Selasa, 03 Oktober 2017

Kertas Bekas Bisa Disulap Jadi Benda Bernilai Rp300 Ribu

Pelatihan daur ulang sampah dari Bank Sampah Abukasa | spunbond bag jakarta



spunbond bag jakarta


“Bokor ini hanya perlu 30 lembar kertas ukuran A4. Dan harganya dijual bisa Rp 300 ribu. Kenapa mahal karena ini hasil recycle. Selain itu kalau jatuh ga pecah dan ini anti air,” ujarnya sembari memperlihatkan satu bokor hasil bank sampah. 

Nyoman Astawa dari Bank Sampah Abukasa mengatakan bahwa kegiatan pelatihan daur ulang sampah kepada generasi muda ini bertujuan agar generasi muda bisa berpikir maju dan bisa mengelola sampah yang awet dan berkesinambungan. Bank sampah dikatakannya bisa memberikan hasil walaupun tidak sebesar menjual aset tanah.

“Ternyata gampang kalau sudah dipraktekkan. Saya ga nyangka dari kertas bekas bisa menjadi bokor seperti ini,” ujar seorang peserta pelatihan Anityadewi (17) dari Karang Taruna Suta Mandala, di Kantor Kelurahan Peguyangan, Denpasar, Minggu (16/7/2017).

Merekapun dengan teliti membuat daur ulang sampah tersebut hingga menjadi bokor.

Menariknya dalam pelatihan daur ulang sampah yang dilaksanakan oleh Bank Sampah Abukasa ini diikuti oleh para Karang Taruna dan Sekaa Teruna di Keluahan Peguyangan yang usianya antara 17 tahun sampai 20 tahun.

Begitulah kira-kira bahan dasar dari kertas bekas yang dibuat menjadi barang berharga satu diantaranya seperti bokor (sejenis wadah layaknya tempat makanan khas Bali).

Satu per satu kertas digulung hingga menjadi layaknya pipet. Setelah itu digabungkan menjadi hampir sepanjang 2 meter lalu dipipihkan.

Bank Sampah Griya Sapu Lidi, Tak Hanya Menabung Tapi Juga Sebarkan Semangat Kurangi Sampah | spunbond bag jakarta


Lanjut Erwan, pada waktu itu belum tercetus bank sampah. Seiring berjalannya waktu dan melakukan studi banding di desa lain, bank sampah terbentuk dengan dukungan Rt Rw dan membangun Rumah Sampah. Setiap rumah mendapat tiga kantong sampah masing-masing untuk sampah plastik, logam atau kaca, dan kertas.

"Setiap malam 17 Agustus kita ada sarasehan dan handirkan narasumber yang berkompeten. Saya hadirkan direktur Walhi yang sedang mengadakan program membeli sampah masyarakat. Juga hadir pula profesor dari Pusat Studi Lingkungan Hidup UGM dan bicara tentang sampah," jelasnya.

Oleh karenanya lingkungan harus ditata sedemikian rupa agar tampak asri.

Letak perumahan yang berada di antara dua sungai dan memiliki kontur gumuk pasir membuat debu akan berterbangan ketika kemarau tiba.

Sembilan tahun yang lalu sebuah gagasan muncul dari sebagian besar penghuni perumahan yang dibangun pada tahun 1992-1993 tersebut.

Hanya saja obyek yang ditabung tentu berbeda. Setidaknya begitulah penjelasan Erwan Widyarto, mantan Jurnalis dan seorang Penulis buku yang masih sempat meluangkan waktunya mengurus Bank Sampah Griya Sapu Lidi di tempat tinggalnya Perumahan Gumuk Indah, Desa Sidoarum, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman, Senin (23/1/2017).

Lalu bagaimana jika mendengar bank sampah? Tidak perlu pusing mengartikannya. Sederhana saja, bank sampah berarti menabung dengan sampah. Tidak ada yang berbeda, transaksi tetap terdiri dari nasabah dan petugas bank.

Lain halnya ketika mendengar kata 'sampah', dibenak banyak orang yang terbesit pasti hanyalah kata macam kotor, tidak sehat, menganggu dan berbagai kalimat negatif lainya.

Mendengar kata bank sebagian orang pasti akan menginterpretasikan dengan tumpukan berlembar-lembar uang baru dengan nominal yang besar.

Sederet prestasi pun diraih Bank Sampah tersebut mulai dari juara 1 Green and Clean Provinsi DIY hingga RW Percontohan Kabupaten Sleman. Namun, meski mampu mengolah sampah, Bank Sampah yang pada tahun 2016 mengolah 1.845 Kg sampah itu pun tetap mencanangkan semangat mengurangi produksi sampah.

Bank Sampah yang memiliki nasabah lebih dari 150 kepala keluarga (KK) tersebut juga melakukan kegiatan pembinaan sekolah semisal SDIT Alam Nurul Islam, SMP Maarif dan MAN 1 Godean, SDN 1 Tinom, SMP N 3 Yogyakarta, SMKN 2 Godean dan sekolah-sekolah lainnya. Tak jarang sekolah-sekolah tersebu mengukir prestasi di bidang lingkungan. Selain itu, Bank Sampah Griya Sapu Lidi juga rutin memberikan pelatihan ke desa-desa lain bahkan hingga klaten.

"Selanjutnya dijual kalau ada pameran dan pesanan. Harga Rp 5000 sampai ratusan ribuan per item. Yang laku keras bros dari bekas pasta gigi. Hasil penjualan menjadi pendapatan yang buat dan 10 persen untuk devisi UKM," pungkasnya.

Sampah-sampah tersebut selain dijual ke pengepul juga diolah oleh ibu-ibu. Melalui divisi UKM sampah didaur ulang menjadi kerajinan yang menarik dan layak jual macam bros, ecobricks, bunga dan gelang dari plastik, tas, spanduk, kaligrafi dan berbagai produk kreatif lainnya. Kreasi tersebut selain didapat dari pelatihan juga diperoleh dari dunia maya.

"Awalnya warga mengurus sampah keluar duit tapi dengan adanya konsep bank sampah dapat duit. Warga tidak berhitung dapatnya berapa, namun hasil dari bank sampah kembali ke warga seperti perbaikan jalan dan gapura," jelasnya

Dari tabungan sampah tersebut, setiap rumah dapat memperoleh ratusan ribu rupiah tiap tahun. Selain itu Bank Sampah juga menyediakan simpan pinjam bagi warga.

"Kalau dikilokan buku harganya sama saja. Tapi kalau dipilah, sampul dan isi buku memiliki jenis kertas yang berbeda. Maka harga berbeda pula," jelasnya.

Transaksi dalam bank sampah sendiri tidak sesulit yang dibanyangkan. Yang terpenting terdapat nasabah, petugas bank, dan pengepul. Sebelum menabung nasabah atau penyetor sampah sudah harus memilah sampah yang terdiri dari 30 jenis sampah yabg tersiri dari sampah plastik, logam atau sampah, dan kertas tersebut. Lantas sampah tersebut akan dicatat dalam buku tabungan.

"Kemudian bersamaan dengan program Green and Clean dari LSM sehingga semakin termotivasi dan menguatkan," ujarnya.
"Kalau kita menjadi orang yang tidak bertanggung jawab sih enak kita tinggal buang di sungai misal. Tetapi ditempat lain sampah yang hanyut itu menjadi masalah. Membuang masalah kita menjadi masalah orang lain.

Kita harus bertanggung jawab kita yang mengehasilkan samlah maka kita yang mengelola sampah," tegas Erwan menyampaikan alasan bedirinya Bank Sampah Griya Sapu Lidi.

"Kita akan menggiatkan pelatihan untuk daur ulang karena kita masih terus belajar. Selain itu juga perlu ada kesiapan produksi untuk menghadapi pasar," pungkasnya. 

Pada tahun 2017 ini, Bank Sampah akan mengepakkan sayapnya dengan mengembangkan tanaman hidroponik untuk menjadi unit sendiri. Selain itu ada pula unit pengolahan pupuk kompos dari sampah organik. Selain tentu akan meningkatkan pemasaran produk daur ulang sampah menjadi souvenir-souvenir seperti pernikahan dengan memanfaatkan media sosial dan berbasis komunitas.

"Tidak hanya semata-mata mengolah sampah tapi mengedukasi untuk mengurangi sampah setiap individu. Data BPS saja setiap orang menghasilkan 0,66 Kg sampah setiap harinya. Jadi semangatnya adalah reduce, reduce, reduce baru reuse dan recycle," ujarnya.


Mahasiswa Muhammadiyah Malang Sulap Botol Plastik Bekas Jadi Piring Ingke Cantik | spunbond bag jakarta



“Saya sangat suka dengan piring ini, lucu dan sangat inovatif. Selain bisa mengurangi sampah, bisa menjadi ladang untuk belajar berwirausaha. Saya harap akan banyak mahasiswa yang mampu memberikan ide kreatifnya untuk membantu melestarikan lingkungan” kata Tika Bisono, dosen yang juga konsumen produk ini. 

Sejumlah konsumen menyukai produk daur ulang ini terutama pada bentuknya yang lucu.

Menurut Hesti, penjualan Ingke suwar suwir ini sudah mulai tersebar khususnya di wilayah Kota Malang. Kini, Ingke suwar suwir sudah mulai dikenal di wilayah luar pulau Jawa seperti di Sulawesi dan Lombok dengan memanfaatkan sosial media berupa instagram, official account line.

"Bagian atas (cincin) gelas plastik dirangkai sedemikian rupa sehingga membentuk piring ingke cantik dengan berbagai macam pilihan warna dan desain," kata Hesti lewat rilisnya kepada tribunjogja.com, Jumat (7/7/2017).

Hesti Sri Rahayu mewakili timnya mengatakan, Ingke suwar suwir ini merupakan salah satu gerakan untuk mengurangi limbah sampah khususnya di Kota Malang dengan memanfaatkan bagian atas (cincin) gelas plastik.

Mereka adalah Hesti Sri Rahayu, Indreswari Rahmayanti Prabowo, Amriati Masso dari Fakultas Psikologi.

Lewat Program Kreativitas Mahasiswa – Bidang Kewirausahaan (PKM-K) yang berjudul “Ingke Suwar-suwir Usaha Daur Ulang Sampah Minuman Gelas Plastik”, para mahasiswa memberikan solusi mengubah sampah menjadi produk bernilai jual.

Melihat fenomena ini, tim salah satu tim dari Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mengajukan sebuah solusi untuk mengatasi masalah sampah.

Sampah merupakan masalah yang tidak ada habisnya di kota-kota besar termasuk Malang. Setiap tahun, produksi sampah selalu sebanding dengan bertambahnya jumlah penduduk.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar