Kamis, 05 Oktober 2017

Hari Peduli Sampah, Pemkot Solo Kampanyekan Tas Ramah Lingkungan

Wali Kota Solo Rudy FX Hadi Rudyatmo kampanyekan tas anyaman


spunbond murah jakarta


"Para pengusaha retail ini kan punya CSR (Corporate Social Responsibility) yang bisa digunakan untuk pembuatan tas dari kain atau dari anyaman bambu. Tas ini kan tidak sekali pakai," paparnya. 

Bahkan, saat peluncuran gerakan Lestarikan lingkungan pada acara peringatan Hari Peduli Sampah Nasional, Rudy pun tanpa sungkan melayani masyarakat yang hendak berbelanja sayur-sayuran dengan menyodorkan tas ramah lingkungan.

Kedua, dengan menggunakan tas dari anyaman atau kain jelas akan membuka peluang usaha di masyarakat. Dengan dipergunakannya tas dari anyaman atau kain, masyarakat bisa diberdayakan untuk membuatnya agar perekonomian masing-masing meningkat.

Pertama, dengan menggunakan tas dari anyaman atau kain, tidak akan menambah volume sampah karena bisa dipergunakan lagi dan tahan lama.

Menurut Rudy, pengusaha retail lebih baik menyediakan tas dari kain atau anyaman bambu dibandingkan kantong plastik. Ada beberapa alasannya.

"Saya menolak apabila ada tas plastik berbayar karena yang mampu bayar tetap akan memilih tas plastik karena lebih praktis. Dan kondisi itu tidak akan mengurangi jumlah sampah plastik. Malah justru sebaliknya akan menambah jumlah sampah," ujarnya di area Car Free Day Solo.

Namun sebaliknya, penggunaan tas plastik tersebut justru akan menambah penumpukan sampah di Kota Solo.

Menurut Rudy, dirinya sangat tidak setuju apabila ada sistem tas plastik berbayar saat berbelanja di toko atau pasar. Pasalnya, penggunaan tas plastik berbayar dinilai bukanlah solusi mengurangi penggunaan plastik.

Dalam kampanye tersebut, Wali Kota Solo Rudy FX Hadi Rudyatmo meluncurkan gerakan menggunakan tas yang terbuat dari anyaman sebagai pengganti tas plastik. Tas anyaman itu diyakni ramah lingkungan.

Pemerintah Kota (Pemkot) Solo mengampanyekan Lestarikan Lingkungan dalam peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2016 yang digelar di Ngarsopuro, Jalan Slamet Riyadi, Solo, Jawa Tengah, Minggu (21/2/2016).

Pungutan Rp 200 Tak Ampuh Kurangi Konsumsi Kantong Plastik | spunbond murah jakarta



"Hanya Rp 200 bukan alasan masyarakat setop belanja, mana berarti buat mereka. Wong lima kantong saja cuma bayar Rp 1.000 kok. Kalau semua menerapkan termasuk pasar tradisional tidak ada yang bisa bermigrasi dan harganya perlu dinaikkan minimal Rp 1.000 per lembar lah," kata Tulus. 

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi mengatakan kebijakan kantong plastik berbayar Rp 200 ternyata tidak cukup ampuh menurunkan konsumsi kantong plastik di toko modern. Apalagi pasar tradisional masih bebas bertransaksi dengan kantong plastik non-berbayar.

Harga kantong plastik Rp 200 masih dianggap murah dan kantong altenatif disebut kemahalan, sehingga membuat konsumsi kantong plastik tidak turun signifikan. Karena 50-60 persen konsumen masih menggunakan kantong kresek," ucapnya.

Natalya menambahkan kantong belanja alternatif yang ditawarkan toko modern masih disebut mahal oleh konsumen. Ia menyebut harga paling murah kantong belanja alternatif sebesar Rp 4.900 per buah dan paling mahal yang dipatok Ace Hardware dengan harga Rp 69.900 per kantong.

Ketiga, 12 responden lain mengaku tidak ada kantong belanja alternatif, keempat, harga kantong plastik masih terjangkau sebanyak 43 responden dan terakhir, karena praktis sebanyak tiga responden.

"Dari 222 responden, 159 orang memberkan alasan tetap pakai kantong plastik dan 63 orang lain tidak menggunakannya," katanya.

Dilihat dari alasan konsumen tetap membeli kantong plastik, sambungnya, pertama karena tidak membawa kantong belanja sendiri sebanyak 83 orang. Alasan kedua, belanjaan terlalu banyak dengan 18 responden.

"Tapi dari total 103 responden yang tidak menggunakan plastik, 40 orang diantaranya menyatakan tetap pakai kantong plastik selama belum ada kantong plastik belanja alternatif dan harga kantong plastik lebih masih terjangkau," tutur Natalya.

Ia mengatakan dari 222 responden, sebanyak 83 responden masih menggunakan rata-rata kantong plastik ketika berbelanja sebanyak kurang dari tiga kantong. Sebanyak 29 responden menggunakan tiga-empat lembar kantong dan lebih dari empat kantong pada tujuh responden.

Sementara konsumen yang tidak menggunakan kantong plastik atau membawa tas belanja sendiri mencapai 103 responden atau 46,4 persen.

Dari pengamatan jumlah transaksi selama 10 menit pada kasir, diperoleh transaksi tertinggi selama 10 menit adalah 21 transaksi dengan 10 konsumen di antaranya masih menggunakan kantong plastik.

Penurunan jumlah transaksi pembelian kantong plastik di satu retail atau 4 persen. Yang menyatakan tidak ada 13 retail atau 52 persen dan tidak tahu 11 retail atau 44 persen. Tapi itu kan klaim si kasir," ujar Natalya di Jakarta, Rabu (13/4/2016).

Peneliti YLKI Natalya Kurniawati menjelaskan terjadinya penurunan jumlah konsumsi kantong plastik pada konsumen sebesar 64 persen dari 16 retail. Sementara yang menjawab tidak ada penurunan sebanyak sembilan retail atau 36 persen.

Survei tersebut melibatkan 222 responden dengan sampel penelitian 15 nama retail modern dari 25 retail yang berlokasi di DKI Jakarta. Terdiri atas kategori 11 minimarket, supermarket, dan hypermarket, serta enam departement store.

Dalam survei tersebut juga ditarik kesimpulan bahwa penyebab belum turunnya konsumsi kantong plastik karena berbagai alasan. Mulai dari harga yang terlalu murah Rp 200 per lembar sampai kantong alternatif yang kemahalan.

Program diet kantong plastik hampir sebulan berjalan. Namun penggunaan kantong plastik masih marak di toko-toko modern di Jakarta. Hal tersebut terungkap dalam survei dengan tajuk "Efektivitas Uji Coba Kantong Plastik Berbayar" yang dilakukan oleh Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI). 

Kebijakan Kantong Plastik Berbayar Kembali Berlaku? | spunbond murah jakarta



“Selama masa uji coba, pengelola ritel modern melaporkan pengeluaran kantong plastik kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Aprindo dan hasilnya menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah,” terangnya.

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), terlihat penurunan penggunaan kantong plastik sebesar 25-30 persen selama masa uji coba tiga bulan pertama, di mana 87,2 persen masyarakat menyatakan dukungannya dan 91,6 persen bersedia membawa kantong belanja sendiri dari rumah. 

Setelah mempertimbangkan secara masak dampak yang berkembang, kami memutuskan menggratiskan kembali kantong plastik di seluruh ritel modern, mulai 1 Oktober 2016 hingga diterbitkannya Permen KLHK yang berkekuatan hukum,” jelas Roy N. Mandey, Ketua Umum Aprindo.

Roy N. Mandey menuturkan, tujuan diterapkannya program kantong plastik berbayar tidak lain untuk mendukung upaya pemerintah dalam mengurangi jumlah penggunaan kantong plastik di Tanah Air. Sebelumnya, uji coba serupa berhasil dijalankan selama periode 21 Februari hingga 31 Mei 2016.

"Bulan ini bisa selesai kalau cepat pembahasan. Draft sudah jadi tinggal kita undang lintas sektor dan peritel. Bulan ini akan terbit, akan langsung berlaku. Ini kan sekarang sudah ada sosialisasi, uji coba juga sudah selesai,"‎ tandas dia.

Sebelumnya pada 1 Oktober 2016, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) memberhentikan program kantong plastik berbayar yang dijalankan toko ritel modern di seluruh Indonesia, terhitung 1 Oktober 2016 sampai dengan diterbitkannya peraturan pemerintah yang berkekuatan hukum. Langkah tersebut diambil menyusul adanya pro-kontra yang terjadi di berbagai daerah.

Tuti menegaskan, menargetkan Kepmen tersebut bisa segera diterbitkan pada bulan ini. Dengan demikian aturan mengenai kantong plastik berbayar ini akan kembali berlaku.

"Sedang dibahas dengan Pemda dan nanti melibatkan sektor terkait. Kemarin baru 3 bulan (uji coba) secara nasional. Kita mau tahu hasilnya seperti apa, masukan seperti apa, masalahnya seperti apa, ini jadi bahan untuk kita buat Kepmen itu," jelas dia.

Tuti menyatakan, draft‎ Kepmen tersebut telah selesai disusun. Namun saat ini pihaknya masih harus membahas dan meminta masukan kepada pihak-pihak terkait seperti Kementerian Perdagangan (Kemendag), pemerintah daerah (Pemda), ‎dan para pelaku usaha.

"Ini kami sedang menyusun Kepmen-nya. Kalau Kepmen-nya sudah keluar akan dikenakan lagi," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, seperti ditulis Minggu (9/10/2016).

Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya KLHK Tuti Hendrawati Mintarsih mengatakan, penerapan kembali aturan kantong plastik berbayar masih menunggu keluarnya Keputusan Menteri (Kepmen) LHK sebagai payung hukum. Saat ini aturan tersebut masih digodok oleh kementerian tersebut.

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) akan kembali menerapkan aturan kantong plastik berbayar di ritel modern. Saat ini aturan tersebut dihentikan sementara oleh para pengelola ritel modern yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo).





Tidak ada komentar:

Posting Komentar