Jumat, 06 Oktober 2017

Sayangi Lingkungan, Kantongi Untung Rp35 Juta/Bulan

Mengurangi konsumsi kantong plastik | spunbond printing

spunbond printing



“Pemain baru akan terus muncul. Namun, asal kita memberikan layanan memuaskan dan menghasilkan model baru, konsumen pasti akan loyal.” 

Rasyid mengungkapkan, bisnis tas lipat yang dijalaninya saat ini masih memiliki prospek cerah untuk beberapa tahun mendatang. Meskipun saat ini banyak pesaing baru bermunculan, dia tak gentar untuk berkompetisi secara sehat.

Derasnya jumlah permintaan konsumen, membuat Rasyid mendulang untung. Hal ini karena margin keuntungan usaha tas lipat spunbond cukup besar yang mencapai  40%-50% per tas. Jadi, jika dia menerima pesanan 10.000 tas per bulan dengan harga rata-rata tas Rp7.000 rupiah, keuntungan bersih yang didapat Rasyid sekitar Rp35 juta tiap bulan.

“Banyak perusahaan yang memesan tas model baru untuk promosi awal tahun. Satu perusahaan bisa memesan hingga 5.000 tas. Jumlah tersebut diluar model yang kami buat untuk pasar ritel,” tambahnya.

Dalam sebulan, Rasyid mendapat permintaan tas lipat spunbond mulai dari 5.000—10.000 tas. Jumlah tersebut mengalami peningkatan menjelang akhir tahun.

Untuk kualitas tas, dia membedakan tas untuk ekspor dan konsumen lokal. Dia menggunakan bahan spunbond kelas satu dan kualitas jahitan yang rapi sesuai permintaan konsumen luar negeri. Perbedaan kualitas membuat Rasyid harus membedakan harga jual tas. Harga tas lipat untuk ekspor berkisar antara Rp7.000—Rp10.000. Sedangkan tas kualitas lokal dibandrol mulai dari Rp4.000—Rp7.000 untuk tas ukuran standar 30cm x 40cm.

“Saya sudah mengekspor tas lipat ke Jepang, Singapura, Australia, hingga Abu Dhabi. Perusahaan asing ini order ke saya karena harga relatif murah, tetapi kualitas tetap baik,” katanya.

Rasyid mengungkapkan, pelanggan terbesar datang dari perusahaan atau korporasi. Mereka ingin dibuatkan goody bag yang diperuntukkan sebagai media promosi perusahaan. Selain perusahaan lokal, Rasyid pun kebanjiran order dari perusahaan asing.

Rasyid menyiapkan modal sebesar Rp10 juta untuk membuka tempat produksi. Modal tersebut dialokasikan untuk membeli mesin jahit, alat sablon, dan gulungan bahan spunbond. Dia menggunakan teknik jahit konvensional [handmade] agar bisa memenuhi semua permintaan mereka.

“Pada mulanya, konsumen pesan untuk keperluan pribadi. Jumlahnya tak banyak. Karena tak punya mesin, saya masih memberikan kepada beberapa produsen besar dengan sistem maklun. Namun, karena pesanan makin banyak, saya akhirnya membuka bengkel sendiri,” ujarnya.

Untuk model tas lipat, Rasyid mengaku terinspirasi dari beberapa perempuan yang dia temui di jalan. Perempuan yang ditemuinya tersebut membuka tas belanja yang bisa dilipat menjadi dompet. Dia lantas coba mendesain tas lipat dengan caranya sendiri. Setelah desain rampung, dia mengunggah gambar tas lipat buatannya di blog. Ternyata, banyak pengunjung blog yang suka dengan model tersebut dan minta dibuatkan tas lipat.

Rasyid memproduksi tas praktis yang ramah lingkungan ini di daerah Pisangan Baru, Jakarta Timur. Dia telah menjalani bisnis tersebut sejak 2007 di bawah bendera CV Souvenir Online. Awalnya, konsumen minta dibuatkan tas berbahan kertas. Namun, karena permintaan tas spunbond terus meningkat, dia pun beralih menggunakan bahan tersebut. Spunbond memiliki kelebihan dibanding plastik dan kertas di antaranya murah, mudah disablon, gampang dibentuk, dan kuat.

Berkaca dari hal ini, banyak produsen ingin meraih laba lewat popularitas tas spunbond. Salah satu pelaku usaha yang ikut kebagian untung adalah Rasyid, 31. Agar dilirik konsumen, dia tak hanya menggunakan bahan spunbond, tetapi membuat model tas yang menarik yaitu tas lipat.

Menilik dari permasalahan tersebut, banyak pihak mulai menggaungkan jargon ramah lingkungan. Salah satu caranya adalah mengurangi konsumsi kantong plastik. Hal ini membuat tas berbahan dasar non-plastik naik daun. Contohnya, spunbond yang terbuat dari campuran kertas dan katun. Selain kuat menahan beban hingga bisa digunakan berkali-kal, material ini juga ramah lingkungan karena mudah hancur.

 Gaya hidup masyarakat modern yang serba instan membuat konsumen menggunakan kantong plastik sebagai kemasan karena praktis dan murah. Sayangnya, karena tak bisa didaur ulang, kantong plastik justru membuat masalah baru yakni menambah populasi sampah.

Setelah Heboh Tas Pasar Kini Ramai Tas Es Kopi, Tertarik Beli? | spunbond printing



Namun kabar baiknya, tas ini sudah dapat dipesan secara online di situs pribadi Wheniwasfour. Untuk harganya dibandrol sekitar US$14,70 atau hampir Rp 200 ribu . Yah, paling tidak harganya tidak mencekik seperti tas pasar Dolce & Gabbana atau Balenciaga ya.

Tren fashion ini diperkirakan akan menjadi gebrakan laris untuk pecinta fashion di Singapore. Kopi Dabao Bag akan meluncurkan 'shoulder bag' untuk koleksi perdananya. Duh, dengan tali setipis itu, bisa bayangin gak sakitnya di pundak?

Wheniwasfour, produsen lokal tas unik ini, menamai tas temuan mereka dengan nama 'Kopi Dabao Bag', yang artinya 'tas kopi take-away'. Tas nyeleneh ini dbuat dari kain PVC berwarna coklat yang menyerupai warna es kopi. Bahkan, talinya pun dibuat setipis mungkin menyerupai dengan tali jinjing plastik.

Usut punya usut, tas ini mengusung kearifan lokal masyarakat Singapore lho. Sekedar informasi, di Singapore sana apabila membeli minuman di kedai kopi untuk dibawa pulang, bukannya diberi gelas, kamu justru akan diberi kantong plastik dengan pegangan tali elastis. Tinggal dimasukkan sedotan, lalu es kopi siap diminum. Rasanya hampir mirip seperti di Indonesia, ya?

Entah kemana kiblat fashion saat ini. Namun, ide kreatif designer ini sungguh di luar dugaan. Setelah para fashionista sempat dihebohkan dengan munculnya tas pasar dari designer kenamaan Dolce & Gabbana, kini label dari Singapore pun mengikuti jejaknya. Tidak ingin kalah, tas dari brand lokal Wheniwasfour ini mengusung tema es kopi untuk produk terbarunya.

Siapa sih yang tidak suka mengoleksi tas? Kebanyakan wanita pasti memiliki lebih dari satu tas yang digunakan untuk acara berbeda. Kalau kamu kepikiran untuk menambah lagi koleksi tasmu, mungkin ini bisa menjadi inspirasi.

Perajin Tas Spunbond Dapat Binaan Tasimin Centre | spunbond printing



Dia juga menyebutkan, dalam pekan ini Tasimin Centre akan menguncurkan bantuan tanpa anggunan sebagai modal usaha kepada 300 pelaku UKM yang terdapat di kawasan Medan Utara.

"Tasimin Centre punya obsesi terhadap pelaku UKM berkembang, harus didukung dengan modal usaha, pembinaan serta mencarikan peluang pasar. Bila ini  terwujud akan dapat menumbuhkembangkan sebuah usaha," katanya.

Dikatakannya,Tasimin Centre dalam gebrakannya menghidupkembangkan UKM khususnya yang ada di kawasan Medan Utara, bukan hanya sekedar memberikan pinjaman modal tanpa bungga dengan menjalin kerja sama dengan sebuah bank, tetapi juga memberikan pembinaan, pelatihan manajemen dan ikut serta mencari peluang pasar produk pelaku usaha.

Secara terpisah, pendiri Tasimin Centre, Tasimin MT kepada MedanBisnis mengatakan, Setelah Tasimin Centre dideklarasikan pada pertengahan tahun 2014 ada sekitar 300 pelaku UKM yang mendapat pembinaan, termasuk usaha pembuatan tas berbahan spunbond.

Untuk mengembangkan usahanya itu, Syaiful kini telah mempekerjaan empat tenaga kerja dari warga sekitar. Sedangkan modal dan pemasaran turut dibantu oleh Tasimin Centre.

Usaha yang dilakukan Syaiful bersama istrinya, Kristina Br Pasaribu ini berawal dari usaha sampingan sebagai penjahit konveksi. Setelah mendapat pembinaan dari sebuah lembaga sosial Tasimin Centre tahun lalu, usahanya dikembangkan dengan usaha kreatif pembuatan tas berbahan spunbond. "Kalau dibandingkan sebelum memperoleh pembinaan, penghasilan saya sangat minim, syukurlah ada sebuah lembaga yang peduli memberikan bantuan dan pembinaan," ujar Syaiful. 

Spunbond adalah jenis kain seperti jaring, yang tidak dibuat melalui proses tenun. Sering juga disebut kain kapas atau pun kertas, kain ini dibikin dengan ikatan serat secara mekanik, termal, atau proses kimia. Sedangkan harga kain spunbond dibeli Syaiful di Pusat Pasar Medan Rp 450 ribu per rol.

Syaiful mengaku, saat ini pesanan tas spunbond  rata-rata dalam sepekan bisa mencapai 1.000 buah. Tas pesanan ada berbentuk undangan pesta perkawinan, seminar, pesanan toko sovenir, rumah sakit, caleg, perguruan tinggi dan tas anak TK dari harga per buah Rp 5.000 hingga Rp 12 ribu. Dari usaha itu, ayah 4 orang anak tersebut berpenghasilan Rp 12 juta per bulan.

Keunggulan lain, katanya, dari kain kapas ini bisa didaur ulang, bebas racun, tahan bahan kimia, dan mudah dibentuk merupakan alasan lain mengapa spunbond kerap digunakan sebagai bahan pembuat tas.

Ditemui MedanBisnis di tempat usahanya, Ahad kemarin, Syaiful yang setia berada pada mesin jahit yang menjadi tumpuan hidupnya menuturkan, tas berbahan spunbond kini semakin banyak diminati. Terutama sebagai bahan 'goody bag' (tas cenderamata), karena harganya yang lebih murah dibanding dengan kain atau plastik lainnya. 

Setelah mendapat pembinaan dari Tasimin Centre, sebuah lembaga sosial yang peduli terhadap Usaha Kecil Menengah (UKM) di kawasan Medan Utara, pelaku usaha  kreatif inipun kewalahan menangani pesanan yang masuk.

Aneka hajatan keluarga ataupun kegiatan yang menghadirkan banyak orang menjadi ladang rezeki bagi perajin tas berbahan spunbond. Seorang di antaranya, Syaiful warga Pasar III Barat, Kelurahan Rengas Pulau, Kecamatan Medan Marelan.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar