Jumat, 29 September 2017

Cocok untuk Sehari-hari, Tas Lipat Praktis dan Ramah Lingkungan

Mengurangi penggunaan kantong plastik | spunbond bag

spunbond bag



Bagoes Bag memiliki koleksi tas yang bisa dikunjungi di Jalan Tikukur No 6, Bandung. 

"Kami juga membuat tas dengan model menarik untuk anak muda hipster. Pada tas ini kami menyelipkan isu diet plastik pada fashion," ucapnya.

Tas dibanderol Rp 30 ribu hingga Rp 185 ribu. Tas termahal adalah backpack yang merupakan model terbaru Bagoes Bag. 

Bagoes Bag mampu menjual 200 tas dalam sebulan untuk pembeli satuan. Untuk pemesan custom jumlah besar, Bagoes Bag mampu menjual hingga 3.000 tas per bulan. Berdiri sejak 2008, Bagoes Bag telah menjual sekitar 650 ribu tas lipat.

Selain memproduksi tas dengan model sendiri, Bagoes Bag juga menerima pesanan dengan model pesanan konsumen (custom). 

Berdasarkan riset kami baik online maupun offline, masyarakat tahu kantong plastik itu bahaya. Tapi tidak semua setuju untuk membeli tas yang bisa dipakai berkali-kali sebagai pengganti plastik. Hanya 9,5 persen yang bersedia membeli. Tapi sebagian dari mereka pun punya cara sendiri mengganti kantong plastik," kata Ahmad.

Bagoes Bag pernah melakukan riset tentang penggunaan kantong plastik. Sebagian besar anak muda memakai plastik hanya satu kali pakai lalu dibuang. Namun banyak anak muda sadar akan bahaya sampah plastik dan setuju memakai tas yang bisa dipakai ulang.

Ukuran tas terkecil mampu menampung beban maksimal 3-5 kilogram (kg). Ukuran sedang berkapasitas sekitar 5 kg ke atas dan ukuran besar bisa diisi dengan beban 7 kg.

Tas tersebut dibuat dari berbagai bahan seperti polyester dan kanvas.  "Para pencetus Bagoes Bag ini melihat Indonesia sebagai negara penyumbang sampah plastik ke laut terbesar kedua di dunia setelah Cina.

Dari situ, kami berpikir bagaimana supaya bisa diet kantong plastik. Akhirnya muncullah tas lipat Bagoes Bag," ujar Marketing Manager Bagoes Bag, Nur Ahmad Hidayat di Grha Manggala Siliwangi Jalan Aceh, Bandung, pekan lalu.

Tak hanya konsepnya yang unik, Bagoes Bag pun menyimpan misi lingkungan, yakni mengurangi penggunaan kantong plastik. Setiap tas produksi Bagoes Bag bisa dipakai ulang hingga 1.000 kali. Jadi, jika tas terus dipakai sebagai pengganti kantong plastik, penggunanya dapat mengurangi sampah kantong plastik dan berkontribusi besar terhadap lingkungan.

Tas ukuran kecil yang disebut klasik mini, cocok digunakan sebagai pengganti kantong plastik saat berbelanja di swalayan. Tas sedang atau reguler bisa dipakai untuk membawa berbagai benda kecil hingga sedang. Sedangkan tas besar alias jumbo bisa diandalkan untuk membawa barang belanjaan berjumlah besar.

 SEKILAS, bentuk tas produksi Bagoes Bag seperti dompet mini. Ketika resletingnya dibuka, lipatan-lipatan berbahan polyester terurai dan membentuk sebuah tas. Desain tas pada dasarnya menyerupai kantong plastik. Kini, banyak model tas diproduksi seperti tote bag messager (tas sehari-hari) dan tas backpack. Dengan konsep unik tas lipat, Bagoes Bag bisa digunakan untuk banyak hal.


Indonesia targetkan kurangi 70 persen sampah plastik | spunbond bag


Begitu juga apabila penggunaan plastik dilarang total, Siti menyatakan bahwa secara psikologi sosial masyarakat terutama di pasar-pasar tradisional, kantong plastik masih digunakan.

"Jadi pemerintah harus menjadi simpul menegosiasikan pemikiran dan kami masih saat ini duduk bersama (diskusi)," katanya.

Ia juga mengungkapkan bahwa dalam sejumlah diskusi yang dilakukan bersama pihak-pihak terkait, penggunaan plastik yang dapat terurai atau "degradeable plastic" menjadi alternatif yang dapat dipertimbangkan. 

Para pelaku usaha, lanjut Siti, juga memerlukan waktu menyangkut pengemasan apabila pembatasan penggunaan plastik diimplementasikan namun di sisi lain mereka melihat masih adanya peluang lain dengan mengolah kembali sampah plastik.

Sementara itu terkait uji coba pengenaan tarif penggunaan plastik yang sempat diberlakukan di sejumlah pusat perbelanjaan dan toko modern, saat ini pihak terkait masih melakukan pembahasan terkait keberlanjutan uji coba itu.

Siti menjelaskan dari segi jumlah, memang plastik dapat dikurangi secara signifikan namun aspirasi dari pedagang, industri dan ritel di Indonesia juga perlu didengar.

"Pemerintah daerah sulit kerja kalau pemerintah pusat tidak ada konsistensi, tidak ada pedoman-pedoman," ucapnya.

Siti mengungkapkan komunitas-komunitas tidak akan mampu bekerja optimal dalam memerangi sampah plastik apabila pemerintah daerah tidak bersungguh-sungguh mewujudkan komitmen itu begitu juga apabila pemerintah pusat tidak konsisten.

Pihaknya mendorong sinergi pemerintah daerah dan pusat untuk berkomitmen mewujudkan target tersebut mengingat bahaya pencemaran lingkungan yang ditimbulkan dari sampah plastik itu.

Menurut Siti, selama setahun diperkirakan jumlah total sampah mencapai sekitar 65 juta ton sampah di Indonesia, dengan 14 persen atau sekitar sembilan juta ton di antaranya merupakan sampah plastik.

"Di dalam medium plan kami kurangi 70 persen sampah plastik," kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya ditemui saat kampanye memerangi sampah plastik di laut di Pantai Samuh, Nusa Dua, Kabupaten Badun, Bali, serangkaian "World Ocean Summit", Kamis.

 Pemerintah Indonesia menargetkan untuk mengurangi 70 persen dari sekitar sembilan juta ton total sampah plastik selama setahun sebagai bentuk kontribusi menjaga kelestarian lingkungan.


Begini Meriahnya Perayaan Komunitas Kampanye Peduli Sampah di Bali | spunbond bag



Walhasil, selama dua hari festival, lapangan lokasi festival tidak hanya bersih dari sampah tapi juga dari asap rokok, sesuatu yang langka dalam festival dengan jumlah pengunjung mencapai ribuan.

Sebagian aturan selama festival itu misalnya, larangan membuang sampah sembarangan, merokok hanya di tempat tertentu, dan tidak boleh bawa botol minuman yang tidak bisa didaur ulang. Ada relawan petugas kebersihan yang rajin membersihkan sampah sekaligus menegur pengunjung yang merokok di tempat sembarangan.

Sebagai festival untuk mengampanyekan lingkungan, Malu Dong Festival termasuk berhasil menerjemahkan kampanye itu dalam bentuk aksi. Tak hanya dalam karya-karya yang dipamerkan tapi juga sejumlah aturan yang mereka buat.

“Festival ini sebagai ajang peningkatan kesadaran terhadap sampah dengan inisiatif berbasis komunitas,” ujar Saylow, panggilan akrabnya.

I Putu Hendra Brawijaya, panitia Malu Dong Festival mengatakan, kegiatan yang pertama kali digelar itu memang mengajak beragam komunitas untuk berkolaborasi mengampanyekan isu sampah. “Agar kampanye tentang sampah bisa lebih diterima publik, kami mengemasnya lebih gaul,” ujarnya.

“Kami ikut Malu Dong Festival karena lewat musik, kampanye lingkungan seperti peduli sampah ini akan lebih mudah dicerna,” kata Nova, penabuh drum band Scare of Bums.

Beberapa band indie dari Bali Indie Movement, seperti MORT, PARAU, Trojan, dan Scare of Bums tampil bergantian. Navicula, band grunge dari Bali yang dikenal karena musik dan liriknya yang sarat pesan sosial lingkungan menutup festival pada malam kedua.

“Tidak cukup jika hanya memungut sampah karena industri rakus masih merajalela merusak Bumi, rumah kita,” begitu Komunitas Penahitam Bali menuliskan pesan di mural mereka.

Ada 40 komunitas dan 21 stand dari Bali yang mengikuti Malu Dong Festival. Komunitas Penahitam Bali misalnya termasuk bagian dari seniman jalanan (street artist) pun ikut serta. Mereka tidak hanya membuat mural di papan tripleks untuk mengampanyekan lingkungan tapi juga menyampaikan sikap penolakan terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa.

Selain pameran instalasi, Malu Dong Festival juga dipenuhi dengan kegiatan lain, seperti konser musik, lomba menggambar, hingga pameran produk-produk lingkungan. Dua di antaranya adalah Gadgad Organic yang membuat kaos dari bahan ramah lingkungan dan pewarna alami serta Art of Whatever yang membuat upcycle product dari kaos bekas.

Yoka Sara mengatakan tujuan instalasi itu memang sebagai shock therapy bagi warga. “Agar mereka yang merokok sadar bahwa beginilah akibatnya jika mereka membuang puntungnya sembarangan,” kata Yoka.

Instalasi itu berupa sampah puntung rokok dan sebagian bungkusnya di tengah ruangan agak tertutup dengan dinding cermin. Efeknya, sampah bungkus dan puntung rokok itu menjadi seperti lautan. Aroma menyengat tembakau pun langsung tercium ketika mendekati instalasi tersebut.

Seni instalasi lain untuk menunjukkan bahaya sampah dibuat oleh arsitek Anak Agung Yoka Sara bersama seniman layang-layang Wayan Duduk. Yoka Sara mengumpulkan aneka puntung dan bungkus rokok yang dia temukan selama enam bulan kegiatan rutin bersih-bersih sampah di Pantai Mertasari, Sanur.

Dalam mitologi Hindu Bali sendiri, penyu juga menjadi simbol penjelmaan Dewa Wisnu yang berubah menjadi Gunung Mandara dengan tempurung di punggungnya. Karena itu, menurut Hendra yang juga anggota STT Yowana Dharma, membuang sampah plastik sembarangan bisa berdampak pada penyu yang dihormati umat Hindu.

STT Yowana Dharma Banjar Buaji Anyar, Desa Kesiman, Denpasar misalnya membuat lampion berjudul Save Our Turtle. Sebagaimana keterangan di bawahnya, pembuatan lampion penyu raksasa itu terinspirasi dari temuan seekor penyu dengan sedotan plastik di hidungnya oleh ilmuwan di Kosta Rika. Saat sedotan itu ditarik, penyu tersebut mengeluarkan darah dari hidungnya. Sedotan plastik itu panjangnya sampai 20 cm.

Sampah styrofoam raksasa sendiri hanya salah satu bentuk seni instalasi selama Malu Dong Festival. Di bagian selatan lapangan tempat kumpul warga Denpasar itu juga terdapat karya-karya seni lain.

Ada sembilan lampion raksasa berbentuk monyet, bola dunia, atau kura-kura. Lampion-lampion karya anggota seka teruna teruni (STT) atau karang taruna desa adat itu dilombakan untuk mengampanyekan pesan tentang sampah.

Styrofoam raksasa tersebut salah satu instalasi dalam Malu Dong Festival di Denpasar pada akhir pekan lalu. Pelaksana festival selama dua hari itu Komunitas Malu Dong Buang Sampah Sembarangan atau yang lebih sering disingkat Komunitas Malu Dong.

Styrofoam putih itu sendiri pun sebenarnya sampah yang ditemukan di pantai yang kemudian dibawa ke lapangan di nol kilometer Denpasar itu. 

“Kami ingin mengajak warga agar mereka membersihkan sampah-sampah yang mereka temukan sekaligus menyampaikan pesan dan harapan mereka,” kata I Putu Hendra Arimbawa, Koordinator Program Malu Dong Festival.

Sampah-sampah itu kemudian mereka tancapkan di styrofoam setinggi kira-kira 2 meter. Di styrfoam berbentuk bulat dengan diameter sekitar 1 meter itu sudah tertancap aneka sampah lain: botol plastik, bungkus makanan, gelas mie instan, dan lain-lain.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar