Senin, 16 Oktober 2017

Berkah dari Diet Kantong Plastik

Produk tas belanja |tas promosi



tas promosi


Meski sempat kehilangan plastik yang tak ada di rumahnya untuk membuang sampah, Rita yakin jalan seperti ini akan mengurangi limbah yang susah terurai, apalagi bumi ini ialah titipan untuk anak cucunya kelak. Ya, diet plastik tentunya menjadi berkah sendiri bagi usaha tas belanja ramah lingkungan. Bak promosi secara tidak langsung oleh pemerintah, bisnis yang dia kembangkan ada jalannya sendiri untuk maju dan berkembang.

Dengan modal awal Rp200 ribu, kini Rita telah mendapatkan omzet Rp4 juta pada Maret saja. Rita dan Yuni yakin bisnis ini akan lancar dan terus berjalan selamanya. “Setiap orang pasti selalu belanja, sampai kapan pun. Oleh karena itu, saya pun yakin usaha ini akan jalan terus selamanya,” kata Yuni.

Multiguna Jadi, saya sangat kewalahan hingga harus dibantu tetangga untuk menjahit,” kata Yuni. Tas berbahan blacu untuk ruang barang belanjaan itu terselip di pouch atau dompet ketika tidak terpakai. 

Pouch yang mungil dengan warna motif bermacam-macam ini pun menyatu. Jika dibuka, pouch ini akan berada di luar dan dihiasidengan lukisan tangan bergambar bunga, daun atas tulisan, seperti pot yang sedang berbunga. 

Tak hanya itu, pouch ini pun berguna untuk menyimpan kembalian. Praktis dan tak memakan tempat jika dibawa kemana-mana sekali pun tasnya untuk muatan banyak. 

Fopping ini memiliki empat ukuran yang bisa dipilih, mulai 35 cm x 30 cm hingga 50cmx45cmx15cm. Tak hanya itu, harga yang ditawarkan pun bersahabat dengan kantong masyarakat dengan harga mulai Rp35 ribu hingga Rp75 ibu. 

“Seperti bayi yang baru belajar merangkak, tapi dipaksa untuk berlari,” kata Rita. Bagaimana tidak, Yuni, 50, yang biasanya menghasilkan 20 fopping dalam sehari, kini harus dibantu tetangga dalam memproduksi barangnya lebih banyak untuk pelanggan. “Sehari saya bisa menghasilkan 20 fopping sendirian.

Bersama anggota keluarganya, Rita yang lulusan D-3 Manajemen Rumah Sakit Universitas Indonesia itu sebenarnya menjalankan bisnis sebelum diet kantong plastik ramai belakangan ini. 

Tepatnya, pada 2014 akhir, ia mulai berkolaborasi dengan ibunya, Yuni, 50, yang berprofesi sebagai penjahit untuk menciptakan kreasi dari kain perca seperti bros, dompet, dan tempat kartu identitas. 

Pada Januari 2016, Rita mulai menekuni bisnis barunya, yakni tas belanja dengan tampilan yang unik. Sang ibu yang sempat vakum menjahit karena kanker payudara
mengaku sempat kewalahan menangani pemesanan yang makin menumpuk.

Tas belanja yang dipasarkan dengan sebutan tas fopping (folded shopping bag atau tas belanja lipat) ini kini mulai melejit sejak seruan pemerintah untuk diet plastik didengungkan. “Dua bulan belakangan ini pemesanan terus meningkat di luar dugaan saya,” kata Rita Fathia, 24, pemilik Rtiga. 

SUARA mesin jahit yang terdengar dari luar salah satu rumah perumahan padat penduduk di kawasan Klender, Jakarta timur, ini sengaja dimatikan ketika tim Media Indonesia mamasuki rumah ini, Kamis (7/4). Pemilik rumah lalu memperlihatkan kain yang sudah menyatu dengan benang, bahkan beberapa produk siap dikirimkan ke beberapa pelanggan. Produk itu berupa tas belanja yang telah ditempeli merek Rtiga, yang mengacu pada reuse, reduce, and recycle. 


Nadya Mulya Sudah Terapkan Diet Kantong Plastik 2 Tahun Lalu | tas promosi



"Sempat menyusuri Ciliwung juga, waktu itu belum hamil. Senang juga ada tanggapan pemerintah di mana penggunaan kantong plastik berbayar," pungkasnya.

Tak hanya itu saja, Nadya juga mendukung penuh peraturan pemerintah yang memberlakukan plastik berbayar. Nadya berharap aturan tersebut dapat membantu mengurangi penggunaan plastik di masyarakat.

"Sudah banyak program yang kita lakukan. Kemarin kita lakukan bajak plastik. Pas hamil juga nih, lari-larian di Sudirman car free day, kalau ada yang punya kantong plastik kita tukar dengan kantong belanja dari kain," ungkapnya.

Bergabung dalam gerakan Diet Kantong Plastik, beberapa kegiatan positif sudah dilakukan wanita yang tengah hamil tersebut. Selain bajak plastik, Nadya juga pernah menyisir sampah plastik di sungai Ciliwung.

"Kalau aku sudah bergabung dengan Diet Kantong Plastik sudah hampir dua tahun, sudah cukup lama kan. Aku sudah bilang sama mereka silakan gunakan jasaku, aku sudah menerapkan gaya hidup kalau belanja di supermarket bawa kardus atau kantong sendiri," ujarnya saat ditemui diacara Dialog Kantong Plastik, Gratis VS Bayar, di JCC, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat (10/6/2016).

Presenter cantik Nadya Mulya ternyata merupakan sosok selebriti yang peduli dengan lingkungan. Salah satu tindakan yang hingga kini tengah menjadi fokusnya adalah diet kantong plastik.


Garda Bangsa kampanyekan "diet" kantong plastik | tas promosi



Hadir dalam kegiatan tersebut Ketua Pembina Nasional Garda Bangsa H Abdul Muhaimin Iskandar dan para pembina lainnya seperti H Abdul Kadir Karding (Sekretaris Jenderal DPP Partai Kebangkitan Bangsa), H Imam Nahrowi (Menteri Pemuda dan Olahraga), Moh. Hanif Dhakiri (Menteri Ketenagakerjaan), Muhammad Nasir (Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi), Ketum Perempuan Bangsa Siti Masrifah dan beberapa artis anggota Garda yakni Tommy Kurniawan, Ressa Herlambang, Sandy Midun.

Acara puncak peringatan Harlah Garda Bangsa ke-17 tersebut penuh kegembiraan. Disamping kampanye, Garada Bangsa juga menyuguhkan lari maraton bersama atlet nasional, pertandingan soccer bersama legenda sepak bola Indonesia dan BMX Competition.

"Bagi mereka pecinta alam kita fasilitasi melalui Garda Hijau dan Garda Alam, begitu juga bagi mereka yang suka menulis kita fasilitasi melalui Garda Media. Pokoknya, Garda Bangsa sekarang miliknya anak muda," tegasnya.

Oleh karena itu, Garda Bangsa memfasilitasinya dengan membuat beberapa sayap Garda, yakni Garda Hijau, Garda Cantiq, Garda Gaul, Garda Agan, Garda Media, Garda Cerdas, Garda Bumi dan Garda Pecinta Alam.

Ia pun mengajak seluruh generasi muda Indonesia untuk lebih kreatif, inovatif dan produktif agar mampu bersaing dengan tenaga-tenaga asing yang masuk ke Indonesia.

"Akibatnya, setiap tahun jutaan biota laut mati, seperti penyu, ikan, burung dan lainnya karena terjerat atau menelan plastik. Kondisi seperti ini jangan kita biarkan," katanya.

Berdasarkan data yang diperolehnya, menyebutkan bahwa 80 persen sampah di laut berasal dari daratan, dan 90 persen diantaranya adalah sampah plastik.

"Ini berbahaya untuk kehidupan generasi Indonesia di masa mendatang. Posisi kita sesungguhnya ingin kembali mengajak seluruh insan di Indonesia untuk diet penggunaan kantong plastik, dan beralih menggunakan kantong dari kain yang bisa digunakan berulang-ulang kali. Apalagi kita berada di ranking ke dua pengguna kantong plastik di dunia," katanya.

Menurut Ketua Umum DKN Garda Bangsa, Cucun A Syamsurijal, kampanye diet kantong plastik dilakukan karena Garda Bangsa miris melihat ranking Indonesia dalam penggunaan kantong plastik, padahal semua orang di negeri ini sudah paham kalau kantong plastik sulit untuk didaur ulang oleh bakteri-bakteri alam.

Dalam kampanyenya Garda Bangsa mengerahkan Garda Cantiq untuk membagi-bagikan tas kain berwarna hijau kepada setiap insan yang memadati acara tersebut.

Dewan Koordinasi Nasional (DKN) Garda Bangsa mengkampanyekan diet kantong kresek atau kantong plastik dalam Puncak Peringaran Hari Lahir (Harlah) Garda Bangsa ke-17 di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar