan ke seluruh toko Super Indo.

Belanja dengan membawa kantong sendiri sudah jadi tren baru. Untuk mendukung gerakan mengurangi limbah kantong belanja plastik, Super Indo mengadakan kompetisi desain tas daur ulang dengan kategori profesional dan umum yang berlangsung sejak 2 Desember 2016 – 28 Februari 2017.


Hero Kembali Garap Pasar Minimarket dengan Giant Mart | goody bag seminar




Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta mengatakan, merupakan hal yang wajar bagi perusahaan retail menggarap segmen yang berbeda. “Ini kan soal bagaimana strategi perusahaan mengembangkan bisnisnya,” katanya. 

Selain tambahan satu gerai Giant Mart, Hero Supermarket juga memiliki 32 gerai Hero Supermarket, 164 gerai Giant Ekstra dan Giant Express, 249 gerai Guardian, dan 1 gerai IKEA.

"Kalau Giant Mart yang di Duri Kepa itu barangnya lebih ke kebutuhan sehari-hari, kalau Star Mart kan lebih ke produk siap saji," kata Tony.

Ia menjelaskan, Star Mart merupakan gerai minimarket kafetaria atau yang biasa dikenal sebagai convenience store. Sedangkan Giant Mart menawarkan barang-barang kebutuhan harian.

Giant Mart merupakan penanda kembalinya Hero di segmen minimarket setelah sebelumnya pernah menggarap Star Mart. Tony mengatakan bahwa ada perbedaan yang jelas antara brand Giant Mart dengan Star Mart yang 83 gerainya ditutup pada awal tahun lalu.

Untuk meningkatkan brand awareness Giant Mart, gerai yang didominasi warna kuning dan hijau ini memberikan promo menarik. "Ini bagian dari strategi perusahaan mendekat ke pemukiman warga," katanya.

Setelah pembukaan gerai pertama ini, Tony masih enggan menjelaskan rencana ekspansi Giant Mart selanjutnya. Ia juga tak merinci berapa investasi yang disiapkan induk usahanya. “Giant Mart itu masih baru, masih dalam tahap analisis," ujarnya.

Sebelumnya, Giant bergerak di segmen supermarket dengan Giant Ekstra dan Giant Expres. “Kalau kita lihat, Giant Ekstra dan Giant Expres itu harga jual produknya murah, kurang lebih Giant Mart sama,” kata Tony Mampuk, GM Corporate Affairs HERO saat dihubungi, Selasa (22/8).

PT Hero Supermarket Tbk (HERO) kembali terjun ke segmen minimarket melalui brand Giant Mart. Gerai pertama Giant Mart dibuka di Duri Kepa, Kebon Jeruk, Jakarta Barat pada 16 Agustus 2017 lalu.

Konsumsi Masyarakat Tertahan, Laju Ekonomi Diprediksi Maksimal 5,05% | goody bag seminar




Lana menambahkan, pertumbuhan ekonomi tahun ini juga tertahan oleh lemahnya permintaan global terhadap energi dan komoditas yang menjadi andalan ekspor Indonesia. Hanya terdapat beberapa komoditas yang mengalami kenaikan seperti batu bara dan tembaga. Sedangkan, minyak sawit belum menunjukkan kenaikan yang berlanjut.

Dengan kondisi tersebut, Lana mengatakan, ekspor masih belum bisa menjadi penopang perekonomian. "Dengan kendala ini tentunya akan sulit mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2%,” ucapnya.

Adapun penurunan bunga acuan atau BI 7 Days Repo Rate dinilainya menunjukkan sinyal berlanjutnya perlambatan pertumbuhan kredit. Namun, menurut Lana, penurunan bunga acuan ersebut belum cukup. Setidaknya diperlukan penurunan 1-2 kali lagi untuk memberi dampak signifikan pada penyaluran kredit.

Di samping permintaan rumah tangga, menurut Lana, rendahnya penyaluran kredit perbankan juga turut menahan laju pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan kredit per Juni 2017 hanya mencapai 7,8%, melambat jika dibandingkan Juni 2016 yang sebesar 8,6%.

Lebih jauh, Lana mengatakan, perlambatan konsumsi rumah tangga bakal berdampak ke penerimaan negara dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Adapun, secara umum, perlambatan pertumbuhan ekonomi berisiko membuat target penerimaan negara meleset. Bila hal itu terjadi, maka akan mengurangi kemampuan pemerintah untuk belanja dan mendorong perekonomian.

"Jumlah pekerja informal di sektor transportasi meningkat, dugaannya banyak yang beralih menjadi driver (pengemudi) ojek online. Ini kan membuat pendapatan tidak pasti," ujarnya. Ketidakpastian pendapatan ini membuat masyarakat memilih melakukan konsumsi prioritas. 

Adapun turunnya permintaan kemungkinan disebabkan oleh pendapatan rill masyarakat yang menurun. Pendapatan riil menurun lantaran kenaikan pendapatan di bawah angka inflasi.  Menurut Lana, turunnya pendapatan riil terdeteksi dari data Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai penurunan jam kerja dan banyaknya angkatan kerja yang bekerja di sektor informal.

"Ada indikasi produksi dalam negeri melambat khususnya di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang hanya tumbuh 3,33% year on year (secara tahunan) pada kuartal II dari 7,12% year on year pada kuartal I 2017," ujarnya.

Lana menjelaskan, inflasi baru mencapai 2,6% di periode Januari-Juni 2017. Ia pun menduga, rendahnya inflasi lebih disebabkan oleh penurunan permintaan daripada peningkatan pasokan. Dugaan itu diperkuat dengan data pertumbuhan produksi dalam negeri yang juga melambat.

Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,2% tahun ini. Namun, Ekonom PT Samuel Aset Manajemen Lana Soelistyaningsih pesimistis target tersebut bakal tercapai. Sebab, ada indikasi melambatnya permintaan dari masyarakat.

"Ekonomi di tahun 2017 ini diperkirakan tumbuh di sekitar 5-5,05%," kata Lana saat ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (25/8). Pada semester I lalu, pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 5,01%.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar